Polisi amankan bos penampungan TKI ilegal
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Pengamanan BNP2TKI Brigjen Bambang Purwanto mengungkapkan, di rumah berlantai dua ini diamankan Amad Hasan sebagai penanggung jawab perusahaan. Turut diamankan juga enam karyawan. Sebelumnya penyelidikan sudah berlangsung empat hari.
Bambang menyatakan, penggerebakan penampungan TKI ilegal ini berdasarkan penangkapan delapan TKI ilegal di Bandara Soekarno Hatta pada pekan yang sama, oleh Polda Metro Jaya.
Kedelapan korban sudah dipulangkan ke Lampung dan Jawa Barat. Namun beberapa korban bernyanyi, bahwa di rumah ini masih banyak TKI yang ditampung secara ilegal. "Kami akan terus mengembangkan kasus ini," tegasnya.
Bambang juga mengungkapkan, Amad menjalankan perusahaanya yang bernama PT Crsytal Birumeuligo secara ilegal. Para pelaku juga terindikasi pemain lama.
Jika PT Resmi, katanya, semestinya pengelola menyiapkan pelatihan, mendirikan plang resmi dan nomor operasional. Selain itu, pengelola juga harus mengurus kartu tenaga kerja luar negeri (KTKLN) untuk mengurus visa.
"Ini bukan PT tapi hanya penampungan TKI ilegal," tegasnya.
Para pelaku selanjutnya akan diamankan di Polres Jakarta Selatan. Mereka akan terkena UU Perdagangan Manusia. Sementara 41 CTKI langsung dibawa ke Ciracas, tempat penampungan TKI yang dikelola BNP2TKI.
Sementara Amad mengaku sudah lima bulan bekerja di rumah tersebut. Satu tahun dia menyewa rumah itu seharga Rp50 juta. Selama lima bulan itu pula, dia sudah memberangkatkan 50 orang ke negara timur tengah.
Dia mengaku ada kerja sama dengan pihak lain untuk mengurus visa dan paspor bagi TKI ilegal ini.
"Yang urus paspor dan lainnya langsung di bandara," ujar pria keturunan Arab berambut plontos ini.
Ketua RT 3 RW 10 Amir Haris menjelaskan, rumah tersebut disewa oleh Amad Hasan dengan izin tempat tinggal. Amir mengakui mengenal Amad sejak lahir, karena Amad juga lahir di Kebon Baru.
Bahkan Amad beserta istri dan anaknya mempunyai rumah pribadi dekat dengan tempat kejadian, yakni Jalan S RT 5 RW 11, Kebon Baru, Jakarta Selatan. "Amad mengaku sebagai pedagang ke saya," jelasnya.
Amir menuturkan, jika siang hari rumah ini dijaga dua satpam. Tidak ada yang berani masuk ke rumah tersebut, karena satpamnya galak dengan orang tak dikenal. Meski ada 41 orang di dalam rumah, namun jarang terlihat ada orang yang keluar masuk dari rumah itu baik siang atau malam.
Sementara jika malam hari, teras rumah selalu gelap karena tidak ada lampu yang dinyalakan.
Klik di sini untuk berita terkait.
Bambang menyatakan, penggerebakan penampungan TKI ilegal ini berdasarkan penangkapan delapan TKI ilegal di Bandara Soekarno Hatta pada pekan yang sama, oleh Polda Metro Jaya.
Kedelapan korban sudah dipulangkan ke Lampung dan Jawa Barat. Namun beberapa korban bernyanyi, bahwa di rumah ini masih banyak TKI yang ditampung secara ilegal. "Kami akan terus mengembangkan kasus ini," tegasnya.
Bambang juga mengungkapkan, Amad menjalankan perusahaanya yang bernama PT Crsytal Birumeuligo secara ilegal. Para pelaku juga terindikasi pemain lama.
Jika PT Resmi, katanya, semestinya pengelola menyiapkan pelatihan, mendirikan plang resmi dan nomor operasional. Selain itu, pengelola juga harus mengurus kartu tenaga kerja luar negeri (KTKLN) untuk mengurus visa.
"Ini bukan PT tapi hanya penampungan TKI ilegal," tegasnya.
Para pelaku selanjutnya akan diamankan di Polres Jakarta Selatan. Mereka akan terkena UU Perdagangan Manusia. Sementara 41 CTKI langsung dibawa ke Ciracas, tempat penampungan TKI yang dikelola BNP2TKI.
Sementara Amad mengaku sudah lima bulan bekerja di rumah tersebut. Satu tahun dia menyewa rumah itu seharga Rp50 juta. Selama lima bulan itu pula, dia sudah memberangkatkan 50 orang ke negara timur tengah.
Dia mengaku ada kerja sama dengan pihak lain untuk mengurus visa dan paspor bagi TKI ilegal ini.
"Yang urus paspor dan lainnya langsung di bandara," ujar pria keturunan Arab berambut plontos ini.
Ketua RT 3 RW 10 Amir Haris menjelaskan, rumah tersebut disewa oleh Amad Hasan dengan izin tempat tinggal. Amir mengakui mengenal Amad sejak lahir, karena Amad juga lahir di Kebon Baru.
Bahkan Amad beserta istri dan anaknya mempunyai rumah pribadi dekat dengan tempat kejadian, yakni Jalan S RT 5 RW 11, Kebon Baru, Jakarta Selatan. "Amad mengaku sebagai pedagang ke saya," jelasnya.
Amir menuturkan, jika siang hari rumah ini dijaga dua satpam. Tidak ada yang berani masuk ke rumah tersebut, karena satpamnya galak dengan orang tak dikenal. Meski ada 41 orang di dalam rumah, namun jarang terlihat ada orang yang keluar masuk dari rumah itu baik siang atau malam.
Sementara jika malam hari, teras rumah selalu gelap karena tidak ada lampu yang dinyalakan.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)