Alasan Sopir Angkot Kerap Ngetem
A
A
A
JAKARTA - Ugalan-ugalan dan kerap ngetem merupakan salahsatu potret buram angkutan umum di Jakarta. Kondisi ini ternyata dipicu dari sistem setoran yang digunakan para pengusaha angkutan umum.
Panataun Sindo di kawasan SLipi, Jakarta Barat, Senin (9/6/2014), Mikrolet M 11, Meruya- Slipi tampak bersikap ugal-ugalan dan kerap ngetem sembarangan.
"Ya kita kan kejar setoran, kalau tidak buru-buru dan didahuli kendaraan angkutan dibelakang, ya kita dapat sewa dikit," kata Heriyanto, sopir angkutan mikrolet M11 itu saat ditemui di lokasi.
Pria yang sudah menjadi sopir M 11 sekira lima tahun itu mengakui masih banyaknya angkutan umum sesamanya yang membuat kepadatan arus lalu lintas semakin mejadi ketika turun dan menaiki penumpang.
Namun, hal itu bukan lantaran kemauan para sopir, melainkan para penumpang yang memberhentikan angkutan Grand max itu di sembarang tempat.
Selain itu, Heri yang menunggu penumpang sambil merokok itu juga mengakui jika kepadatan arus lalulintas terjadi akibat para sopir mengetem menunggu sewa, seperti di Jalan Rawa Belong dan Kebon Jeruk.
"Kami kalau jalan tanpa penumpang penuh dan mengharapkan mengambil di jalan itu tentunya tidak akan mendapatkan uang lebih dari setoran," kata Heri.
Sehari, Heri harus mencrai uang setoran sebesar Rp150 ribu. Jika tidak ngetem atau ugal-ugalan, penghasilan sehari hanya cukup untuk bayar setoran.
"Kalau seperti ini, sehari mampu mendapatkan uang Rp200-300 ribu, dipotong setoran lumayan ada yang bisa dibawa pulang untuk makan keluarga," terangnya.
Panataun Sindo di kawasan SLipi, Jakarta Barat, Senin (9/6/2014), Mikrolet M 11, Meruya- Slipi tampak bersikap ugal-ugalan dan kerap ngetem sembarangan.
"Ya kita kan kejar setoran, kalau tidak buru-buru dan didahuli kendaraan angkutan dibelakang, ya kita dapat sewa dikit," kata Heriyanto, sopir angkutan mikrolet M11 itu saat ditemui di lokasi.
Pria yang sudah menjadi sopir M 11 sekira lima tahun itu mengakui masih banyaknya angkutan umum sesamanya yang membuat kepadatan arus lalu lintas semakin mejadi ketika turun dan menaiki penumpang.
Namun, hal itu bukan lantaran kemauan para sopir, melainkan para penumpang yang memberhentikan angkutan Grand max itu di sembarang tempat.
Selain itu, Heri yang menunggu penumpang sambil merokok itu juga mengakui jika kepadatan arus lalulintas terjadi akibat para sopir mengetem menunggu sewa, seperti di Jalan Rawa Belong dan Kebon Jeruk.
"Kami kalau jalan tanpa penumpang penuh dan mengharapkan mengambil di jalan itu tentunya tidak akan mendapatkan uang lebih dari setoran," kata Heri.
Sehari, Heri harus mencrai uang setoran sebesar Rp150 ribu. Jika tidak ngetem atau ugal-ugalan, penghasilan sehari hanya cukup untuk bayar setoran.
"Kalau seperti ini, sehari mampu mendapatkan uang Rp200-300 ribu, dipotong setoran lumayan ada yang bisa dibawa pulang untuk makan keluarga," terangnya.
(ysw)