Potret keragaman budaya di acara 1.000 beduk
A
A
A
Sindonews.com - Acara Jakarta Religious Night Festival yang akan menghadirkan 1.000 beduk terbalut dalam suasana keagamaan yang kuat dalam rangkaian peringatan perayaan pesta Idul Adha. 1434 Hijriah.
Meski demikian acara keagamaan ini tidak meninggalkan simbol-simbol etnis dan simbol pemersatu bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Pantauan Sindonews, Senin (14/10/2013) sore, beberapa gerobak dari kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat terlihat lambang Garuda Pancasila yang menggenggam tulisan Bhineka Tunggal Ika, disematkan didepan gerobak pembawa beduk.
"Ini sengaja kita taruh didepan untuk menunjukan semua masyarakat Jakarta, punya satu kesatuan dalam hidup bernegara dalam pancasila," tutur Efendi, yang menjadi bagian dari kelompok penabuh beduk dari Pegadungan, pada Sindonews, Senin (14/10/2013).
Sementara beberapa gerobak dari Kelurahan Pluit Kecamatan Panjaringan Jakarta Utara beberapa gerobak berhias lampion yang identik dengan budaya Tionghoa. Hal ini setidaknya menggambarkan akulturasi budaya dan agama yang kuat di ibu kota.
"Kita punya beberapa gerobak pembawa beduk yang dihiasi dengan lampion dari etnis Tianghoa. Ini menandakan, kami di Pluit toleransi dan akulturasinya sangat baik," kata Lurah Pluit Tahta Yujang.
Meski demikian acara keagamaan ini tidak meninggalkan simbol-simbol etnis dan simbol pemersatu bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Pantauan Sindonews, Senin (14/10/2013) sore, beberapa gerobak dari kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat terlihat lambang Garuda Pancasila yang menggenggam tulisan Bhineka Tunggal Ika, disematkan didepan gerobak pembawa beduk.
"Ini sengaja kita taruh didepan untuk menunjukan semua masyarakat Jakarta, punya satu kesatuan dalam hidup bernegara dalam pancasila," tutur Efendi, yang menjadi bagian dari kelompok penabuh beduk dari Pegadungan, pada Sindonews, Senin (14/10/2013).
Sementara beberapa gerobak dari Kelurahan Pluit Kecamatan Panjaringan Jakarta Utara beberapa gerobak berhias lampion yang identik dengan budaya Tionghoa. Hal ini setidaknya menggambarkan akulturasi budaya dan agama yang kuat di ibu kota.
"Kita punya beberapa gerobak pembawa beduk yang dihiasi dengan lampion dari etnis Tianghoa. Ini menandakan, kami di Pluit toleransi dan akulturasinya sangat baik," kata Lurah Pluit Tahta Yujang.
(ysw)