Sekolah Disegel, Siswa PAUD Belajar di Musala
A
A
A
Tangerang - Puluhan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sekar Melati di Jalan Reformasi III, Pondok Aren Kota Tangerang Selatan (Tangsel), harus rela belajar di musala dekat sekolahnya. Penyebabnya, sekolah mereka disegel oleh anggota DPRD yang mengklaim kepemilikan lahan.
Sudah seminggu terakhir ini sekolah PAUD tersebut disegel oleh Gacho Sunarso, Ketua Komisi IV DPRD setempat. Pihak guru pun berusaha untuk tidak mengorbankan hak anak untuk belajar.
"Sebelumnya pas hari Selasa kami sempat belajar di tengah jalan, atau depan sekolah. Dengan gelar tiker seadanya," ujar Kepala Sekolah PAUD Sekar Melati, Margiati, Kamis (22/5/2014).
Namun, siswa saat itu kepanasan sehingga membuat proses belajar mengajar tidak kondusif. Pihak pengelola PAUD pun memutuskan memindahkan proses belajar di Musala, yang sebenarnya dipakai untuk belajar TPA.
"Gantian, kami pakai pagi. TPA siang sampai sore," ujarnya. Meski sudah pindah lokasi, proses belajar mengajar tetap tidak memadai.
Terpantau, dari 60 siswanya, di musala itu hanya ada satu papan tulis kecil. Mereka pun hanya duduk dilantai, tanpa adanya bangku atau meja.
"Mohon maaf ya anak-anak, karena alat-alat belajar tak memadai, jadi kita belajar seadanya dulu," tutur seorang guru kepada siswanya.
Margiati pun menyesalkan aksi segel yang dilakukan anggota dewan tersebut. Proses belajar siswanya pun jadi terganggu.
"Pokoknya kami kesampingkan sengketanya dulu. Yang penting anak-anak bisa belajar," ujarnya.
Sudah seminggu terakhir ini sekolah PAUD tersebut disegel oleh Gacho Sunarso, Ketua Komisi IV DPRD setempat. Pihak guru pun berusaha untuk tidak mengorbankan hak anak untuk belajar.
"Sebelumnya pas hari Selasa kami sempat belajar di tengah jalan, atau depan sekolah. Dengan gelar tiker seadanya," ujar Kepala Sekolah PAUD Sekar Melati, Margiati, Kamis (22/5/2014).
Namun, siswa saat itu kepanasan sehingga membuat proses belajar mengajar tidak kondusif. Pihak pengelola PAUD pun memutuskan memindahkan proses belajar di Musala, yang sebenarnya dipakai untuk belajar TPA.
"Gantian, kami pakai pagi. TPA siang sampai sore," ujarnya. Meski sudah pindah lokasi, proses belajar mengajar tetap tidak memadai.
Terpantau, dari 60 siswanya, di musala itu hanya ada satu papan tulis kecil. Mereka pun hanya duduk dilantai, tanpa adanya bangku atau meja.
"Mohon maaf ya anak-anak, karena alat-alat belajar tak memadai, jadi kita belajar seadanya dulu," tutur seorang guru kepada siswanya.
Margiati pun menyesalkan aksi segel yang dilakukan anggota dewan tersebut. Proses belajar siswanya pun jadi terganggu.
"Pokoknya kami kesampingkan sengketanya dulu. Yang penting anak-anak bisa belajar," ujarnya.
(ysw)