Korban banjir Desa Cabang Dua butuh pengobatan
A
A
A
Sindonews.com - Komunitas Ibu Peduli Banjir Jabodetabek kembali berikan pengobatan gratis di Kampung Cabang Dua, Desa Lenggah Sari, Cabangbungin, Muara Gembong, Bekasi Utara, hari ini. Sedikitnya 700 warga diberikan pengobatan gratis di desa yang terkepung banjir tersebut.
Sebelumnya, komunitas Ibu-ibu peduli tersebut pada kamis 23 Januari 2014 lalu datang ke lokasi Kampung Cabang Dua dengan membawa sejumlah bantuan sandang dan pangan yang terdiri dari makanan cepat saji, pakaian, mie instan, dan sebagainya yang dinilai cukup untuk sejumlah korban banjir si kampung Cabang Dua itu.
"Setelah kami beberapa hari lalu memberikan sejumlah bantuan logistik, hari ini (kemarin) kami memberikan pengobatan gratis. Sebab, kami melihat banyak warga yang sakit ditengah banjir yang sudah hampir 15 hari ini belum juga surut," kata Ketua Komunitas Ibu-Ibu Peduli Jabodetabek, Emi Sumangkut kepada wartawan Minggu (26/1/2014).
Emi menjelaskan, pengobatan gratis ini dibantu oleh Lembaga Kesehatan Umat (LKU) Masjid An-Nashr Jakarta, Rohis Masjid Pondok Indah, serta Masjid Jami Bintaro Sektor 2 yang menyediakan 12 dokter dan obat yang dinilai dapat mengobati 700 pasien. Hal itu tentunya belum cukup, mengingat warga Kampung Cabang Dua berjumlah sekitar 6.000 jiwa.
Untuk itu, dia berharap kepada pemerintah, masyarakat yang mampu dan sebagainya agar dapat mengulurkan tanganya di Kampung Cabang Dua ini.
Selain itu, dirinya juga dibantu oleh kelompok Ibu-Ibu Marinir Angkatan Laut (AL) yang memberikan bantuan logistik berupa makanan, minuman, sembako, pakaian dan selimut kepada warga yang jumlahnya dinilai cukup untuk warga Kampung Cabang Dua.
"Semoga dengan adanya bantuan yang kami berikan dapat menghilangkan penderitaan warga. Kami juga berharap agar bantuan ini dapat membuka mata para dermawan lainnya untuk membantu warga kampung Cabang Dua ini," jelasnya.
Adapun alasan Emi memilih lokasi Cabang Dua untuk kegiatan bakti sosialnya, yakni lantaran berdasarkan informasi yang dimilikinya, wilayah ini belum tersentuh bantuan meski kampung yang mayoritas ditinggali kelompok masyarakat menengah ke bawah tersebut sudah terendam selama 15 hari.
"Dengan ekomoni yang sulit, keadaan banjir di Kampung Cabang Dua membuat masyarakatnya semakin terpuruk. Banjir di sini diperkirakan akan surut dalam waktu yang cukup lama yakni satu bulan ke depan," ungkapnya.
Sejumlah masyarakat yang mengungsi di posko peduli banjir Masjid Al Ikhlas menyambut kedatangan sejumlah relawan yang datang menggunakan perahu sampan milik warga dan satu unit perahu karet milik Marinir AL. Terlebih mereka datang bukan hanya membawa logistik, melainkan pengobatan gratis.
"Saya sangat senang dengan adanya pengobatan gratis ini. Sebab, anak saya, Megi (5), sudah tiga hari ini panasnya belum juga turun. Padahal sudah minum obat warung. Sementara untuk ke dokter aksesnya sangat menyulitkan," kata Nunung (25) yang juga mengalami penyakit gatal-gatal itu.
Menurut istri dari Nian (30) yang merupakan seorang petani, setelah dikunjungi oleh komunitas Ibu-Ibu Peduli dengan membawa sejumlah media pada Kamis 23 Januari lalu, sejumlah bantuan logistik dari berbagai relawan terus berdatangan.
Namun, pengobatan gratis ini baru pertama kali dilakukan saat ini. Untuk itu, dirinya berharap agar bantuan pengobatan gratis ini dapat ditiru kembali oleh sejumlah relawan, mengingat banyak warga yang mengalami penyakit gatal-gatal, demam dan sebagainya.
"Kami mandi, masak, nyuci dan sebagainya menggunakan air banjir. Sebab air bersih disini sudah tidak ada, warung air mineral pada tutup. Mau keluar kampung sangat jauh dan aksesnya terkepung banjir di sawah," ungkapnya.
Sementara itu, Dokter Handaya mengatakan, sejumlah obat-obatan yang disiapkan untuk 700 warga habis dalam satu hari. Menurutnya, kondisi kampung dengan lingkungan yang terkepung banjir selama 15 hari ini membuat seluruh warga mudah terserang penyakit.
"Kami khususkan untuk anak-anak dan lansia terlebih dahulu. Paling banyak penyakit ISPA dan kulit," jelasnya.
Seperti diketahui, Sebanyak 6000 jiwa Kampung Cabang Dua, Desa Lenggah sari, Cabangbungin , Muara Gembong, Bekasi Utara Jawa Barat itu terendam akibat banjir. Selama 15 hari bertahan di posko pengungsian Masjid dan di rumahnya masing-masing, mereka minim bantuan.
Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat Desa Cabangbungin, Harun Harosyid mengatakan sejak Senin 13 Januari 2014, 19 Rt di 9 Rw Kampung Cabang Dua dengan jumlah rumah sebanyak 1.200 yang dihuni 1.700 Kepala Keluarga (KK) dan jumlah jiwa sebanyak 6.000 terendam air setinggi 100-180 cm.
Selama 15 hari mengalami kondisi tersebut, hanya satu kali pemerintah kabupaten memberikan bantuan berupa mie instan dan beras yang hanya cukup untuk bertahan hidup masyarakat selama dua hari.
"Bantuan dari Pemkab hari Minggu 19 Januari 2014. Kami berharap para dermawan datang memberikan bantuan khusunya makanan cepat saji, selimut, pakaian dan obat-obatan. Sebab, banyak warga yang mengalami sakit demam, diare dan gatal-gatal," kata Harun Harosyid.
Harun menjelaskan, kondisi geografis Kampung Cabang Dua yang berbatasan dengan kali Ciheurang setiap tahunnya memang selalu terendam jika air sungai tanpa tanggul itu meluap. Namun setelah sekian puluh tahun, baru kali ini air menggenangi permukiman lebih tinggi.
Bahkan, sawah yang merupakan mata pencaharian masyarakat setempat terendam hingga dua meter.
"Kampung kami selain dibatasi dengan sungai Cihaerung juga dikelilingi oleh persawahan seluas 600 hektare. Semuanya terendam saat masa penyemaian," jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu, kata Harun masyarakat yang terendam banjir sulit mencari makan dan kebutuhan lainnya. Sedangkan mereka juga tidak mau diungsikan karena selain jauh, mereka takut lantaran tidak ada yang menjamin keamanan kampung mereka.
"Akses menuju sini berjarak dua km dari jalan raya yang tidak tergenang. Mungkin kondisi itu juga yang menyulitkan relawan ataupun pejabat lainnya memberikan bantuan," ujarnya.
Sebelumnya, komunitas Ibu-ibu peduli tersebut pada kamis 23 Januari 2014 lalu datang ke lokasi Kampung Cabang Dua dengan membawa sejumlah bantuan sandang dan pangan yang terdiri dari makanan cepat saji, pakaian, mie instan, dan sebagainya yang dinilai cukup untuk sejumlah korban banjir si kampung Cabang Dua itu.
"Setelah kami beberapa hari lalu memberikan sejumlah bantuan logistik, hari ini (kemarin) kami memberikan pengobatan gratis. Sebab, kami melihat banyak warga yang sakit ditengah banjir yang sudah hampir 15 hari ini belum juga surut," kata Ketua Komunitas Ibu-Ibu Peduli Jabodetabek, Emi Sumangkut kepada wartawan Minggu (26/1/2014).
Emi menjelaskan, pengobatan gratis ini dibantu oleh Lembaga Kesehatan Umat (LKU) Masjid An-Nashr Jakarta, Rohis Masjid Pondok Indah, serta Masjid Jami Bintaro Sektor 2 yang menyediakan 12 dokter dan obat yang dinilai dapat mengobati 700 pasien. Hal itu tentunya belum cukup, mengingat warga Kampung Cabang Dua berjumlah sekitar 6.000 jiwa.
Untuk itu, dia berharap kepada pemerintah, masyarakat yang mampu dan sebagainya agar dapat mengulurkan tanganya di Kampung Cabang Dua ini.
Selain itu, dirinya juga dibantu oleh kelompok Ibu-Ibu Marinir Angkatan Laut (AL) yang memberikan bantuan logistik berupa makanan, minuman, sembako, pakaian dan selimut kepada warga yang jumlahnya dinilai cukup untuk warga Kampung Cabang Dua.
"Semoga dengan adanya bantuan yang kami berikan dapat menghilangkan penderitaan warga. Kami juga berharap agar bantuan ini dapat membuka mata para dermawan lainnya untuk membantu warga kampung Cabang Dua ini," jelasnya.
Adapun alasan Emi memilih lokasi Cabang Dua untuk kegiatan bakti sosialnya, yakni lantaran berdasarkan informasi yang dimilikinya, wilayah ini belum tersentuh bantuan meski kampung yang mayoritas ditinggali kelompok masyarakat menengah ke bawah tersebut sudah terendam selama 15 hari.
"Dengan ekomoni yang sulit, keadaan banjir di Kampung Cabang Dua membuat masyarakatnya semakin terpuruk. Banjir di sini diperkirakan akan surut dalam waktu yang cukup lama yakni satu bulan ke depan," ungkapnya.
Sejumlah masyarakat yang mengungsi di posko peduli banjir Masjid Al Ikhlas menyambut kedatangan sejumlah relawan yang datang menggunakan perahu sampan milik warga dan satu unit perahu karet milik Marinir AL. Terlebih mereka datang bukan hanya membawa logistik, melainkan pengobatan gratis.
"Saya sangat senang dengan adanya pengobatan gratis ini. Sebab, anak saya, Megi (5), sudah tiga hari ini panasnya belum juga turun. Padahal sudah minum obat warung. Sementara untuk ke dokter aksesnya sangat menyulitkan," kata Nunung (25) yang juga mengalami penyakit gatal-gatal itu.
Menurut istri dari Nian (30) yang merupakan seorang petani, setelah dikunjungi oleh komunitas Ibu-Ibu Peduli dengan membawa sejumlah media pada Kamis 23 Januari lalu, sejumlah bantuan logistik dari berbagai relawan terus berdatangan.
Namun, pengobatan gratis ini baru pertama kali dilakukan saat ini. Untuk itu, dirinya berharap agar bantuan pengobatan gratis ini dapat ditiru kembali oleh sejumlah relawan, mengingat banyak warga yang mengalami penyakit gatal-gatal, demam dan sebagainya.
"Kami mandi, masak, nyuci dan sebagainya menggunakan air banjir. Sebab air bersih disini sudah tidak ada, warung air mineral pada tutup. Mau keluar kampung sangat jauh dan aksesnya terkepung banjir di sawah," ungkapnya.
Sementara itu, Dokter Handaya mengatakan, sejumlah obat-obatan yang disiapkan untuk 700 warga habis dalam satu hari. Menurutnya, kondisi kampung dengan lingkungan yang terkepung banjir selama 15 hari ini membuat seluruh warga mudah terserang penyakit.
"Kami khususkan untuk anak-anak dan lansia terlebih dahulu. Paling banyak penyakit ISPA dan kulit," jelasnya.
Seperti diketahui, Sebanyak 6000 jiwa Kampung Cabang Dua, Desa Lenggah sari, Cabangbungin , Muara Gembong, Bekasi Utara Jawa Barat itu terendam akibat banjir. Selama 15 hari bertahan di posko pengungsian Masjid dan di rumahnya masing-masing, mereka minim bantuan.
Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat Desa Cabangbungin, Harun Harosyid mengatakan sejak Senin 13 Januari 2014, 19 Rt di 9 Rw Kampung Cabang Dua dengan jumlah rumah sebanyak 1.200 yang dihuni 1.700 Kepala Keluarga (KK) dan jumlah jiwa sebanyak 6.000 terendam air setinggi 100-180 cm.
Selama 15 hari mengalami kondisi tersebut, hanya satu kali pemerintah kabupaten memberikan bantuan berupa mie instan dan beras yang hanya cukup untuk bertahan hidup masyarakat selama dua hari.
"Bantuan dari Pemkab hari Minggu 19 Januari 2014. Kami berharap para dermawan datang memberikan bantuan khusunya makanan cepat saji, selimut, pakaian dan obat-obatan. Sebab, banyak warga yang mengalami sakit demam, diare dan gatal-gatal," kata Harun Harosyid.
Harun menjelaskan, kondisi geografis Kampung Cabang Dua yang berbatasan dengan kali Ciheurang setiap tahunnya memang selalu terendam jika air sungai tanpa tanggul itu meluap. Namun setelah sekian puluh tahun, baru kali ini air menggenangi permukiman lebih tinggi.
Bahkan, sawah yang merupakan mata pencaharian masyarakat setempat terendam hingga dua meter.
"Kampung kami selain dibatasi dengan sungai Cihaerung juga dikelilingi oleh persawahan seluas 600 hektare. Semuanya terendam saat masa penyemaian," jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu, kata Harun masyarakat yang terendam banjir sulit mencari makan dan kebutuhan lainnya. Sedangkan mereka juga tidak mau diungsikan karena selain jauh, mereka takut lantaran tidak ada yang menjamin keamanan kampung mereka.
"Akses menuju sini berjarak dua km dari jalan raya yang tidak tergenang. Mungkin kondisi itu juga yang menyulitkan relawan ataupun pejabat lainnya memberikan bantuan," ujarnya.
(kri)