Pengeringan Kampung Apung lamban
A
A
A
Sindonews.com - Warga Kampung Teko (Kampung Apung) Cengkareng, Jakarta Barat keluhkan lambannya pengeringan yang dilakukan Suku Dinas PU Air Jakarta Barat. Warga takut jika tidak dipercepat, masa pengerukanpun akan terkendala musim hujan.
Ketua Rw 01 Kampung Teko, Rinan menilai, proses pengeringan Kampung Apung sangat lamban. Sebab, sejak sebulan lalu kampung yang tergenang sejak 24 tahun bebas dari sampah, pengeringannya baru dilakukan sejak dua minggu lalu. Itu juga hanya menggunakan satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik. Bahkan pekerja yang hanya diturunkan sekira 10 orang hanya bekerja sekira pukul 10.00-15.00 WIB.
"Kalau melihat pengerjaan yang dilakukan, kami takut kampung Teko kembali dilanda banjir mengingat musim hujan yang tidak bisa diprediksi kedatanganya," kata Rinan kemarin.
Rinan menjelaskan, seharusnya setelah bebas dari sampah, pihak Suku Dinas terkait mempercepat pengeringan dan merelokasi 3.810 makam di genangan seluas 1,7 hektare tersebut. Sebab, sebagai wilayah yang paling rendah, Kampung Teko dipastikan akan kembali tergenang jika tidak cepat dilakukan pengeringan dan pengurukan.
"Kalau mau ya diuruk, biar pas musim hujan datang nanti tidak banjir. Nah kalau pengeringanya lama gini, berapa lama lagi waktu untuk pemindahan dan pengerukan," jelasnya.
Berdasarkan pengamatan, pengeringan Kampung Teko memang masih terkendala banyaknya sampah yang bercampur lumpur, sehingga pompa berkapasitas 100 liter per detik sering tersumbat oleh endapan sampah tersebut. Sebuah unit backhoe juga terlihat masih mengeruk sampah-sampah yang mengendap.
Hal tersebut rupanya menjadi alasan utama oleh Kasudin PU Air Jakarta Barat, Pamudji. Menurutnya, lambannya pengeringan lantaran terkendala sampah yang mengendap dan menyumbat pompa yang ada. Untuk itu, petugas yang ada dikerahkan untuk membersihkan aliran lumpur yang menuju pompa.
Saat ini, lanjut Pamudji pihaknya baru menurunkan satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik. Namun, jika endapan sampah lumpur dinilai sudah berkurang, pihaknya akan menurunkan kembali satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik di tengah genangan.
"Kami terus mengebut pengerjaanya sambil mengeruk sampah-sampah yang terendap lumpur," katanya.
Pamudji menargetkan jika pengeringan kampung Apung akan memakan waktu sekira kurang lebih satu bulan kedepan. Setelah kering, pihaknya akan kembali mengeruk lumpur hingga sampai terlihat nisan dari 3.810 makam. Kemudian, pihak Sudin Pemakaman akan dikordinasikan untuk memindahkannya sebelum pihaknya melakukan pengurukan.
Mengenai pembuangan air yang disedot dari Kampung Teko ini, kata Pamudji bukan dialirkan ke cengkareng Drain seperti apa yang diberitakan sebelumnya. Pembuangan dilakukan ke kali Angke mengingat jarak dari kampung Teko lebih dekat dengan Kali Angke.
"Kami utamakan dulu pengeringanya. Rencana nantinya biarkan tata ruang yang bertindak," ungkapnya.
Ketua Rw 01 Kampung Teko, Rinan menilai, proses pengeringan Kampung Apung sangat lamban. Sebab, sejak sebulan lalu kampung yang tergenang sejak 24 tahun bebas dari sampah, pengeringannya baru dilakukan sejak dua minggu lalu. Itu juga hanya menggunakan satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik. Bahkan pekerja yang hanya diturunkan sekira 10 orang hanya bekerja sekira pukul 10.00-15.00 WIB.
"Kalau melihat pengerjaan yang dilakukan, kami takut kampung Teko kembali dilanda banjir mengingat musim hujan yang tidak bisa diprediksi kedatanganya," kata Rinan kemarin.
Rinan menjelaskan, seharusnya setelah bebas dari sampah, pihak Suku Dinas terkait mempercepat pengeringan dan merelokasi 3.810 makam di genangan seluas 1,7 hektare tersebut. Sebab, sebagai wilayah yang paling rendah, Kampung Teko dipastikan akan kembali tergenang jika tidak cepat dilakukan pengeringan dan pengurukan.
"Kalau mau ya diuruk, biar pas musim hujan datang nanti tidak banjir. Nah kalau pengeringanya lama gini, berapa lama lagi waktu untuk pemindahan dan pengerukan," jelasnya.
Berdasarkan pengamatan, pengeringan Kampung Teko memang masih terkendala banyaknya sampah yang bercampur lumpur, sehingga pompa berkapasitas 100 liter per detik sering tersumbat oleh endapan sampah tersebut. Sebuah unit backhoe juga terlihat masih mengeruk sampah-sampah yang mengendap.
Hal tersebut rupanya menjadi alasan utama oleh Kasudin PU Air Jakarta Barat, Pamudji. Menurutnya, lambannya pengeringan lantaran terkendala sampah yang mengendap dan menyumbat pompa yang ada. Untuk itu, petugas yang ada dikerahkan untuk membersihkan aliran lumpur yang menuju pompa.
Saat ini, lanjut Pamudji pihaknya baru menurunkan satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik. Namun, jika endapan sampah lumpur dinilai sudah berkurang, pihaknya akan menurunkan kembali satu unit pompa berkapasitas 100 liter per detik di tengah genangan.
"Kami terus mengebut pengerjaanya sambil mengeruk sampah-sampah yang terendap lumpur," katanya.
Pamudji menargetkan jika pengeringan kampung Apung akan memakan waktu sekira kurang lebih satu bulan kedepan. Setelah kering, pihaknya akan kembali mengeruk lumpur hingga sampai terlihat nisan dari 3.810 makam. Kemudian, pihak Sudin Pemakaman akan dikordinasikan untuk memindahkannya sebelum pihaknya melakukan pengurukan.
Mengenai pembuangan air yang disedot dari Kampung Teko ini, kata Pamudji bukan dialirkan ke cengkareng Drain seperti apa yang diberitakan sebelumnya. Pembuangan dilakukan ke kali Angke mengingat jarak dari kampung Teko lebih dekat dengan Kali Angke.
"Kami utamakan dulu pengeringanya. Rencana nantinya biarkan tata ruang yang bertindak," ungkapnya.
(lns)