Kandang satwa, TMR bantah tak libatkan animal keeper
A
A
A
Sindonews.com - Pengelola Taman Margasatwa Ragunan (TMR) bantah tudingan yang menyatakan, pihaknya tidak pernah mendengarkan rekomendasi dari petugas animal keeper dalam proses pembangunan sistem kandang hewan.
"Saya kira kalau untuk pembuatan kandang, selalu dibicarakan antara animal keeper dengan pengelola kontruksi, termasuk masukan dari tim Ragunan," kata Kepala Humas TMR Wahyudi Bambang Prihantoro saat dihubungi Sindonews, Kamis (19/12/2013).
Wahyudi menegaskan, terkait pembangunan kontruksi dan model kandang hewan telah dibicarakan seluruh stakeholder TMR dengan seksama. Kalaupun ada kekurangan, masukan dari petugas animal keeper selalu dilibatkan.
"Animal keeper selalu dilibatkan dalam kontruksi kandang. Mereka banyak memberikan masukan. Kalau ada yang tidak sempurna, itu kan proses," tuturnya.
Menurut Wahyudi, desain kandang hewan di TMR sudah mengacu pada standar operasional Internasional dengan menerapkan konsep enclosure. Di mana kandang-kandang satwa didesain terbuka dan dibangun seperti di habitat aslinya.
"Jadi kalau dilihat kandang-kandang kita sudah ada ruang terbuka untuk bermain, sehingga satwa tidak merasa terkurung. Mereka bisa berlari, bermain, ada air untuk berenang supaya nyaman seperti di habitat aslinya," tukasnya.
Sebelumnya, Direktur Center for Orangutan Protection (COP) Hardi Baktiantoro mengatakan, maraknya kasus kematian hewan di TMR terjadi karena sikap arogan pihak manajemen yang selalu 'tutup kuping' terhadap rekomendasi dari para animal keeper. Padahal, animal keeper di kebun bintang tersebut bisa dibilang sudah cukup pintar juga berpengalaman dalam hal merawat dan menangani satwa.
"Kalau pengalaman saya, di Ragunan itu para animal keeper atau perawat satwanya sudah pintar-pintar dan profesional. Sayangnya pihak manajemen kurang mendukung," katanya saat dihubungi Sindonews, Rabu 18 Desember 2013 malam.
Baca berita terkait:
Orangutan 'gantung diri', pengelola TMR sebut itu kecelakaan
"Saya kira kalau untuk pembuatan kandang, selalu dibicarakan antara animal keeper dengan pengelola kontruksi, termasuk masukan dari tim Ragunan," kata Kepala Humas TMR Wahyudi Bambang Prihantoro saat dihubungi Sindonews, Kamis (19/12/2013).
Wahyudi menegaskan, terkait pembangunan kontruksi dan model kandang hewan telah dibicarakan seluruh stakeholder TMR dengan seksama. Kalaupun ada kekurangan, masukan dari petugas animal keeper selalu dilibatkan.
"Animal keeper selalu dilibatkan dalam kontruksi kandang. Mereka banyak memberikan masukan. Kalau ada yang tidak sempurna, itu kan proses," tuturnya.
Menurut Wahyudi, desain kandang hewan di TMR sudah mengacu pada standar operasional Internasional dengan menerapkan konsep enclosure. Di mana kandang-kandang satwa didesain terbuka dan dibangun seperti di habitat aslinya.
"Jadi kalau dilihat kandang-kandang kita sudah ada ruang terbuka untuk bermain, sehingga satwa tidak merasa terkurung. Mereka bisa berlari, bermain, ada air untuk berenang supaya nyaman seperti di habitat aslinya," tukasnya.
Sebelumnya, Direktur Center for Orangutan Protection (COP) Hardi Baktiantoro mengatakan, maraknya kasus kematian hewan di TMR terjadi karena sikap arogan pihak manajemen yang selalu 'tutup kuping' terhadap rekomendasi dari para animal keeper. Padahal, animal keeper di kebun bintang tersebut bisa dibilang sudah cukup pintar juga berpengalaman dalam hal merawat dan menangani satwa.
"Kalau pengalaman saya, di Ragunan itu para animal keeper atau perawat satwanya sudah pintar-pintar dan profesional. Sayangnya pihak manajemen kurang mendukung," katanya saat dihubungi Sindonews, Rabu 18 Desember 2013 malam.
Baca berita terkait:
Orangutan 'gantung diri', pengelola TMR sebut itu kecelakaan
(mhd)