IPW: Penembak Polisi kriminal pengecut
A
A
A
Sindonews.com - Kasus penembakan yang menewaskan Polisi dinilai Indonesia Police Watch (IPW) merupakan aksi kriminal yang pengecut. Pasalnya, pelaku penembakan dilakukan dari belakang, sedangkan teroris biasanya berhadap-hadapan.
Ketua Presidum IPW Neta S Pane mengaku prihatin dengan maraknya aksi penembakan yang menyasar anggota Polisi. Namun dari hasil analisa IPW, kasus penembakan Polisi tersebut bukan dilakukan oleh kelompok teroris.
"Biasanya teroris lebih berani dengan menembak dari depan bukan dari belakang. Penembakan dari belakang ini merupakan aksi kriminal pengecut," kata Neta dalam siaran persnya, Sabtu (17/8/2013).
Ia menegaskan, kasus teror terhadap polisi dalam tiga bulan terakhir ini sudah enam kali terjadi. Empat polisi ditembak, satu kasus polisi dirampok saat sedang tugas dan satu lagi rumah polisi ditembaki.
Neta menduga, merebaknya aksi penembakan itu akibat kasus pertama tak kunjung terungkap. Sehingga para kriminal makin nekat melakukan uji nyali untuk menyerang polisi.
"Kalau kasusnya terungkap, trennya pasti langsung berhenti," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, Polri harus segera mengungkap kasus penembakan terhadap anggota polisi ini. Jika tidak trennya akan terus muncul dan pelakunya bisa jadi adalah orang yang berbeda satu sama lain.
Sepanjang 2011 hingga kini, kasus Polisi yang tewas dalam bertugas mengalami peningkatan. Di tahun 2012 ada 29 polisi tewas dan 14 lainnya luka-luka. Sedangkan tahun 2011, polisi yang tewas saat bertugas hanya 20 orang.
Ketua Presidum IPW Neta S Pane mengaku prihatin dengan maraknya aksi penembakan yang menyasar anggota Polisi. Namun dari hasil analisa IPW, kasus penembakan Polisi tersebut bukan dilakukan oleh kelompok teroris.
"Biasanya teroris lebih berani dengan menembak dari depan bukan dari belakang. Penembakan dari belakang ini merupakan aksi kriminal pengecut," kata Neta dalam siaran persnya, Sabtu (17/8/2013).
Ia menegaskan, kasus teror terhadap polisi dalam tiga bulan terakhir ini sudah enam kali terjadi. Empat polisi ditembak, satu kasus polisi dirampok saat sedang tugas dan satu lagi rumah polisi ditembaki.
Neta menduga, merebaknya aksi penembakan itu akibat kasus pertama tak kunjung terungkap. Sehingga para kriminal makin nekat melakukan uji nyali untuk menyerang polisi.
"Kalau kasusnya terungkap, trennya pasti langsung berhenti," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, Polri harus segera mengungkap kasus penembakan terhadap anggota polisi ini. Jika tidak trennya akan terus muncul dan pelakunya bisa jadi adalah orang yang berbeda satu sama lain.
Sepanjang 2011 hingga kini, kasus Polisi yang tewas dalam bertugas mengalami peningkatan. Di tahun 2012 ada 29 polisi tewas dan 14 lainnya luka-luka. Sedangkan tahun 2011, polisi yang tewas saat bertugas hanya 20 orang.
(ysw)