Kasus JIS terulang di SDN 06 Pondok Rangon
A
A
A
Sindonews.com - Belum juga tuntas kasus kejahatan di Jakarta International School (JIS), kasus serupa kembali terjadi. Kali ini kasus tersebut menimpa seorang siswi kelas III di SDN 06 Petang, Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Siswi yang masih berusia 11 tahun itu diduga menjadi korban kejahatan seksual oleh oknum guru di sekolahnya.
M (40), orangtua korban mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Rabu 30 April 2014 lalu. Saat itu, M melihat anaknya pulang sekolah tapi berjalan dengan tidak normal.
"Saya tanya dia bilang digigit semut. Besok harinya dia baru mengeluh kemaluannya sakit, pas saya lihat ternyata sudah bengkak," ujar M saat ditemui di kediamannya di Harjamukti, Cimanggis, Depok, Rabu (7/5/2014).
M kemudian membawa buah hatinya ke bidan terdekat untuk diperiksa, namun bidan tersebut merujuk ke RS Ibu dan Anak yang terletak tak jauh dari lokasi rumahnya.
Saat tiba di rumah sakit, dokter yang memeriksa W terkejut melihat kondisi kelamin W.
"Kata dokter ini luka akibat penganiayaan, saya disarankan membawa anak saya untuk divisum," papar M.
M yang hanya seorang buruh cuci dengan penghasilan Rp300 ribu per bulan kebingungan dengan biaya visum, namun atas saran kenalannya yang seorang anggota polisi M diantar ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Timur, untuk membuat surat rujukan visum.
"Katanya gratis untuk visumnya, tapi sekarang anak saya yang tidak mau divisum karena trauma," ungkapnya.
Menurut pengakuan W, dirinya tak mengingat secara detail kejadian tersebut. Namun, W meyakini orang yang melakukan tindakan pelecehan tersebut adalah guru kelasnya sendiri.
Saat ini, kondisi kejiawaan W masih terguncang pascakejadian pencabulan itu. W memilih tidak masuk sekolah.
Siswi yang masih berusia 11 tahun itu diduga menjadi korban kejahatan seksual oleh oknum guru di sekolahnya.
M (40), orangtua korban mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Rabu 30 April 2014 lalu. Saat itu, M melihat anaknya pulang sekolah tapi berjalan dengan tidak normal.
"Saya tanya dia bilang digigit semut. Besok harinya dia baru mengeluh kemaluannya sakit, pas saya lihat ternyata sudah bengkak," ujar M saat ditemui di kediamannya di Harjamukti, Cimanggis, Depok, Rabu (7/5/2014).
M kemudian membawa buah hatinya ke bidan terdekat untuk diperiksa, namun bidan tersebut merujuk ke RS Ibu dan Anak yang terletak tak jauh dari lokasi rumahnya.
Saat tiba di rumah sakit, dokter yang memeriksa W terkejut melihat kondisi kelamin W.
"Kata dokter ini luka akibat penganiayaan, saya disarankan membawa anak saya untuk divisum," papar M.
M yang hanya seorang buruh cuci dengan penghasilan Rp300 ribu per bulan kebingungan dengan biaya visum, namun atas saran kenalannya yang seorang anggota polisi M diantar ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Timur, untuk membuat surat rujukan visum.
"Katanya gratis untuk visumnya, tapi sekarang anak saya yang tidak mau divisum karena trauma," ungkapnya.
Menurut pengakuan W, dirinya tak mengingat secara detail kejadian tersebut. Namun, W meyakini orang yang melakukan tindakan pelecehan tersebut adalah guru kelasnya sendiri.
Saat ini, kondisi kejiawaan W masih terguncang pascakejadian pencabulan itu. W memilih tidak masuk sekolah.
(mhd)