Kesaksian Bagus usai lolos dari pembantaian Gugum
A
A
A
Sindonews.com - Bagus (16), berhasil lolos dari pembantaian kekasih kakaknya, Gugum, setelah sempat melakukan perlawanan terhadap pelaku. Usai lolos, Bagus pun berteriak-teriak minta tolong kepada warga sekitar rumahnya.
Ketika itu, Bagus, siswa kelas II SMKN 6 Kota Tangerang itu baru saja pulang dari sekolah sekitar pukul 15.30 WIB. Dia tidak mengetahui kedua orangtuanya Dukut (50), Heriyanti (45), serta adiknya Prasetyo (13), sudah tewas dibunuh.
"Di dalam rumah dia bertemu Gugum. Bagus melihat ada darah di tangannya. Tapi Gugum bilang kalau dia habis berkelahi dengan anak Kota Bumi. Lalu Bagus diajak Gugum naik ke lantai dua," kata Tatang Murdio (56), tetangga korban.
Saat di lantai dua, Gugum memukul kepala Bagus dengan kunci pipa. Namun pukulan itu tidak begitu keras, sehingga Bagus tidak terkapar. Karenanya Bagus sempat baku hantam dengan pelaku.
"Bagus sempat teriak minta tolong. Saya mendengarnya langsung saya samperi. Tapi saat saya panggil, Gus.. Bagus.. tidak ada jawaban. Ternyata saat itu dia sedang rebutan kunci pipa," jelas Tatang.
Tatang yang mengira teriakan itu hanya karena perkelahian biasa dengan keluarga tidak merasa curiga dan membiarkannya. Tiba-tiba Bagus berlari keluar rumah dengan kondisi kepala berlumuran darah.
"Bagus kabur setelah berhasil merebut kunci pipa. Dia teriak, 'saya dipukul dia, saya dipukul dia'. Saya dan tetangga belum ngerti yang Bagus sebut itu siapa," terangnya.
Menurut Tatang, warga juga belum menyadari tiga anggota keluarga Bagus telah tewas. Warga mengira kalau Bagus hanya berkelahi dengan Gugum.
"Karena warga curiga, kami memeriksa ke dalam rumah. Ternyata Ibu Heriyanti dan Prasetio sudah tewas berlumuran darah. Tapi kita juga belum tahu kalau Pak Dudut juga tewas di lantai dua. Hal tu baru diketahui setelah polisi datang memerikasa rumah," jelasnya.
Pelaku sendiri berhasil ditangkap warga saat mencoba melarikan diri dari lewat atap rumah. Warga mengepungnya di sudut gang yang tak jauh rumah korban.
"Dia sedang cuci tangan di rumah warga. Saat ditangkap dia diam saja tidak melawan. Tadinya mau dipukuli, tapi dilarang sama warga lain. Dia langsung digiring ke Polsek Jatiuwung," jelas Tatang.
Ketika itu, Bagus, siswa kelas II SMKN 6 Kota Tangerang itu baru saja pulang dari sekolah sekitar pukul 15.30 WIB. Dia tidak mengetahui kedua orangtuanya Dukut (50), Heriyanti (45), serta adiknya Prasetyo (13), sudah tewas dibunuh.
"Di dalam rumah dia bertemu Gugum. Bagus melihat ada darah di tangannya. Tapi Gugum bilang kalau dia habis berkelahi dengan anak Kota Bumi. Lalu Bagus diajak Gugum naik ke lantai dua," kata Tatang Murdio (56), tetangga korban.
Saat di lantai dua, Gugum memukul kepala Bagus dengan kunci pipa. Namun pukulan itu tidak begitu keras, sehingga Bagus tidak terkapar. Karenanya Bagus sempat baku hantam dengan pelaku.
"Bagus sempat teriak minta tolong. Saya mendengarnya langsung saya samperi. Tapi saat saya panggil, Gus.. Bagus.. tidak ada jawaban. Ternyata saat itu dia sedang rebutan kunci pipa," jelas Tatang.
Tatang yang mengira teriakan itu hanya karena perkelahian biasa dengan keluarga tidak merasa curiga dan membiarkannya. Tiba-tiba Bagus berlari keluar rumah dengan kondisi kepala berlumuran darah.
"Bagus kabur setelah berhasil merebut kunci pipa. Dia teriak, 'saya dipukul dia, saya dipukul dia'. Saya dan tetangga belum ngerti yang Bagus sebut itu siapa," terangnya.
Menurut Tatang, warga juga belum menyadari tiga anggota keluarga Bagus telah tewas. Warga mengira kalau Bagus hanya berkelahi dengan Gugum.
"Karena warga curiga, kami memeriksa ke dalam rumah. Ternyata Ibu Heriyanti dan Prasetio sudah tewas berlumuran darah. Tapi kita juga belum tahu kalau Pak Dudut juga tewas di lantai dua. Hal tu baru diketahui setelah polisi datang memerikasa rumah," jelasnya.
Pelaku sendiri berhasil ditangkap warga saat mencoba melarikan diri dari lewat atap rumah. Warga mengepungnya di sudut gang yang tak jauh rumah korban.
"Dia sedang cuci tangan di rumah warga. Saat ditangkap dia diam saja tidak melawan. Tadinya mau dipukuli, tapi dilarang sama warga lain. Dia langsung digiring ke Polsek Jatiuwung," jelas Tatang.
(hyk)