Pengawasan dimana-mana tapi masih kecolongan
A
A
A
Sindonews.com - Maraknya kasus pelecehan seksual pada anak membuat para orangtua merasa khawatir. Salah satunya yang terjadi pada siswa TK di Jakarta Internasional School (JIS) baru-baru ini.
Kasus pelecehan seksual pada anak juga mengundang rasa prihatin
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kepala BKKBN Wilayah Provinsi Jawa Barat Siti Fathonah menyesalkan pengawasan JIS yang begitu ketat tetap saja kecolongan.
"Ini muncul satu kasus di dunia pendidikan yang qualified, kurang qualified apa JIS itu, ada CCTV pengawasan dimana-mana tapi masih kecolongan," katanya di Depok, Selasa 22 April 2014.
Siti menambahkan, bukan hanya parenting soal pendidikan seks, sebab para orangtua tak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Namun membangun komunikasi terhadap anak adalah kunci utama.
"Bayangkan saja pada kasus JIS ini jedanya kan lama baru ketahuan. Anak tak bisa komunikasi secara lugas dengan orangtuanya. Kita harus koreksi diri, bagaimana bicara anak dengan tanpa batas. Banyak orangtua sudah menjustifikasi anak, 'tuh kan mama bilang juga apa'," katanya.
Pendidikan seksual sejak dini, kata Siti, juga penting diperkenalkan secara berjenjang. Walaupun sejak usia balita hingga menjelng akil baligh.
"Banyak caranya karena kita tak bisa pukul rata anak. Stage umur ikuti jenjang umur, umur 2 tahun-an tiga, empat, lima tahapan sampai jelang menstruasi atau akil baligh. Harus wajib diberikan pengetahuan itu," ungkapnya.
Artinya anak memahami siapa dirinya serta anatomi tubuhnya hingga bagian reproduksi dan cara menjaganya. Sebab pelajaran yang diberikan di sekolah dinilai tidak cukup mengupas tuntas lebih jauh.
"Anak harus kenali bahwa mereka punya mata, hidung tangan, organ reproduksi. Itu nomor 1. Kami dalam bidang Bina Keluarga Balita dan genre remaja, ikut sosialisasikan ini, karena di sekolah enggak dapat itu. Paling hanya pelajaran Biologi, olahraga, dan agama, itupun tak dikupas tuntas," tandasnya.
Baca:
JIS libatkan agen asing, ada apa?
Komnas PA desak Kemendikbud bentuk tim pencari fakta
Kasus pelecehan seksual pada anak juga mengundang rasa prihatin
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kepala BKKBN Wilayah Provinsi Jawa Barat Siti Fathonah menyesalkan pengawasan JIS yang begitu ketat tetap saja kecolongan.
"Ini muncul satu kasus di dunia pendidikan yang qualified, kurang qualified apa JIS itu, ada CCTV pengawasan dimana-mana tapi masih kecolongan," katanya di Depok, Selasa 22 April 2014.
Siti menambahkan, bukan hanya parenting soal pendidikan seks, sebab para orangtua tak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Namun membangun komunikasi terhadap anak adalah kunci utama.
"Bayangkan saja pada kasus JIS ini jedanya kan lama baru ketahuan. Anak tak bisa komunikasi secara lugas dengan orangtuanya. Kita harus koreksi diri, bagaimana bicara anak dengan tanpa batas. Banyak orangtua sudah menjustifikasi anak, 'tuh kan mama bilang juga apa'," katanya.
Pendidikan seksual sejak dini, kata Siti, juga penting diperkenalkan secara berjenjang. Walaupun sejak usia balita hingga menjelng akil baligh.
"Banyak caranya karena kita tak bisa pukul rata anak. Stage umur ikuti jenjang umur, umur 2 tahun-an tiga, empat, lima tahapan sampai jelang menstruasi atau akil baligh. Harus wajib diberikan pengetahuan itu," ungkapnya.
Artinya anak memahami siapa dirinya serta anatomi tubuhnya hingga bagian reproduksi dan cara menjaganya. Sebab pelajaran yang diberikan di sekolah dinilai tidak cukup mengupas tuntas lebih jauh.
"Anak harus kenali bahwa mereka punya mata, hidung tangan, organ reproduksi. Itu nomor 1. Kami dalam bidang Bina Keluarga Balita dan genre remaja, ikut sosialisasikan ini, karena di sekolah enggak dapat itu. Paling hanya pelajaran Biologi, olahraga, dan agama, itupun tak dikupas tuntas," tandasnya.
Baca:
JIS libatkan agen asing, ada apa?
Komnas PA desak Kemendikbud bentuk tim pencari fakta
(mhd)