Nasib Lenong hidup segan mati tak mau
A
A
A
Sindonews.com - Komedian jebolan lenong rumpi Harry de Fretes mengaku prihatin, dengan nasib lenong saat ini. Meski masih ada di sejumlah daerah pinggiran kota Jakarta, namun keberadaan lenong kini semakin meredup.
Menurut Harry, saat ini harus banyak generasi penerus budaya Betawi yang berminat melestarikan kesenian lenong. Namun ia tetap optimis, masih ada masyarakat yang mencintai budaya Betawi.
"Lenong perkembangannya sekarang hidup segan, mati tak mau. Kasihan deh. Tapi saya tetap optimis, karena masih banyak juga yang bersemangat bangkitkan lenong," ungkapnya kepada wartawan dalam Konferensi Pers di Depok Town Square, Rabu (12/6/2013).
Ia mengeluhkan banyaknya pengusaha, atau pusat perbelanjaan yang berpikir dua kali menyediakan tempat untuk lenong. Seolah kembali ke tahun 90-an, dimana orang menganggap sebelah mata dengan kesenian lenong.
"Sebenarnya banyak yang bisa dipelajari. Melalui lenong, bisa belajar soal kehidupan masyarakat, kejujuran, hormat kepada orang tua, nilai-nilai cinta kasih. Karena itu harus dilestarikan," ungkapnya.
Apalagi, kata Harry, saat ini banyak pelajar kurang kenal dengan budaya sendiri.
"Para pelajar itu ada di golden age, merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan budaya. Regenerasi perlu dilakukan, karena lenong rumpi sudah pada jadi senior," katanya.
Menurut Harry, saat ini harus banyak generasi penerus budaya Betawi yang berminat melestarikan kesenian lenong. Namun ia tetap optimis, masih ada masyarakat yang mencintai budaya Betawi.
"Lenong perkembangannya sekarang hidup segan, mati tak mau. Kasihan deh. Tapi saya tetap optimis, karena masih banyak juga yang bersemangat bangkitkan lenong," ungkapnya kepada wartawan dalam Konferensi Pers di Depok Town Square, Rabu (12/6/2013).
Ia mengeluhkan banyaknya pengusaha, atau pusat perbelanjaan yang berpikir dua kali menyediakan tempat untuk lenong. Seolah kembali ke tahun 90-an, dimana orang menganggap sebelah mata dengan kesenian lenong.
"Sebenarnya banyak yang bisa dipelajari. Melalui lenong, bisa belajar soal kehidupan masyarakat, kejujuran, hormat kepada orang tua, nilai-nilai cinta kasih. Karena itu harus dilestarikan," ungkapnya.
Apalagi, kata Harry, saat ini banyak pelajar kurang kenal dengan budaya sendiri.
"Para pelajar itu ada di golden age, merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan budaya. Regenerasi perlu dilakukan, karena lenong rumpi sudah pada jadi senior," katanya.
(stb)