Potret Buram Angkutan Umum Jakarta

Selasa, 10 Juni 2014 - 02:24 WIB
Potret Buram Angkutan Umum Jakarta
Potret Buram Angkutan Umum Jakarta
A A A
JAKARTA - Untuk naik angkutan umum reguler di Jakarta memang dibutuhkan perjuangan keras. Mulai dari tidak disiplinnya awak angkutan umum, hingga armada yang sudah tidak laik jalan. Kendati sudah tidak nyaman, warga sepertinya tidak punya alternatif lain untuk berganti angkutan umum.

Pantuan Sindo saat menumpang Kopaja B 88 rute Slipi - Kalideres, penumpang sepertinya perlu nyawa ekstra untuk naik angkutan umum seharga Rp3.000 tersebut. Jika ingin turun, penumpang harus sedikit melompat karena Kopaja tersebut tidak berhenti sempurna.

"Kiri-kiri bang," ungkap salah satu penumpang angkutan umum Kopaja B 88, jurusan Slipi Kalideres di Slipi Jaya, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (9/6/2014) sore. Anehnya, sopir bus hanya memperlambat bus dan seperti menyarankan agar penumpang itu melompat.

Kejadian yang sama juga terjadi di Grogol, tepat depan Mal Ciputra. Sopir bus Kopaja B 88 itu seperti tidak mau ketinggalan setoran. Terlebih ketika ada bus sesama trayek yang sudah mendekatinya. Mereka saling salip-menyalip kendaraan untuk mendapatkan penumpang terlebih dahulu.

"Sudah biasa kok, lagian juga pelan busnya, paling 10 km/jam. Terkadang penumpang juga yang gak sabar," kata Kondektur Kopaja yang enggan disebutkan namanya itu.

Kondisi bus saat itu memang sangat padat, hampir tidak ada ruang lagi bagi para penumpang untuk menggerakan anggota badannya. Besi pegangan atas yang berkarat sesekali renggang ketika bus memacu dan memperlambat pedal gasnya. Tidak hanya itu, pegangan dibangku penumpang juga berkarat dan lapisan busa bangku pun banyak yang terkelupas.

Saat berada di Trafic Light Grogol, penumpang banyak yang turun dan kembali diisi oleh penumpang baru. Sebelum penuh seperti penumpang sebelumnya, sopir bus memilih mengetem (mangkal) menunggunya.

Dalam kesempatan itu, banyak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang naik untuk sekedar meminta uang baik dengan cara berpuisi, mengamen ataupun hanya mengemis meminta belas kasihan.

Kondektur bus, berkali-kali memanggil-manggil penumpang agar menaiki bus yang bertujuan ke Kalideres itu. Sopir bus yang berada paling depan itu terlihat merokok sehingga para penumpang yang ada mengikutinya.

Asap rokok menyebar ke dalam kendaraan bus. Akibatnya para penumpang yang tidak merokok terpaksa mengepaskan kipas agar asap tidak terhisap. Cucuran keringat terlihat keluar dari pori-pori wajah penumpang akibat panasnya kondisi bus ditambah asap rokok tersebut dan penumpang yang semakin banyak.

Sekitar 15 menit mengetem, bus pun kembali berjalan. Kepadatan penumpang kembali terjadi. Merasa sudah penuh, sopir bus memilih melintas di jalur TransJakarta untuk menghindari kepadatan arus lalu lintas di Jalan reguler.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2995 seconds (0.1#10.140)