Sekolah St Maria Imaculata Bantah Lakukan Penganiayaan
A
A
A
JAKARTA - Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Santa Maria Imaculata membantah adanya kasus dugaan kekerasan fisik yang dialami salah satu muridnya berinisial SAH (14).
Ketua Yayasan, Imaculata Yanuar mengatakan, laporan TH (54), orangtua korban yang menduga adanya kekerasan fisik di sekolah tersebut, adalah fitnah dan tidak benar.
Menurut Imaculata, luka lebam yang diderita korban terjadi karena adanya indikasi penyakit kelainan imunitas yang disebut Idiophatic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
"Jadi itu luka lebam disebabkan penyakit ITP. Orang yang menderita penyakit tersebut, tidak dipegang pun bisa lebam sendiri. Muncul sendiri biru-biru di tubuhnya," ujar Imaculata saat ditemui di Komnas PA, Jakarta Timur, Senin (9/6/2014).
Mengenai luka bakar yang ditemukan di kedua telapak kaki korban, Imaculata menyebut luka tersebut akibat dari pengobatan alternatif dengan terapi moxa, obat tradisional Tiongkok yang tengah dijalani SAH.
"Kalau dibilang ada kekerasan seksual, itu sangat tidak mungkin. Guru kami perempuan semua, ada 32 guru wanita yang menangani 40 anak," jelasnya.
Sekolah juga berpendapat, prilaku SAH tak terkendali. SAH dianggap sebagai anak yang pandai berbohong dan memanipulasi keadaan.
Gadis 14 tahun itu juga dinilai tidak bisa mengendalikan emosinya dan berbicara kasar serta saat marah akan melempar benda apapun di sekitarnya.
"Dia juga pernah memukul bayi dan oma yang sudah jompo. Dan kalau anak yang autis itu mempunyai prilaku mengorek-ngorek kemaluannya sendiri," ucapnya.
Ketua Yayasan, Imaculata Yanuar mengatakan, laporan TH (54), orangtua korban yang menduga adanya kekerasan fisik di sekolah tersebut, adalah fitnah dan tidak benar.
Menurut Imaculata, luka lebam yang diderita korban terjadi karena adanya indikasi penyakit kelainan imunitas yang disebut Idiophatic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
"Jadi itu luka lebam disebabkan penyakit ITP. Orang yang menderita penyakit tersebut, tidak dipegang pun bisa lebam sendiri. Muncul sendiri biru-biru di tubuhnya," ujar Imaculata saat ditemui di Komnas PA, Jakarta Timur, Senin (9/6/2014).
Mengenai luka bakar yang ditemukan di kedua telapak kaki korban, Imaculata menyebut luka tersebut akibat dari pengobatan alternatif dengan terapi moxa, obat tradisional Tiongkok yang tengah dijalani SAH.
"Kalau dibilang ada kekerasan seksual, itu sangat tidak mungkin. Guru kami perempuan semua, ada 32 guru wanita yang menangani 40 anak," jelasnya.
Sekolah juga berpendapat, prilaku SAH tak terkendali. SAH dianggap sebagai anak yang pandai berbohong dan memanipulasi keadaan.
Gadis 14 tahun itu juga dinilai tidak bisa mengendalikan emosinya dan berbicara kasar serta saat marah akan melempar benda apapun di sekitarnya.
"Dia juga pernah memukul bayi dan oma yang sudah jompo. Dan kalau anak yang autis itu mempunyai prilaku mengorek-ngorek kemaluannya sendiri," ucapnya.
(ysw)