Trotoar Ibu Kota Dikuasai PKL
Trotoar Ibu Kota Dikuasai PKL
A
A
A
JAKARTA - Trotoar di Ibu Kota banyak yang beralih fungsi mulai dari tempat berjualan, parkir liar, hingga tempat istirahat manusia gerobak.
Selama Ramadan ini, jumlah trotoar justru semakin banyak yang beralih fungsi. Akibat penyalahgunaan lahan ini, kemacetan parah selalu terjadi di sore hari ketika orang pulang kerja.
Sejumlah lokasi yang terkena imbas alih fungsi trotar ialah Jalan Cikini Raya, dimana di depan Stasiun Cikini banyak warga sekitar yang menggunakan trotoar untuk dijadikan display barang-barangnya.
Bahkan lantaran tidak ada pengawasan dari petugas kecamatan, pedagang semakin lama semakin ke depan dan menggunakan jalan raya untuk meletakkan barang dagangannya. Hal serupa juga terlihat di Jalan Cut Mutia, Gondangdia, Menteng Jakarta Pusat. Disini pedagang kaki lima menggelar dagangannya. Mulai dari makanan pembuka puasa, jam tangan dan lain-lain.
Hal serupa juga terjadi di Kawasan Tanah Abang, tepatnya di Kawasan Jalan KH Mas Mansyur, dimana di kawasan ini puluhan penjual bedug memamerkan bedug dari yang berukuran kecil hingga berukuran besar di atas Trotoar. Sehingga ketika sore hari kawasan ini selalu macet. Di sini juga sebagian manusia gerobak meletakkan gerobaknya.
Mansuri, salah seorang pedagang bedug mengatakan, untuk bedug ukuran besar dihargai Rp450.000, ukuran sedang Rp 250.000, hingga bedug kecil yang dihargai dengan Rp150.000.
Camat Tanah Abang, Hidayatullah, menyatakan pihaknya telah berupaya menertibkan pedagang kaki lima di sekitar Tanah Abang. Razia yang hampir setiap hari dilakukan, lanjutnya, tidak banyak membuahkan hasil, karena setelah razia usai maka PKL akan kembali terlihat berjualan.
"Setiap pagi kami lakukan penertiban, tapi sorenya selalu datang lagi. Kalau ditindak mereka berjanji tidak akan melakukan lagi. Padahal, besok datang lagi," kata Hidayatullah singkat.
Selama Ramadan ini, jumlah trotoar justru semakin banyak yang beralih fungsi. Akibat penyalahgunaan lahan ini, kemacetan parah selalu terjadi di sore hari ketika orang pulang kerja.
Sejumlah lokasi yang terkena imbas alih fungsi trotar ialah Jalan Cikini Raya, dimana di depan Stasiun Cikini banyak warga sekitar yang menggunakan trotoar untuk dijadikan display barang-barangnya.
Bahkan lantaran tidak ada pengawasan dari petugas kecamatan, pedagang semakin lama semakin ke depan dan menggunakan jalan raya untuk meletakkan barang dagangannya. Hal serupa juga terlihat di Jalan Cut Mutia, Gondangdia, Menteng Jakarta Pusat. Disini pedagang kaki lima menggelar dagangannya. Mulai dari makanan pembuka puasa, jam tangan dan lain-lain.
Hal serupa juga terjadi di Kawasan Tanah Abang, tepatnya di Kawasan Jalan KH Mas Mansyur, dimana di kawasan ini puluhan penjual bedug memamerkan bedug dari yang berukuran kecil hingga berukuran besar di atas Trotoar. Sehingga ketika sore hari kawasan ini selalu macet. Di sini juga sebagian manusia gerobak meletakkan gerobaknya.
Mansuri, salah seorang pedagang bedug mengatakan, untuk bedug ukuran besar dihargai Rp450.000, ukuran sedang Rp 250.000, hingga bedug kecil yang dihargai dengan Rp150.000.
Camat Tanah Abang, Hidayatullah, menyatakan pihaknya telah berupaya menertibkan pedagang kaki lima di sekitar Tanah Abang. Razia yang hampir setiap hari dilakukan, lanjutnya, tidak banyak membuahkan hasil, karena setelah razia usai maka PKL akan kembali terlihat berjualan.
"Setiap pagi kami lakukan penertiban, tapi sorenya selalu datang lagi. Kalau ditindak mereka berjanji tidak akan melakukan lagi. Padahal, besok datang lagi," kata Hidayatullah singkat.
(whb)
Explore More