Tak laku, PKL Pasar Gembrong kembali ke trotoar
A
A
A
Sindonews.com - Tren para pedagang kaki lima (PKL) kembali berjualan di trotoar, juga diikuti oleh PKL Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur. Tak beda dengan wilayah lain, PKL Pasar Gembrong beralasan, tempat relokasi yang disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur sepi pengunjung.
"Di dalam (Pasar Gembrong Baru) sepi, enggak berkembang. Itu pasar sudah mati. Mending di sini (trotoar), lebih laku dagangan saya," kata Jack, penjual boneka saat ditemui Sindonews di lokasi, Kamis (3/4/2014).
Jack mengaku, sehari berjualan di trotoar bisa menghabiskan barang dagangannya sebanyak satu lusin. Sedangkan di tempat relokasi tidak laku. "Bayangkan saja sendiri, kalau sepi begitu siapa sih yang mau bertahan di sana? Mending di sini, (pendapatan) cukup buat bini sama anak," kata dia.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Karniti. Menurutnya, tidak ada penghasilan yang bisa diperolehnya dengan berjualan di lokasi yang telah disediakan.
Wanita paruh baya ini juga merasa keberatan dengan biaya listrik dan kebersihan yang tidak sebanding dengan pelanggan yang didapatnya. "Rugi pasti deh kalau di dalam. Makanya saya sama teman saya buka di trotoar ini," tukasnya.
Oleh karena itu, Karniti minta kebijaksanaan agar dirinya dan PKL lain diperbolehkan berdagang di trotoar. "Yang penting kita enggak pakai badan jalan, enggak bikin macet," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, sejak pagi tadi para PKL sudah membuka lapaknya masing-masing di Jalan DI Panjaitan hingga Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur.
Mereka di antaranya pedagang boneka, mainan anak-anak hingga karpet. Meski tak terlihat lagi memakai badan jalan, namun masih ada saja pedagang yang memakai trotoar untuk berjualan.
Baca:
Kembali ke jalan, PKL berhadapan dengan Satpol PP
Puluhan lapak PKL Tanah Abang ditertibkan
"Di dalam (Pasar Gembrong Baru) sepi, enggak berkembang. Itu pasar sudah mati. Mending di sini (trotoar), lebih laku dagangan saya," kata Jack, penjual boneka saat ditemui Sindonews di lokasi, Kamis (3/4/2014).
Jack mengaku, sehari berjualan di trotoar bisa menghabiskan barang dagangannya sebanyak satu lusin. Sedangkan di tempat relokasi tidak laku. "Bayangkan saja sendiri, kalau sepi begitu siapa sih yang mau bertahan di sana? Mending di sini, (pendapatan) cukup buat bini sama anak," kata dia.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Karniti. Menurutnya, tidak ada penghasilan yang bisa diperolehnya dengan berjualan di lokasi yang telah disediakan.
Wanita paruh baya ini juga merasa keberatan dengan biaya listrik dan kebersihan yang tidak sebanding dengan pelanggan yang didapatnya. "Rugi pasti deh kalau di dalam. Makanya saya sama teman saya buka di trotoar ini," tukasnya.
Oleh karena itu, Karniti minta kebijaksanaan agar dirinya dan PKL lain diperbolehkan berdagang di trotoar. "Yang penting kita enggak pakai badan jalan, enggak bikin macet," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, sejak pagi tadi para PKL sudah membuka lapaknya masing-masing di Jalan DI Panjaitan hingga Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur.
Mereka di antaranya pedagang boneka, mainan anak-anak hingga karpet. Meski tak terlihat lagi memakai badan jalan, namun masih ada saja pedagang yang memakai trotoar untuk berjualan.
Baca:
Kembali ke jalan, PKL berhadapan dengan Satpol PP
Puluhan lapak PKL Tanah Abang ditertibkan
(mhd)