Bongkar kasus hilangnya artefak, 10 personel diterjunkan
A
A
A
Sindonews.com - Dua minggu pasca hilangnya empat artefak berlapis emas peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang disimpan di lantai dua Ruang Kasanah Museum Nasional, pihak kepolisian dan museum belum bisa menemukan benda kuno tersebut.
Maka itu, pihak kepolisian dari tim khusus Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat melakukan pra-rekonstruksi di museum yang terkenal dengan Museum Gajah tersebut.
Setiap Senin, Museum Nasional libur sehingga tidak ada satupun yang mengunjungi museum tersebut. Pihak kepolisian melakuka pra-rekonstruksi di ruang bawah tanah gedung lama Museum Nasional.
Sebanyak 10 personel dikerahkan dalam proses penyidikan Closed Circuit of Television (CCTV) yang berada di dalam ruang Kasanah di lantai dua Gedung lama Museum Nasional.
"Hari ini kita coba CCTV yang kemarin kami temukan itu satu ternyata tidak tersimpan di decoder. Ternyata decoder yang ada 16 jalur yang sudah kita sita di polres itu memang semua dalam keadaan mati selama dua bulan," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, Tatan Dirsan Atmaja kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/9/2013).
Tatan menjelaskan, pihaknya bersinergi dengan pihak Museum Nasional untuk mengungkap siapa dalang dari hilangnya empat artefak berlapis emas itu. Menurutnya, pada Rabu 25 September 2013 telah melakukan rekonstruksi terhadap pihak pengelola.
"Kalau sebelumnya kita sudah lakukan pra rekonstruksi untuk posisi daripada seluruh security yang tugas dari tanggal 10 hingga 11 September 2013 pagi. Yang diketahui tanggal 11 September Artefak itu hilang. Sehingga siapa yang berbuat apa, dengan siapa yang posnya di mana, yang dari tanggal 10 hingga 11 pagi itu kita coba semuanya," kata Tatan.
Kedepan semua hasil penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian akan dianalisa agar bisa mengarahkan siapa dalang dari hilangnya empat artefak berlapis emas tersebut. Saat ini, pihak kepolisian belum bisa menduga siapa dalang itu karena CCTV sudah mati sejak 2 bulan lalu.
"Nanti semua dikaitkan untuk dianalisa, kira-kira ke mana arah dan siapa pelaku. Dan terus kerja sama dengan tim Polda, Bandara serta Bea Cukai agar artefak tidak lari ke luar negeri," kata Tatan.
Dari hasil pra-rekonstruksi yang dilakukan pihak kepolisian, sudah ada kejanggalan terkait hilangnya artefak itu. Namun, kejanggalan tersebut enggan disebutkan oleh pihak kepolisian guna pemeriksaan lebih lanjut.
"Untuk sementara ini ada yang janggal dengan beberapa hasil prarekonstruksi yang dilakukan, mudah-mudaha kami harap bisa ungkap segera siapa pelakunya," tuntasnya.
Maka itu, pihak kepolisian dari tim khusus Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat melakukan pra-rekonstruksi di museum yang terkenal dengan Museum Gajah tersebut.
Setiap Senin, Museum Nasional libur sehingga tidak ada satupun yang mengunjungi museum tersebut. Pihak kepolisian melakuka pra-rekonstruksi di ruang bawah tanah gedung lama Museum Nasional.
Sebanyak 10 personel dikerahkan dalam proses penyidikan Closed Circuit of Television (CCTV) yang berada di dalam ruang Kasanah di lantai dua Gedung lama Museum Nasional.
"Hari ini kita coba CCTV yang kemarin kami temukan itu satu ternyata tidak tersimpan di decoder. Ternyata decoder yang ada 16 jalur yang sudah kita sita di polres itu memang semua dalam keadaan mati selama dua bulan," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, Tatan Dirsan Atmaja kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/9/2013).
Tatan menjelaskan, pihaknya bersinergi dengan pihak Museum Nasional untuk mengungkap siapa dalang dari hilangnya empat artefak berlapis emas itu. Menurutnya, pada Rabu 25 September 2013 telah melakukan rekonstruksi terhadap pihak pengelola.
"Kalau sebelumnya kita sudah lakukan pra rekonstruksi untuk posisi daripada seluruh security yang tugas dari tanggal 10 hingga 11 September 2013 pagi. Yang diketahui tanggal 11 September Artefak itu hilang. Sehingga siapa yang berbuat apa, dengan siapa yang posnya di mana, yang dari tanggal 10 hingga 11 pagi itu kita coba semuanya," kata Tatan.
Kedepan semua hasil penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian akan dianalisa agar bisa mengarahkan siapa dalang dari hilangnya empat artefak berlapis emas tersebut. Saat ini, pihak kepolisian belum bisa menduga siapa dalang itu karena CCTV sudah mati sejak 2 bulan lalu.
"Nanti semua dikaitkan untuk dianalisa, kira-kira ke mana arah dan siapa pelaku. Dan terus kerja sama dengan tim Polda, Bandara serta Bea Cukai agar artefak tidak lari ke luar negeri," kata Tatan.
Dari hasil pra-rekonstruksi yang dilakukan pihak kepolisian, sudah ada kejanggalan terkait hilangnya artefak itu. Namun, kejanggalan tersebut enggan disebutkan oleh pihak kepolisian guna pemeriksaan lebih lanjut.
"Untuk sementara ini ada yang janggal dengan beberapa hasil prarekonstruksi yang dilakukan, mudah-mudaha kami harap bisa ungkap segera siapa pelakunya," tuntasnya.
(mhd)