Sekolah internasional bukan Kedubes
A
A
A
Sindonews.com - Pantas saja kejahatan yang terjadi di sekolah internasional rentan ditutupi, pasalnya pihak sekolah sendiri menutup diri dengan dunia luar. Kondisi ini terjadi di dua sekolah yakni Jakarta International School (JIS) dan Academic Collage Group, Jakarta Selatan.
Berdasarkan pengalaman Koran Sindo pada Rabu 23 April 2014, bersama sejumlah wartawan dari media massa nasional lain mencoba meminta konfirmasi ke Jakarta International School (JIS) di Jalan Terogong Raya No 33, Cilandak, Jakarta Selatan terkait kasus kejahatan seksual yang dialami beberapa siswa TK/PAUD JIS.
Meski sudah menunggu di depan pagar besi sekolah selama berjam-jam, namun informasi yang diinginkan tidak didapatkan sama sekali. Justru para kuli tinta, sebutan untuk wartawan, dihadap-hadapkan dengan para sekuriti dalam jumlah banyak.
Bahkan ketika beberapa wartawan, minta izin untuk pinjam toilet sekolah, salah satu sekuriti bernama Luthfi Anggara mengatakan, toilet di sekolah bukan untuk umum.
"Toilet sekolah bukan untuk umum, jadi tidak bisa," bentak Lutfi kepada wartawan.
Parahnya, ketika wartawan meminta brosur/profil sekolah pihak penerima tamu (yang juga berseragam sekuriti) menjawab tidak punya. Di depan pagar JIS ini, terdapat lebih dari 15 sekuriti dengan badan besar, muka tertutup, dan tidak ramah wartawan.
Arogansi sekolah internasional tidak hanya terjadi di JIS, tapi juga di Academic Collage Group (ACG) International School di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan.
Rencana ingin membuat janji dengan pihak sekolah untuk meliput profil lembaga, tapi sambutan tidak menyenangkan diterima Koran Sindo ketika mengungkapkan diri sebagai wartawan.
Koran Sindo ditolak bertemu dengan resepsionis sekolah, apalagi kepala sekolah. Praktis, hanya berdiri di depan gerbang besi sekolah yang tertutup rapat selama sekitar satu jam.
Penjagaan melibatkan lebih dari lima sekuriti. Tampak sekolah ini dikelilingi pagar besi runcing yang tinggi dan tertutup rapat, sehingga muncul kesan sekolah ini menutup diri dari lingkungan sekitar.
Padahal, sejatinya tujuan Koran Sindo mendatangi JIS dan ACG untuk mencari informasi kurikulum, model pembelajaran, biaya sekolah, dan segala hal yang terkait dengan profil sekolah.
Tujuannya, agar pemberitaan media massa tidak melulu terjebak pada persoalan amoral, tapi bisa menjelaskan kepada publik sisi yang positif sekolah internasional.
Berdasarkan pengalaman Koran Sindo pada Rabu 23 April 2014, bersama sejumlah wartawan dari media massa nasional lain mencoba meminta konfirmasi ke Jakarta International School (JIS) di Jalan Terogong Raya No 33, Cilandak, Jakarta Selatan terkait kasus kejahatan seksual yang dialami beberapa siswa TK/PAUD JIS.
Meski sudah menunggu di depan pagar besi sekolah selama berjam-jam, namun informasi yang diinginkan tidak didapatkan sama sekali. Justru para kuli tinta, sebutan untuk wartawan, dihadap-hadapkan dengan para sekuriti dalam jumlah banyak.
Bahkan ketika beberapa wartawan, minta izin untuk pinjam toilet sekolah, salah satu sekuriti bernama Luthfi Anggara mengatakan, toilet di sekolah bukan untuk umum.
"Toilet sekolah bukan untuk umum, jadi tidak bisa," bentak Lutfi kepada wartawan.
Parahnya, ketika wartawan meminta brosur/profil sekolah pihak penerima tamu (yang juga berseragam sekuriti) menjawab tidak punya. Di depan pagar JIS ini, terdapat lebih dari 15 sekuriti dengan badan besar, muka tertutup, dan tidak ramah wartawan.
Arogansi sekolah internasional tidak hanya terjadi di JIS, tapi juga di Academic Collage Group (ACG) International School di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan.
Rencana ingin membuat janji dengan pihak sekolah untuk meliput profil lembaga, tapi sambutan tidak menyenangkan diterima Koran Sindo ketika mengungkapkan diri sebagai wartawan.
Koran Sindo ditolak bertemu dengan resepsionis sekolah, apalagi kepala sekolah. Praktis, hanya berdiri di depan gerbang besi sekolah yang tertutup rapat selama sekitar satu jam.
Penjagaan melibatkan lebih dari lima sekuriti. Tampak sekolah ini dikelilingi pagar besi runcing yang tinggi dan tertutup rapat, sehingga muncul kesan sekolah ini menutup diri dari lingkungan sekitar.
Padahal, sejatinya tujuan Koran Sindo mendatangi JIS dan ACG untuk mencari informasi kurikulum, model pembelajaran, biaya sekolah, dan segala hal yang terkait dengan profil sekolah.
Tujuannya, agar pemberitaan media massa tidak melulu terjebak pada persoalan amoral, tapi bisa menjelaskan kepada publik sisi yang positif sekolah internasional.
(ysw)