Jaringan penembak Briptu Ruslan belum tertangkap
A
A
A
Sindonews.com - Masih ingat dengan kasus penembakan Briptu Ruslan Kusuma, yang menjadi korban tembak pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Arema Car Wash, Pekapuran, Cimanggis, Depok, 13 September 2013 silam?
Hingga kini jaringan pelaku curanmor yang menembak Briptu Ruslam belum juga terungkap, meski salah satu pelaku sudah ditangkap oleh Polresta Depok.
"Infonya sudah ditangkap satu orang, dijaring Polri. Tetapi kami belum bisa mengungkap ini," kata Kapolresta Depok Kombes Pol Achmad Kartiko kepada wartawan, Minggu (29/12/2013).
Achmad menjelaskan, kasus satu pelaku curanmor sulit untuk dikaitkan kelompok satu dengan kelompok lain. Sebab para pelaku curanmor pada umumnya memiliki solidaritas dan militan terhadap kelompoknya. Sehingga meski tertangkap, tak akan buka suara.
"Mereka yang tertangkap pasti sembunyikan identitas kelompok lain. Karena mereka tahu akan ada unsur pemberatan dalam vonisnya," tegasnya.
Sesuai catatan Polda Metro Jaya, Depok salah satu kota yang tertinggi dengan kasus curanmor. Namun begitu, angka kasus curanmor di Depok menurun di tahun 2013, yakni sebanyak 503 kasus dibanding pada tahun 2012 sebanyak 613 kasus.
Menanggapi hal ini Achmad mengatakan, pihaknya tak bisa memprediksi kecamatan atau wilayah paling rawan curanmor, sebab para pelaku berpindah-pindah.
"Kejahatan bervariasi, dua bulan terakhir Beji. Pelaku berpindah-indah. Sebelumnya Sukmajaya, lalu Pancoran Mas, tak bisa kita katakan paling rawan, karena tidak di satu wilayah tapi berpindah-pindah," tandasnya.
Baca:
Lagi, polisi ditembak di Depok
Satu anggota komplotan penembak Briptu Ruslan dibekuk
Hingga kini jaringan pelaku curanmor yang menembak Briptu Ruslam belum juga terungkap, meski salah satu pelaku sudah ditangkap oleh Polresta Depok.
"Infonya sudah ditangkap satu orang, dijaring Polri. Tetapi kami belum bisa mengungkap ini," kata Kapolresta Depok Kombes Pol Achmad Kartiko kepada wartawan, Minggu (29/12/2013).
Achmad menjelaskan, kasus satu pelaku curanmor sulit untuk dikaitkan kelompok satu dengan kelompok lain. Sebab para pelaku curanmor pada umumnya memiliki solidaritas dan militan terhadap kelompoknya. Sehingga meski tertangkap, tak akan buka suara.
"Mereka yang tertangkap pasti sembunyikan identitas kelompok lain. Karena mereka tahu akan ada unsur pemberatan dalam vonisnya," tegasnya.
Sesuai catatan Polda Metro Jaya, Depok salah satu kota yang tertinggi dengan kasus curanmor. Namun begitu, angka kasus curanmor di Depok menurun di tahun 2013, yakni sebanyak 503 kasus dibanding pada tahun 2012 sebanyak 613 kasus.
Menanggapi hal ini Achmad mengatakan, pihaknya tak bisa memprediksi kecamatan atau wilayah paling rawan curanmor, sebab para pelaku berpindah-pindah.
"Kejahatan bervariasi, dua bulan terakhir Beji. Pelaku berpindah-indah. Sebelumnya Sukmajaya, lalu Pancoran Mas, tak bisa kita katakan paling rawan, karena tidak di satu wilayah tapi berpindah-pindah," tandasnya.
Baca:
Lagi, polisi ditembak di Depok
Satu anggota komplotan penembak Briptu Ruslan dibekuk
(hyk)