Bosan mengungsi, korban banjir butuh pemerintah
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah wilayah Jakarta Barat masih digenangi air dengan ketinggian rata-rata 60-150 cm. Akibatnya sejumlah warga masih bertahan dalam posko pengungsian.
Berdasarkan pantauan, sejumlah warga Pesing Koneng, RT 12/08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 50 masih berada di posko pengungsian di bantaran rel kereta api pesing.
Selain itu, 467 warga Rawa Buaya juga masih bertahan di kantor Unit Pengelola Tekhnis (UPT) Sentra Primer Barat Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat lantaran tiga RW di wilayah tersebut masih terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa.
Salah seorang korban banjir yang mengungsi di bantaran rel kereta api, Muhasyim (55), mengatakan dirinya bersama warga lainya memilih untuk bertahan di pengungsian meski tidak ada bantuan sedikitpun sejak mengungsi pada Senin 13 Januari pagi hingga saat ini.
Air yang menggenangi rumahnya di RT 12/08 hanya baru surut sekitar 5 cm, setelah sejak Minggu 12 Januari malam mencapai dua meter.
"Sama sekali tidak ada bantuan. Atap terpal ini saja atas inisiatif warga," kata Muhasyim yang sedang menunggu mi instan sebagai santapan makan siangnya, Selasa (14/1/2014).
Sebagai warga asli Pesing Koneng, Muhasyim hampir setiap tahun semasa hidupnya mengalami musibah banjir. Dia pun sudah pasrah dengan kondisi seperti itu.
"Setiap tahun pasti banjir. Padahal kalau dengar di TV, pemerintah mendapatkan anggaran penanganan banjir hampir ratusan miliar rupiah. Namun kenyataanya tidak ada perubahan," ungkapnya.
Ketua RT 12/08, M Jimbo mengatakan ada 13 RT di RW 08 yang mengalami kebanjiran sejak dua hari lalu. Namun, posko pengungsian yang berada di bantaran kali hanya ditempati oleh RT 12 dengan jumlah warga sebanyak 50 KK. Sedangkan yang lainnya tersebar di sejumlah lokasi yang lebih tinggi dekat pemukiman yang tergenang.
Dia mengakui pengungsi di bantaran rel belum mendapatkan bantuan sedikitpun sejak mengungsi pada kemarin pagi. Dia pun berharap agar pihak terkait dapat segera mengirimkan bantuan, khususnya makanan dan selimut. Sebab, posko pengungsian ini hanya beratapkan terpal dan tidak berdinding.
"Pada ngecek-ngecek doang ke sini, bantuannya mah nggak ada. Camat juga belum datang, hanya lurah saja. Warga selama ini masak mie dan beli nasi," ujarnya.
Selain itu, kata Jimbo, sejak puluhan tahun warganya mengalami kebanjiran, tidak ada satupun terlihat penanganan yang maksimal dari pihak terkait.
Dia mengakui letak geografis wilayah RW 08 berada di bawah permukaan air Kali Moklevard. Namun, dia berharap agar ada upaya yang terbaik dari pemerintah untuk menjauhkan warga dari kondisi yang seperti ini.
"Beberapa tahun lalu pemerintah membuat Kali Sodetan dari Kali Moklevard ke Kali Sekertaris hingga Grogol. Namun nyatanya banjir semakin parah di wilayah kami," ungkapnya.
Sementara itu, meski mendapatkan bantuan secara bertahap dari sejumlah pihak terkait, warga korban banjir yang berada di kantor UPT Sentra Primer Barat Rawa Buaya berharap agar pemerintah benar-benar bekerja untuk mengatasi banjir yang terjadi di wilayahnya.
"Ada tiga RW yang banjir di Rawa Buaya, yaitu RW 01, 02 dan 03. Itu hampir seluruh RT. Nah kalau RW 02 dan 03 udah surut, kami di RW 01 baru tiga hari kemudian surutnya," ungkap Arfi Puspitawati (34) warga RT 06/01 Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Ibu beranak tiga itu mengatakan sudah bosan dengan budaya mengungsi setiap kali banjir. Bahkan, banjir itu bukan terjadi setiap tahun, melainkan setiap hujan turun selama dua jam.
"Pemerintah kayak enggak perhatian sama kami warga kecil. Buktinya hampir 15 tahun saya tinggal di sini (Rawa Buaya) banjir tidak pernah bisa teratasi," keluhnya.
Camat Cengkareng Junaidi mengakui banjir di Rawa Buaya tidak pernah teratasi setiap kali hujan turun. Namun dia mengklaim titik banjir di wilayah Cengkareng berkurang dari tahun kemarin. "Tahun kemarin ada 11 titik. Sekarang hanya tinggal tujuh titik," ujarnya.
Junaidi pun merincikan jumlah lokasi yang masih banjir dengan ketinggian 60-150 cm di wilayahnya, yakni di RW 01, 02, dan 05 Kelurahan Kapuk, di keluarahan Rawa Buaya ada di RW 01, 02 dan 03. Sedangkan di Kelurahan Kedaung Kali Angke, hanya ada di Rw 08.
"Tahun kemarin dua RW di Keluarahan Duri Kosambi dan dua RW di Cengkareng Barat banjir, sekarang sudah tidak," tegasnya.
Adapun jumlah pengungsi di tujuh titik banjir tersebut mencapai 2.096 jiwa yang tersebar di tujuh lokasi pengungsian yang terletak di fasilitas umum seperti masjid, kantor sekretariat RW dan sebagainya yang tidak tergenang dan dekat dengan lokasi banjir.
"Bantuan sudah lengkap semua, hanya selimut saja mungkin yang kurang," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Barat Fatahillah memastikan sejumlah bantuan akan didatangkan ke sejumlah lokasi pengungsian di Jakarta Barat. Menurutnya, keterlambatan logistik bukan karena ketidaksiapan, melainkan pihaknya sedang melakukan pendataan.
"Sore ini semua bantuan baik logistik, selimut, pakaian dan sebagainya saya pastikan sudah sampai di sejumlah lokasi pengungsian, termasuk di bantaran rel kereta api pesing," tegasnya.
Fatahillah juga meminta kesabaran kepada sejumlah warga korban banjir jika wilayahnya masih mengalami musibah banjir. Sebab, menurut wali kota yang baru menjabat sekitar satu tahun itu, menangani banjir tidak semudah membalikan telapak tangan.
"Banjir tahun ini jika dibandingkan tahun lalu cepat surut. Nah yang masih tergenang itu kan berada di bawah permukaan Kali Angke. Pokoknya kami terus berupaya untuk mengatasi banjir tersebut," ungkapnya.
Berdasarkan pantauan, sejumlah warga Pesing Koneng, RT 12/08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 50 masih berada di posko pengungsian di bantaran rel kereta api pesing.
Selain itu, 467 warga Rawa Buaya juga masih bertahan di kantor Unit Pengelola Tekhnis (UPT) Sentra Primer Barat Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat lantaran tiga RW di wilayah tersebut masih terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa.
Salah seorang korban banjir yang mengungsi di bantaran rel kereta api, Muhasyim (55), mengatakan dirinya bersama warga lainya memilih untuk bertahan di pengungsian meski tidak ada bantuan sedikitpun sejak mengungsi pada Senin 13 Januari pagi hingga saat ini.
Air yang menggenangi rumahnya di RT 12/08 hanya baru surut sekitar 5 cm, setelah sejak Minggu 12 Januari malam mencapai dua meter.
"Sama sekali tidak ada bantuan. Atap terpal ini saja atas inisiatif warga," kata Muhasyim yang sedang menunggu mi instan sebagai santapan makan siangnya, Selasa (14/1/2014).
Sebagai warga asli Pesing Koneng, Muhasyim hampir setiap tahun semasa hidupnya mengalami musibah banjir. Dia pun sudah pasrah dengan kondisi seperti itu.
"Setiap tahun pasti banjir. Padahal kalau dengar di TV, pemerintah mendapatkan anggaran penanganan banjir hampir ratusan miliar rupiah. Namun kenyataanya tidak ada perubahan," ungkapnya.
Ketua RT 12/08, M Jimbo mengatakan ada 13 RT di RW 08 yang mengalami kebanjiran sejak dua hari lalu. Namun, posko pengungsian yang berada di bantaran kali hanya ditempati oleh RT 12 dengan jumlah warga sebanyak 50 KK. Sedangkan yang lainnya tersebar di sejumlah lokasi yang lebih tinggi dekat pemukiman yang tergenang.
Dia mengakui pengungsi di bantaran rel belum mendapatkan bantuan sedikitpun sejak mengungsi pada kemarin pagi. Dia pun berharap agar pihak terkait dapat segera mengirimkan bantuan, khususnya makanan dan selimut. Sebab, posko pengungsian ini hanya beratapkan terpal dan tidak berdinding.
"Pada ngecek-ngecek doang ke sini, bantuannya mah nggak ada. Camat juga belum datang, hanya lurah saja. Warga selama ini masak mie dan beli nasi," ujarnya.
Selain itu, kata Jimbo, sejak puluhan tahun warganya mengalami kebanjiran, tidak ada satupun terlihat penanganan yang maksimal dari pihak terkait.
Dia mengakui letak geografis wilayah RW 08 berada di bawah permukaan air Kali Moklevard. Namun, dia berharap agar ada upaya yang terbaik dari pemerintah untuk menjauhkan warga dari kondisi yang seperti ini.
"Beberapa tahun lalu pemerintah membuat Kali Sodetan dari Kali Moklevard ke Kali Sekertaris hingga Grogol. Namun nyatanya banjir semakin parah di wilayah kami," ungkapnya.
Sementara itu, meski mendapatkan bantuan secara bertahap dari sejumlah pihak terkait, warga korban banjir yang berada di kantor UPT Sentra Primer Barat Rawa Buaya berharap agar pemerintah benar-benar bekerja untuk mengatasi banjir yang terjadi di wilayahnya.
"Ada tiga RW yang banjir di Rawa Buaya, yaitu RW 01, 02 dan 03. Itu hampir seluruh RT. Nah kalau RW 02 dan 03 udah surut, kami di RW 01 baru tiga hari kemudian surutnya," ungkap Arfi Puspitawati (34) warga RT 06/01 Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Ibu beranak tiga itu mengatakan sudah bosan dengan budaya mengungsi setiap kali banjir. Bahkan, banjir itu bukan terjadi setiap tahun, melainkan setiap hujan turun selama dua jam.
"Pemerintah kayak enggak perhatian sama kami warga kecil. Buktinya hampir 15 tahun saya tinggal di sini (Rawa Buaya) banjir tidak pernah bisa teratasi," keluhnya.
Camat Cengkareng Junaidi mengakui banjir di Rawa Buaya tidak pernah teratasi setiap kali hujan turun. Namun dia mengklaim titik banjir di wilayah Cengkareng berkurang dari tahun kemarin. "Tahun kemarin ada 11 titik. Sekarang hanya tinggal tujuh titik," ujarnya.
Junaidi pun merincikan jumlah lokasi yang masih banjir dengan ketinggian 60-150 cm di wilayahnya, yakni di RW 01, 02, dan 05 Kelurahan Kapuk, di keluarahan Rawa Buaya ada di RW 01, 02 dan 03. Sedangkan di Kelurahan Kedaung Kali Angke, hanya ada di Rw 08.
"Tahun kemarin dua RW di Keluarahan Duri Kosambi dan dua RW di Cengkareng Barat banjir, sekarang sudah tidak," tegasnya.
Adapun jumlah pengungsi di tujuh titik banjir tersebut mencapai 2.096 jiwa yang tersebar di tujuh lokasi pengungsian yang terletak di fasilitas umum seperti masjid, kantor sekretariat RW dan sebagainya yang tidak tergenang dan dekat dengan lokasi banjir.
"Bantuan sudah lengkap semua, hanya selimut saja mungkin yang kurang," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Barat Fatahillah memastikan sejumlah bantuan akan didatangkan ke sejumlah lokasi pengungsian di Jakarta Barat. Menurutnya, keterlambatan logistik bukan karena ketidaksiapan, melainkan pihaknya sedang melakukan pendataan.
"Sore ini semua bantuan baik logistik, selimut, pakaian dan sebagainya saya pastikan sudah sampai di sejumlah lokasi pengungsian, termasuk di bantaran rel kereta api pesing," tegasnya.
Fatahillah juga meminta kesabaran kepada sejumlah warga korban banjir jika wilayahnya masih mengalami musibah banjir. Sebab, menurut wali kota yang baru menjabat sekitar satu tahun itu, menangani banjir tidak semudah membalikan telapak tangan.
"Banjir tahun ini jika dibandingkan tahun lalu cepat surut. Nah yang masih tergenang itu kan berada di bawah permukaan Kali Angke. Pokoknya kami terus berupaya untuk mengatasi banjir tersebut," ungkapnya.
(hyk)