Taman Vertikal di Tugu Tani Diprotes Pejalan Kaki
A
A
A
JAKARTA - Taman vertikal yang dibangun di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, menuai protes dari Koalisi Pejalan Kaki. Karena, Jalan Ridwan Rais, Gambir ini dinilai memakan trotoar jalan dan merampas hak pejalan kaki.
"Taman itu jelas merampas hak pejalan kaki, karena orang jadi susah jalan di atas trotoar," kata Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Syafrudin di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Selain itu, kata Syarifudin, pembangunan taman tersebut juga pemborosan anggaran, karena dibangun tanpa perhitungan yang matang. Sebab, hasilnya tidak signifikan dalam konteks untuk keindahan kota.
"Taman vertikal itu kebijakan sia-sia, karena tidak membuat cantik kota. Biaya perawatannya mahal," ucapnya.
Menurut Syarudin, taman vertikal di kawasan Tugu Tani itu lebih baik dibongkar, karena tidak efektif menyerap polusi kendaraan. Dari segi estetika, taman tersebut juga tidak memperindah kota, sebaliknya justru memperburuk kota.
"Yang bisa menyerap polusi itu pohon-pohon besar yang akarnya tumbuh ke dalam tanah. Atau yang bertajuk kanopi seperti pohon trembesi dan mahoni," kata dia.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kontruksi besi dan pipa pondasi tamana itu didirikan di atas trotoar jalan hingga memakan luas trotoar. Taman setinggi tiga meter itu dibangun berderet menyerupai papan reklame.
Tanaman hias yang menempel di taman vertikal itu nampak kotor dan layu sehingga jauh dari kesan hijau.
"Taman itu jelas merampas hak pejalan kaki, karena orang jadi susah jalan di atas trotoar," kata Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Syafrudin di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Selain itu, kata Syarifudin, pembangunan taman tersebut juga pemborosan anggaran, karena dibangun tanpa perhitungan yang matang. Sebab, hasilnya tidak signifikan dalam konteks untuk keindahan kota.
"Taman vertikal itu kebijakan sia-sia, karena tidak membuat cantik kota. Biaya perawatannya mahal," ucapnya.
Menurut Syarudin, taman vertikal di kawasan Tugu Tani itu lebih baik dibongkar, karena tidak efektif menyerap polusi kendaraan. Dari segi estetika, taman tersebut juga tidak memperindah kota, sebaliknya justru memperburuk kota.
"Yang bisa menyerap polusi itu pohon-pohon besar yang akarnya tumbuh ke dalam tanah. Atau yang bertajuk kanopi seperti pohon trembesi dan mahoni," kata dia.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kontruksi besi dan pipa pondasi tamana itu didirikan di atas trotoar jalan hingga memakan luas trotoar. Taman setinggi tiga meter itu dibangun berderet menyerupai papan reklame.
Tanaman hias yang menempel di taman vertikal itu nampak kotor dan layu sehingga jauh dari kesan hijau.
(mhd)