Anak rentan jadi korban pelecehan seksual
A
A
A
Sindonews.com - Dianggap lemah dan tak berdaya, anak dibawah umur kini rentan menjadi korban pelecehan seksual. Maraknya kasus pelecehan terhadap anak ini menurut psikolog tak lepas dari terbukannya keran informasi.
“Ketika usia dini dan mereka belum siap untuk terkena paparan maka anak-anak sangat rentan menjadi korban,” kata psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Adriana S Ginanjar, Kamis (7/11/2013).
Di era kecanggihan teknologi saat ini, peran serta orangtua harus lebih ditingkatkan. Sehingga anak-anak tidak menjadi korban pelecehan seksual.
Kasus seperti ini terjadi karena adanya keterbukaan media. Artinya, pelaku dengan mudah mengakses segala sesuatu yang menjurus pada tindakan seksual.
Sebagaimana diketahui, saat ini siapapun dengan mudah mengakses internet dan membuka situs atau tayangan yang bernuansa seksual.
Sehingga ada stimulan yang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Ketika tidak ada penyaluran yang tepat maka anak-anak kerap menjadi korban.
“Secara naluri, seorang yang melihat tayangan seperti itu memiliki hasrat untuk melalukan juga. Ketika tidak ada tempat yang tepat ya mereka mencari dengan cara yang dianggap mudah,” pungkas Adriana.
“Ketika usia dini dan mereka belum siap untuk terkena paparan maka anak-anak sangat rentan menjadi korban,” kata psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Adriana S Ginanjar, Kamis (7/11/2013).
Di era kecanggihan teknologi saat ini, peran serta orangtua harus lebih ditingkatkan. Sehingga anak-anak tidak menjadi korban pelecehan seksual.
Kasus seperti ini terjadi karena adanya keterbukaan media. Artinya, pelaku dengan mudah mengakses segala sesuatu yang menjurus pada tindakan seksual.
Sebagaimana diketahui, saat ini siapapun dengan mudah mengakses internet dan membuka situs atau tayangan yang bernuansa seksual.
Sehingga ada stimulan yang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Ketika tidak ada penyaluran yang tepat maka anak-anak kerap menjadi korban.
“Secara naluri, seorang yang melihat tayangan seperti itu memiliki hasrat untuk melalukan juga. Ketika tidak ada tempat yang tepat ya mereka mencari dengan cara yang dianggap mudah,” pungkas Adriana.
(ysw)