Ortu harus ubah didik anak gunakan kekerasan
A
A
A
Sindonews.com - Pola asuh orangtua hingga latar belakang keluarga bakal memengaruhi karakter atau pribadi seorang anak. Jika dididik menggunakan kekerasan, maka akan berpengaruh buruk pada psikologis anak dan daya tumbuh kembangnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan untuk menangani kasus kekerasan anak baik anak sebagai pelaku maupun korban agar jangan terjebak pada aspek hilir, semua pihak penyelenggara harus fokus pada hulu. Pelaku kekerasan tertinggi justru adalah ibunya.
"Ibu sering menjadi pelaku kekerasan, perspektif perlindungan anak masih minim. Sehingga anak dipandang aset bagi keluarga, perlakuan kasar tersebut bagi keluarga dianggap benar," katanya kepada wartawan saat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di Lapas Pondok Rajeg, Cibinong, Selasa (06/05/2014).
Pendisiplinan terhadap anak, lanjutnya, tidak dibenarkan dengan cara memukul. Cara pandang mendidik dengan cara disiplin yang salah tersebut harus diubah.
"Menafikan prosesnya, dikit-dikit anak dipukul, proses sama outputnya harus berbanding lurus. Harus diubah mindsetnya," ungkapnya.
Hasil penelitian KPAI, lanjutnya, faktor ekonomi juga jadi pemicu kekerasan terhadap anak. Konflik keluarga juga membuat anak sering jadi korban, marah pada suami anak dibanting.
Rasa kesal di dalam hati seorang ibu juga kerap melampiaskannya kepada anak. Ia pun meminta budaya mendidik anak dengan menggunakan media alat pukul harus dihapuskan.
"Misalnya orientasi tertentu, pengaruh budaya, rotan dan gesper untuk didik disiplin, tradisi kultural seperti itu harus difilter," tukasnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan untuk menangani kasus kekerasan anak baik anak sebagai pelaku maupun korban agar jangan terjebak pada aspek hilir, semua pihak penyelenggara harus fokus pada hulu. Pelaku kekerasan tertinggi justru adalah ibunya.
"Ibu sering menjadi pelaku kekerasan, perspektif perlindungan anak masih minim. Sehingga anak dipandang aset bagi keluarga, perlakuan kasar tersebut bagi keluarga dianggap benar," katanya kepada wartawan saat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di Lapas Pondok Rajeg, Cibinong, Selasa (06/05/2014).
Pendisiplinan terhadap anak, lanjutnya, tidak dibenarkan dengan cara memukul. Cara pandang mendidik dengan cara disiplin yang salah tersebut harus diubah.
"Menafikan prosesnya, dikit-dikit anak dipukul, proses sama outputnya harus berbanding lurus. Harus diubah mindsetnya," ungkapnya.
Hasil penelitian KPAI, lanjutnya, faktor ekonomi juga jadi pemicu kekerasan terhadap anak. Konflik keluarga juga membuat anak sering jadi korban, marah pada suami anak dibanting.
Rasa kesal di dalam hati seorang ibu juga kerap melampiaskannya kepada anak. Ia pun meminta budaya mendidik anak dengan menggunakan media alat pukul harus dihapuskan.
"Misalnya orientasi tertentu, pengaruh budaya, rotan dan gesper untuk didik disiplin, tradisi kultural seperti itu harus difilter," tukasnya.
(ysw)