Ditutup 4 bulan, Jalan Pepaya 'mati suri'
A
A
A
Sindonews.com - Warga Jalan Pepaya RT 002/RW 007, Pondok Cina, Beji, Depok meminta agar akses jalan dibuka kembali. Pasalnya, sejak empat bulan lalu PT Kereta Api Indonesia (KAI) menutup akses jalan tersebut membuat warga sekitar harus berputar melalui Gang Kober jika ingin menuju stasiun.
Keluhan juga datang dari mahasiswa yang kost di Jalan Pepaya. Karena mereka juga harus menempuh jarak lebih jauh jika menuju kampus yang letaknya hanya di seberang stasiun.
Penutupan akses jalan itu sejak empat bulan lalu dirasa sangat menyengsarakan warga. Karena mereka harus menghabiskan waktu jika berputar ke Gang Kober.
Padahal, dahulu mereka hanya perlu waktu kurang dari lima menit menuju stasiun dan kampus Universitas Indonesia (UI). Keluhan warga telah disampaikan pada pihak stasiun. Namun hingga kini belum ada tanggapan apapun. Kini, mereka hanya meminta jalan terbaik atas penutupan jalan itu.
Warga sekitar kemudian mengeluhkan permasalahan tersebut ke DPRD Kota Depok. Hingga salah seorang angggota DPRD Kota Depok meninjau lokasi tersebut. Setelah mendengar keluhan warga serta melihat kondisi yang ada, dewan berupaya menyampaikan keluhan warga.
"Harus ada pembicaraan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Karena yang bisa mengambil keputusan adalah PT KAI," kata anggota Komisi D DPRD Depok Tengku Farida Rachmayanti kepada wartawan di Depok, Senin (18/11/2013).
Alasan pihaknya mendukung dibukanya kembali akses jalan itu karena dirasa sebagai hal krusial. Jalan Pepaya sangat dibutuhkan warga sekitar, terutama mahasiswa yang kost di jalan itu.
"Pasca dilakukan penutupan Jalan Pepaya oleh PT KAI kondisinya saat ini sepi. Seperti tidak ada aktifitas lagi karena warung-warung kecil pun terpaksa tutup," ujarnya.
Pembangunan yang dilakukan tidak harus merugikan masyarakat kecil. Seharusnya, kata dia, dengan adanya pembangunan justru meningkatkan kegiatan ekonomi pelaku usaha kecil.
Dari keluhan yang diterima, selain melemahnya pelaku usaha, warga juga sangat keberatan karena penutupan jalan sangat merugikan mereka. Pertama mereka harus berputar jauh sehingga menambah waktu tempuh. Kedua, roda perekonomian pun menjadi terpuruk.
"Padahal seharusnya, pembangunan menempatkan masyarakat sebagai subyek. Akan banyak yang diuntungkan kalau masyarakat juga dilibatkan," tegasnya.
Keluhan juga datang dari mahasiswa yang kost di Jalan Pepaya. Karena mereka juga harus menempuh jarak lebih jauh jika menuju kampus yang letaknya hanya di seberang stasiun.
Penutupan akses jalan itu sejak empat bulan lalu dirasa sangat menyengsarakan warga. Karena mereka harus menghabiskan waktu jika berputar ke Gang Kober.
Padahal, dahulu mereka hanya perlu waktu kurang dari lima menit menuju stasiun dan kampus Universitas Indonesia (UI). Keluhan warga telah disampaikan pada pihak stasiun. Namun hingga kini belum ada tanggapan apapun. Kini, mereka hanya meminta jalan terbaik atas penutupan jalan itu.
Warga sekitar kemudian mengeluhkan permasalahan tersebut ke DPRD Kota Depok. Hingga salah seorang angggota DPRD Kota Depok meninjau lokasi tersebut. Setelah mendengar keluhan warga serta melihat kondisi yang ada, dewan berupaya menyampaikan keluhan warga.
"Harus ada pembicaraan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Karena yang bisa mengambil keputusan adalah PT KAI," kata anggota Komisi D DPRD Depok Tengku Farida Rachmayanti kepada wartawan di Depok, Senin (18/11/2013).
Alasan pihaknya mendukung dibukanya kembali akses jalan itu karena dirasa sebagai hal krusial. Jalan Pepaya sangat dibutuhkan warga sekitar, terutama mahasiswa yang kost di jalan itu.
"Pasca dilakukan penutupan Jalan Pepaya oleh PT KAI kondisinya saat ini sepi. Seperti tidak ada aktifitas lagi karena warung-warung kecil pun terpaksa tutup," ujarnya.
Pembangunan yang dilakukan tidak harus merugikan masyarakat kecil. Seharusnya, kata dia, dengan adanya pembangunan justru meningkatkan kegiatan ekonomi pelaku usaha kecil.
Dari keluhan yang diterima, selain melemahnya pelaku usaha, warga juga sangat keberatan karena penutupan jalan sangat merugikan mereka. Pertama mereka harus berputar jauh sehingga menambah waktu tempuh. Kedua, roda perekonomian pun menjadi terpuruk.
"Padahal seharusnya, pembangunan menempatkan masyarakat sebagai subyek. Akan banyak yang diuntungkan kalau masyarakat juga dilibatkan," tegasnya.
(mhd)