Ini yang bisa cegah KDRT terhadap wanita
A
A
A
Sindonews.com - Melalui momentum Hari Ibu, tak jarang perempuan menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena faktor ekonomi. Karena itu, menurut pegiat dan aktifis perempuan Woerjaningsih atau yang akrab disapa Giwo Rubianto Wiyogo, komunikasi di dalam keluarga sangat penting.
"Istri bisa mengemukakan pendapat kita kepada suami, Insya Allah KDRT bisa dicegah, dan angkanya akan menurun, karena banyak pasangan suami istri yang tak mengetahui hak dan kewajibannya," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (22/12/2013).
Giwo menambahkan banyak perempuan yang malu dan menganggap persoalan rumah tangga khususnya KDRT sebagai aib. Sementara ibu adalah sosok yang paling penting dan sering berkomunikasi dengan anak-anak. Sehingga KDRT tentu akan mempengaruhi peran ibu seutuhnya untuk mencetak generasi penerus bangsa.
"Perempuan masih banyak karena dipengaruhi faktor budaya, yang tidak dimotivasi oleh masyarakat dan pemerintah sendiri, malu atau aib keluarga soal KDRT kalau diangkat ke permukaan, padahal kasusnya meningkat," jelas Doktor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.
Sebagai mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Giwo mengungkapkan bahwa ada 400 lembaga yang menangani masalah KDRT. Namun nyatanya, kata dia, lembaga tersebut tidak efektif. Sementara ia juga menilai bahwa peran pemerintah belum signifikan dalam mendukung kemajuan perempuan.
"Istri bisa mengemukakan pendapat kita kepada suami, Insya Allah KDRT bisa dicegah, dan angkanya akan menurun, karena banyak pasangan suami istri yang tak mengetahui hak dan kewajibannya," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (22/12/2013).
Giwo menambahkan banyak perempuan yang malu dan menganggap persoalan rumah tangga khususnya KDRT sebagai aib. Sementara ibu adalah sosok yang paling penting dan sering berkomunikasi dengan anak-anak. Sehingga KDRT tentu akan mempengaruhi peran ibu seutuhnya untuk mencetak generasi penerus bangsa.
"Perempuan masih banyak karena dipengaruhi faktor budaya, yang tidak dimotivasi oleh masyarakat dan pemerintah sendiri, malu atau aib keluarga soal KDRT kalau diangkat ke permukaan, padahal kasusnya meningkat," jelas Doktor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.
Sebagai mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Giwo mengungkapkan bahwa ada 400 lembaga yang menangani masalah KDRT. Namun nyatanya, kata dia, lembaga tersebut tidak efektif. Sementara ia juga menilai bahwa peran pemerintah belum signifikan dalam mendukung kemajuan perempuan.
(ysw)