Ahok nilai kenakalan remaja bisa dicegah

Minggu, 24 November 2013 - 18:20 WIB
Ahok nilai kenakalan remaja bisa dicegah
Ahok nilai kenakalan remaja bisa dicegah
A A A
Sindonews.com - Tingginya angka kekerasan di kalangan remaja, rupanya membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merasa prihatin.

Hal itu diungkapkannya dalam acara talkshow bertajuk Bersama Membangun Karakter Positif Remaja di SMA Santo Fransiskus Asisi, Jalan Haji Ramli, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (24/11/2013).

Menurut Ahok, maraknya kekerasan remaja di ibu kota bisa diceah melalui pendidikan di lingkungan keluarga. Sebab, tumbuh kembang anak seluruhnya dimulai dari dalam rumah.

"Kasus ini bisa dicegah dengan pendidikan di keluarga," kata Ahok di depan ratusan audiens yang hadir.

Ia membeberkan, bagaimana metode yang diterapkan keluarganya ketika dirinya masih berusia remaja serta melakukan kenakalan. Baginya, dalam mendidik anak, setiap orang tua harus menggunakan pendekatan yang baik dan efektif.

"Dalam mendidik anak, orang tua tidak harus memiliki pendidikan tinggi. Pendekatan yang baik itu kunci suksesnya," jelasnya.

Ahok mencontohkan, seperti orang tuanya yang berpendidikan rendah dan keterbatasan biaya, namun berhasil mendidiknya sampai sekarang. Bahkan, bisa mengantarkannya menjadi Bupati Belitung dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Ibu saya cuma lulusan SMA dan harus bekerja jadi pembatu di rumah tante saya di Taman Sari, Jakarta Barat demi sekolah saya," ujarnya.

Sementara ayahnya, lanjut Ahok, hanya lulusan SD dan tidak melanjutkan pendidikan karena harus bekerja di tambang kepunyaan Belanda. Meski demikian, orang tuanya itu mampu mendidiknya tak berperilaku menyimpang serta membiayai pendidikannya.

"Saya kira jamannya saya semasa remaja dulu sama dahsyatnya dengan jaman sekarang. Tapi kenapa saya berhasil? Itu juga bukan karena pendidikan orangtua yang tinggi kan," tuturnya.

Ahok mengaku, masih ingat betul dengan pesan dari ayahnya yang mengatakan jika warisan terbesar di dunia itu pendidikan, bukan harta benda. Pasalnya, harta benda dinilai bisa habis dirampok orang, sementara pendidikan tidak akan bisa diambil dari dalam diri seseorang.

"Kalau harta benda, ayah saya bilang bakalan habis, dan kalau dirampok, orang kaya sekalipus bisa mati miskin. Tapi kalau kamu terdidik, kamu tidak akan berubah status, kamu akan mati juga sebagai orang terdidik," ungkapnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5584 seconds (0.1#10.140)