Tak ada resapan tanah, Jakarta terancam tenggelam
A
A
A
Sindonews.com - Kurangnya daerah penyerapan tanah di Jakarta dituding menjadi salah satu faktor utama wilayah Ibukota Indonesia ini terus dilanda banjir dari tahun ke tahun.
Pembangunan gedung-gedung pencakar langit yang terus bermunculan dinilai menyebabkan kurangnya daerah serapan tanah yang berakibat adanya banjir bila hujan.
Pasalnya, banyak pohon serta poin penghijauan lain ditebang secara membabi buta. Jika terus dilakukan, bukan mustahil Jakarta dapat tenggelam suatu saat nanti.
"Pembangunan besar-besaran seharusnya didukung juga dengan penyerapan tanah. Itu basement. Seharusnya jangan terlalu lebar, kalau hujan turun pipa-pipanya tidak kuat menampung kan repot. Harusnya hujan yang turun diresap langsung ke dalam tanah biar enggak banjir," jelas Pengamat Ahli Perkotaan dan Lingkungan Darundono saat dihubungi SINDOnews, Selasa (21/1/2014).
Menurut Darundono, minimnya daerah resapan ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas lingkungan hidup di Jakarta.
Berdasarkan data yang dimilikinya, kondisi tampungan air di Jakarta dinilai memprihatinkan. Jika pada zaman Belanda Jakarta punya 266 situ, sekarang tidak lebih dari 33 situ dengan kondisi yang memprihatinkan. Dampaknya, setiap tahun Jakarta mengalami defisit air tanah sebanyak 66.6 juta m3.
"Pembangunan gedung perkantoran, mall, rumah sakit dan lainnya harus memerlukan peresapan tanah. Jika tidak, bukan tidak mungkin Jakarta akan cepat tenggelam," tutupnya.
Pembangunan gedung-gedung pencakar langit yang terus bermunculan dinilai menyebabkan kurangnya daerah serapan tanah yang berakibat adanya banjir bila hujan.
Pasalnya, banyak pohon serta poin penghijauan lain ditebang secara membabi buta. Jika terus dilakukan, bukan mustahil Jakarta dapat tenggelam suatu saat nanti.
"Pembangunan besar-besaran seharusnya didukung juga dengan penyerapan tanah. Itu basement. Seharusnya jangan terlalu lebar, kalau hujan turun pipa-pipanya tidak kuat menampung kan repot. Harusnya hujan yang turun diresap langsung ke dalam tanah biar enggak banjir," jelas Pengamat Ahli Perkotaan dan Lingkungan Darundono saat dihubungi SINDOnews, Selasa (21/1/2014).
Menurut Darundono, minimnya daerah resapan ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas lingkungan hidup di Jakarta.
Berdasarkan data yang dimilikinya, kondisi tampungan air di Jakarta dinilai memprihatinkan. Jika pada zaman Belanda Jakarta punya 266 situ, sekarang tidak lebih dari 33 situ dengan kondisi yang memprihatinkan. Dampaknya, setiap tahun Jakarta mengalami defisit air tanah sebanyak 66.6 juta m3.
"Pembangunan gedung perkantoran, mall, rumah sakit dan lainnya harus memerlukan peresapan tanah. Jika tidak, bukan tidak mungkin Jakarta akan cepat tenggelam," tutupnya.
(rsa)