Jejak predator bule di Jakarta
A
A
A
Sindonews.com - Berdasarkan penelusuran majalah Sindo Weekly, ditengarai ada pelaku kejahatan seksual di Jakarta International School (JIS) yang belum tersentuh. Ini menurut pengakuan korban baru yang mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Beberapa waktu lalu KPAI menerima pengaduan kejahatan seksual yang terjadi di JIS. Korban kedua ini bukan warga negara Indonesia. Dia warga negara asing.
Pengakuan ini cukup mengejutkan. Apalagi, sia anak membeberkan ciri-ciri pelaku yang lebih mengarah kepada tenaga pengajar atau staf sekolah. (Baca: Korban baru JIS diperdaya pria bermata biru dan pirang)
Meski belum mau melapor secara resmi, beberapa orangtua yang menelepon KPAI juga menyebutkan ciri-ciri yang hampir sama. Karena itu komisi meminta agar polisi mengembangkan fokus penyelidikan ke luar komunitas petugas kebersihan.
"Kami mengusulkan semua staf dan tenaga pengajar menjalani tes darah," ujar Sekjen KPAI, Erlinda.
Sumber SINDO Weekly mengatakan bahwa KPAI sudah mengantongi satu nama pelaku lain berinisial FC. Namun sumber itu menolak membebeberkan posisi FC di sekolah tersebut.
Keberadaan paedofil dari tenaga pengajar asing di JIS bukan tanpa preseden. Pada 23 April 2014 lalu, FBI merilis nama William James Vahey (64) sebagai terpidana pencabulan anak disejumlah negara.
Vahey yang bunuh diri di Kamar Hotel di Amerika ini menghabiskan separuh hidupnya untuk menyodomi siswa sekolah internasional di sembilan negera, Caracas, Venezuela, hingga Jakarta. Vahey pernah mengajar sosiologi di JIS selama sepuluh tahun, sejak 1992-2002.
Setiap kali mengajukan lamaran kerja, Vahey selalu menyertakan syarat unik berupa kesempatan luas berinteraksi dengan siswa dalam aktivitas luar sekolah. Hingga 2008, setidaknya Vahey sudah memangsa 90 anak.
Salah satu anak itu sangat mungkin adalah Zaenal yang mewarisi paedofilia dari Vahey. Kepada polisi, Zaenal juga mengaku pernah disodomi Vahey saat berusia 14 tahun di bundaran Pondok Indah.
Bagi Erlinda, kisah Zaenal semakin menguatkan laporan korban kedua. Dia menduga kuat Vahey meninggalkan jejak pada guru lain yang saat ini masih mengajar di JIS. "Rentetan jejak tersebut harus dijadikan satu untuk menyingkap tabir kasus ini."
Sebagian predator itu bahkan para diplomat asing. Juni tahun lalu, dengan mengutip sumber internal di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, New York Post melaporkan bahwa eks Duta Besar Amerika Serikat untuk Belgia, Howard Gutman menjadi pelanggan tetap sindikat jaringan paedofilia saat masih menjabat. Sumber itu juga menuding kalau Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton berupaya menutupi skandal ini.
Wayne Madsen, seorang jurnalis investigasi Amerika juga pernah mengungkap upaya Ralph L. Boyce, Duta Besar Amerika di Bangkok membungkam aparat dan media Thailand dalam kasus paedofilia yang melibatkan John Mark Karr, seorang guru internasional Amerika seperti Vahey.
Perlakuan istimewa yang diterima Karr membuat Madsen curiga bahwa Karr bukan orang biasa-biasa saja. Karr, menurut Madsen, tak hanya mengincar anak-anak untuk konsumsi pribadi, tapi juga untuk melayani diplomat dan pejabat tinggi Amerika yang mengidap kelainan seksual itu.
Beberapa waktu lalu KPAI menerima pengaduan kejahatan seksual yang terjadi di JIS. Korban kedua ini bukan warga negara Indonesia. Dia warga negara asing.
Pengakuan ini cukup mengejutkan. Apalagi, sia anak membeberkan ciri-ciri pelaku yang lebih mengarah kepada tenaga pengajar atau staf sekolah. (Baca: Korban baru JIS diperdaya pria bermata biru dan pirang)
Meski belum mau melapor secara resmi, beberapa orangtua yang menelepon KPAI juga menyebutkan ciri-ciri yang hampir sama. Karena itu komisi meminta agar polisi mengembangkan fokus penyelidikan ke luar komunitas petugas kebersihan.
"Kami mengusulkan semua staf dan tenaga pengajar menjalani tes darah," ujar Sekjen KPAI, Erlinda.
Sumber SINDO Weekly mengatakan bahwa KPAI sudah mengantongi satu nama pelaku lain berinisial FC. Namun sumber itu menolak membebeberkan posisi FC di sekolah tersebut.
Keberadaan paedofil dari tenaga pengajar asing di JIS bukan tanpa preseden. Pada 23 April 2014 lalu, FBI merilis nama William James Vahey (64) sebagai terpidana pencabulan anak disejumlah negara.
Vahey yang bunuh diri di Kamar Hotel di Amerika ini menghabiskan separuh hidupnya untuk menyodomi siswa sekolah internasional di sembilan negera, Caracas, Venezuela, hingga Jakarta. Vahey pernah mengajar sosiologi di JIS selama sepuluh tahun, sejak 1992-2002.
Setiap kali mengajukan lamaran kerja, Vahey selalu menyertakan syarat unik berupa kesempatan luas berinteraksi dengan siswa dalam aktivitas luar sekolah. Hingga 2008, setidaknya Vahey sudah memangsa 90 anak.
Salah satu anak itu sangat mungkin adalah Zaenal yang mewarisi paedofilia dari Vahey. Kepada polisi, Zaenal juga mengaku pernah disodomi Vahey saat berusia 14 tahun di bundaran Pondok Indah.
Bagi Erlinda, kisah Zaenal semakin menguatkan laporan korban kedua. Dia menduga kuat Vahey meninggalkan jejak pada guru lain yang saat ini masih mengajar di JIS. "Rentetan jejak tersebut harus dijadikan satu untuk menyingkap tabir kasus ini."
Sebagian predator itu bahkan para diplomat asing. Juni tahun lalu, dengan mengutip sumber internal di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, New York Post melaporkan bahwa eks Duta Besar Amerika Serikat untuk Belgia, Howard Gutman menjadi pelanggan tetap sindikat jaringan paedofilia saat masih menjabat. Sumber itu juga menuding kalau Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton berupaya menutupi skandal ini.
Wayne Madsen, seorang jurnalis investigasi Amerika juga pernah mengungkap upaya Ralph L. Boyce, Duta Besar Amerika di Bangkok membungkam aparat dan media Thailand dalam kasus paedofilia yang melibatkan John Mark Karr, seorang guru internasional Amerika seperti Vahey.
Perlakuan istimewa yang diterima Karr membuat Madsen curiga bahwa Karr bukan orang biasa-biasa saja. Karr, menurut Madsen, tak hanya mengincar anak-anak untuk konsumsi pribadi, tapi juga untuk melayani diplomat dan pejabat tinggi Amerika yang mengidap kelainan seksual itu.
(ysw)