11 Kecamatan di Bogor Diamankan dari Endemis Antraks
A
A
A
JAKARTA - Disnakan Kabupaten Bogor mengamankan 11 dari 40 kecamatan yang ada di Bogor dari endemis penyakit antraks. Caranya, melakukan pelatihan kepada pengurus DKM di 11 kecamatan yang dinyatakan endemis.
"Babakan Madang, Citeureup, Jayanti, Bojonggede, Gunung Putri, Tajur Halang, Jonggol, Cariu, Ciampea dan Klapanunggal," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor Soetrisno di Bogor, Minggu 28 September 2014.
Dalam pelatihan tersebut, kata Soetrisno, Disnakan memberikan pengetahuan terkait kondisi hewan yang sakit atau tidak, tata cara potong yang baik dan benar, serta cara pengemasan yang higienis.
"Langkah selanjutnya adalah dengan membagi-bagikan brosur kepada warga tentang tata cara pemotongan yang halal. Nanti, begitu dekat Idul Adha, kita juga akan sidak langsung ke sejumlah tempat penjualan hewan kurban dan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan," sebutnya.
Untuk memastikan kesehatan hewan, akan dikeluarkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang bisa diberikan langsung kepada pembeli sebagai bukti kesehatan hewan. Masyarakat juga harus mewaspadai penyakit antraks.
"Ciri-cirinya itu paling khas keluar darah hitam dari lubang kumlah, misalnya mata, hidung, mulut dan anus. Apabila ditemukan demikian, maka langsung laporkan kepada petugas di puskeswankan terdekat," bebernya.
Sekedar diketahui, pada tahun lalu, petugas Disnakan menemukan sembilan kasus penyakit hewan pada ante mortem, di antaranya diare, pink eye, orf/dakang, kurang umur, conjungtivitis, flu, monorchid, gudig, dan gangguan pergerakan.
"Babakan Madang, Citeureup, Jayanti, Bojonggede, Gunung Putri, Tajur Halang, Jonggol, Cariu, Ciampea dan Klapanunggal," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor Soetrisno di Bogor, Minggu 28 September 2014.
Dalam pelatihan tersebut, kata Soetrisno, Disnakan memberikan pengetahuan terkait kondisi hewan yang sakit atau tidak, tata cara potong yang baik dan benar, serta cara pengemasan yang higienis.
"Langkah selanjutnya adalah dengan membagi-bagikan brosur kepada warga tentang tata cara pemotongan yang halal. Nanti, begitu dekat Idul Adha, kita juga akan sidak langsung ke sejumlah tempat penjualan hewan kurban dan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan," sebutnya.
Untuk memastikan kesehatan hewan, akan dikeluarkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang bisa diberikan langsung kepada pembeli sebagai bukti kesehatan hewan. Masyarakat juga harus mewaspadai penyakit antraks.
"Ciri-cirinya itu paling khas keluar darah hitam dari lubang kumlah, misalnya mata, hidung, mulut dan anus. Apabila ditemukan demikian, maka langsung laporkan kepada petugas di puskeswankan terdekat," bebernya.
Sekedar diketahui, pada tahun lalu, petugas Disnakan menemukan sembilan kasus penyakit hewan pada ante mortem, di antaranya diare, pink eye, orf/dakang, kurang umur, conjungtivitis, flu, monorchid, gudig, dan gangguan pergerakan.
(mhd)