13 Siswa Diberhentikan, Orang Tua Protes SMAN 70
A
A
A
JAKARTA - Orang tua murid 13 siswa SMAN 70 Jakarta Selatan yang diberhentikan meminta pertanggungjawaban sekolah.
Hal itu dikarenakan setelah dikeluarkan, sekolah terkesan tak peduli dan membiarkan 13 siswa tersebut
Sebanyak 13 siswa di sekolah elite tersebut diberhentikan karena diduga melakukan pemukulan dan pengeroyokan.
Pada Selasa 16 September, sejumlah orang tua yang anaknya diberhentikan mendatangi SMAN 70.
Salah satu orang tua murid, Muhammad Sofie mengatakan, kedatangannya ke SMAN 70 untuk meminta keputusan bagaimana kelanjutan pendidikan putranya yang dikeluarkan secara sepihak oleh pihak sekolah.
"Mereka mengeluarkannya begitu saja, tanpa ada pemberitahuan dan teguran terlebih dahulu," katanya saat ditemui di SMAN 70 kemarin.
Dia melanjutkan, pada saat pengeroyokan putranya justru tidak ikut serta karena berada di rumah.
Bahkan, dirinya juga tidak mendengar adanya kasus pemukulan dalam orientasi yang diadakan di SMAN 70 pada saat penerimaan murid baru.
Sehingga, saat dirinya dipanggil dan langsung menerima surat pengembalian anaknya, dirinya kaget pasalnya tidak ada surat peringatan atau lainnya.
Dirinya juga sudah komplain namun tidak ditanggapi oleh pihak sekolah. Pengambilan keputusan juga dianggap sepihak, karena tidak melibatkan orang tua murid lainnya.
"Kepala sekolah yang menyampaikan, dan suratnya langsung diberikan begitu saja," tegasnya.
Menurutnya, pihak sekolah juga mesti melakukan langkah-langkah lebih lanjut karena putranya sudah kelas 3 SMA sehingga akan ujian dan tidak ada rekomendasi sekolah.
Orang tua lainnya, Lennie Saraswati menegaskan, sekolah sudah mulai tidak fair dalam mengambil keputusan. "Peristiwanya tanggal 15 Juli lalu, anak saya pada saat itu tidak ke sekolah karena dalam kondisi sakit," ujarnya.
Apa yang diucapkannya juga ada bukti yang cukup, sehingga apa yang dilakukan oleh pihak sekolah tidak benar.
Dia menegaskan, sebelum kejadian tersebut dirinya mengakui kalau putranya itu memang dalam masa skorsing pada saat insiden tersebut terjadi.
"Anak saya memang dalam masa skorsing karena ada kasus disekolahnya, dan pada saat itu dia berada dirumah tidak keluar karena memang sedang sakit," jelasnya. Dia merasa dirinya dizolimi oleh pihak sekolah.
Disesalkan olehnya adalah, setelah dikeluarkan putranya dibiarkan begitu saja. Sehingga dirinya bingung harus menyekolahkan kemana lagi.
Menurutnya, sang putra pernah menjadi korban bulying pada saat baru masuk ke sekolah tersebut. Bahkan, dirinya juga sudah membuatkan laporan polisi hingga visum.
Namun, ketika itu kepala sekolah melakukan mediasi sehingga dirinya mencabut laporan. "Saya melihat situasinya saat itu memang masih bisa didamaikan, tapi saat ini tanpa ada mediasi langsung diberhentikan," tegasnya.
Bahkan, saat ini tidak diketahui siapa korban dan tidak ada laporan kepolisian hingga visum. Sehingga, sampai saat ini korbannya juga masih gelap.
"Bagaimana bisa kalau korbannya saja kami tidak ketahui," tukasnya.
Dia berharap pihaknya mendapatkan keadilan dari peristiwa ini. Terkait pemberhentian anaknya, dirinya diberikan surat hari Sabtu dan pada Senin sang anak sudah diberhentikan tanpa ada mediasi.
Ini respons SMAN 70
Hal itu dikarenakan setelah dikeluarkan, sekolah terkesan tak peduli dan membiarkan 13 siswa tersebut
Sebanyak 13 siswa di sekolah elite tersebut diberhentikan karena diduga melakukan pemukulan dan pengeroyokan.
Pada Selasa 16 September, sejumlah orang tua yang anaknya diberhentikan mendatangi SMAN 70.
Salah satu orang tua murid, Muhammad Sofie mengatakan, kedatangannya ke SMAN 70 untuk meminta keputusan bagaimana kelanjutan pendidikan putranya yang dikeluarkan secara sepihak oleh pihak sekolah.
"Mereka mengeluarkannya begitu saja, tanpa ada pemberitahuan dan teguran terlebih dahulu," katanya saat ditemui di SMAN 70 kemarin.
Dia melanjutkan, pada saat pengeroyokan putranya justru tidak ikut serta karena berada di rumah.
Bahkan, dirinya juga tidak mendengar adanya kasus pemukulan dalam orientasi yang diadakan di SMAN 70 pada saat penerimaan murid baru.
Sehingga, saat dirinya dipanggil dan langsung menerima surat pengembalian anaknya, dirinya kaget pasalnya tidak ada surat peringatan atau lainnya.
Dirinya juga sudah komplain namun tidak ditanggapi oleh pihak sekolah. Pengambilan keputusan juga dianggap sepihak, karena tidak melibatkan orang tua murid lainnya.
"Kepala sekolah yang menyampaikan, dan suratnya langsung diberikan begitu saja," tegasnya.
Menurutnya, pihak sekolah juga mesti melakukan langkah-langkah lebih lanjut karena putranya sudah kelas 3 SMA sehingga akan ujian dan tidak ada rekomendasi sekolah.
Orang tua lainnya, Lennie Saraswati menegaskan, sekolah sudah mulai tidak fair dalam mengambil keputusan. "Peristiwanya tanggal 15 Juli lalu, anak saya pada saat itu tidak ke sekolah karena dalam kondisi sakit," ujarnya.
Apa yang diucapkannya juga ada bukti yang cukup, sehingga apa yang dilakukan oleh pihak sekolah tidak benar.
Dia menegaskan, sebelum kejadian tersebut dirinya mengakui kalau putranya itu memang dalam masa skorsing pada saat insiden tersebut terjadi.
"Anak saya memang dalam masa skorsing karena ada kasus disekolahnya, dan pada saat itu dia berada dirumah tidak keluar karena memang sedang sakit," jelasnya. Dia merasa dirinya dizolimi oleh pihak sekolah.
Disesalkan olehnya adalah, setelah dikeluarkan putranya dibiarkan begitu saja. Sehingga dirinya bingung harus menyekolahkan kemana lagi.
Menurutnya, sang putra pernah menjadi korban bulying pada saat baru masuk ke sekolah tersebut. Bahkan, dirinya juga sudah membuatkan laporan polisi hingga visum.
Namun, ketika itu kepala sekolah melakukan mediasi sehingga dirinya mencabut laporan. "Saya melihat situasinya saat itu memang masih bisa didamaikan, tapi saat ini tanpa ada mediasi langsung diberhentikan," tegasnya.
Bahkan, saat ini tidak diketahui siapa korban dan tidak ada laporan kepolisian hingga visum. Sehingga, sampai saat ini korbannya juga masih gelap.
"Bagaimana bisa kalau korbannya saja kami tidak ketahui," tukasnya.
Dia berharap pihaknya mendapatkan keadilan dari peristiwa ini. Terkait pemberhentian anaknya, dirinya diberikan surat hari Sabtu dan pada Senin sang anak sudah diberhentikan tanpa ada mediasi.
Ini respons SMAN 70
(whb)