Santri Ponpes di Depok belajar dari Sang Kiyai
A
A
A
Sindonews.com - Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang kental dengan nuansa keislaman. Namun, sejak adanya film 'Sang Kiyai', membuat para santri di Depok beramai-ramai memadati gedung bioskop hanya sekedar menonton film tersebut.
Terbukti, dengan banyaknya pengunjung yang mengenakan jilbab dan peci sebagai simbol pesantren.
"Kita tidak alergi dengan bioskop. Bahkan, bisa kita jadikan sebagai sarana dakwah. Tentu, di bioskop ada nilai negatif dan positifnya," terang Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Pancoran Mas, Zaenuddin Maksum Ali, Minggu (9/6/2013).
Zainuddin mengungkapkan, pesantren telah membuka diri terhadap kemajuan dan pengaruh yang baik. Pihaknya mengaku memesan bioskop di Detos selama dua hari, dengan mengajak warga pesantrennya.
Ia menilai, dalam film itu banyak hal yang bisa diambil pelajaran. Diantaranya tokoh Sang Kiyai adalah pendiri NU. Selain itu, banyak hal yang mengangkat peran Pesantren dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia.
"Hadratus Syekh (KH. Hasyim Asyari) sendiri adalah NU. Sedangkan, Pesantren tak bisa lepas dari NU," terangnya.
Hal senada diutarakan Wakil Sekretaris Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Mas'ud, kedatangan ke bioskop untuk menyaksikan Sang Kiyai. Menurutnya, bukan mengajarkan pada santri untuk menonton bioskop. Namun, sengaja mengajak nonton bareng film "Sang Kiyai".
"Jadi, bukan ke bioskopnya. Tapi, mendidik melalui tontonan yang mendidik," ujar Kepsek MA Al-Nahdlah, Pondok Petir, Depok ini.
Dia menilai dengan menonton film tersebut, menjadi ajang untuk mengungkap hal yang luput dari penulisan sejarah umum. Diantaranya adanya resolusi jihad. Terlebih lagi, lanjutnya, peran Pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.
"Ternyata, resolusi jihad itu kan keluar pada bulan Oktober atau dua bulan setelah kemerdekaan RI. Pengaruhnya cukup besar, mungkin kalau tidak dikeluarkan bisa jadi penjajah masih bercokol," terangnya.
Salah satu penonton Sang Kiyai dari Al-Nahdlah boarding school mengaku senang dengan film itu. Menurutnya, selama ini banyak film yang tidak mendidik dan hanya bernilai hiburan atau bisnis.
"Film ini berbeda, alur cerita, aktingnya juga bagus. Kita nobar di Cinere Mall. Semoga aja, dunia perfilman kita menghasilkan karya yang terus lebih baik," tandasnya.
Terbukti, dengan banyaknya pengunjung yang mengenakan jilbab dan peci sebagai simbol pesantren.
"Kita tidak alergi dengan bioskop. Bahkan, bisa kita jadikan sebagai sarana dakwah. Tentu, di bioskop ada nilai negatif dan positifnya," terang Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Pancoran Mas, Zaenuddin Maksum Ali, Minggu (9/6/2013).
Zainuddin mengungkapkan, pesantren telah membuka diri terhadap kemajuan dan pengaruh yang baik. Pihaknya mengaku memesan bioskop di Detos selama dua hari, dengan mengajak warga pesantrennya.
Ia menilai, dalam film itu banyak hal yang bisa diambil pelajaran. Diantaranya tokoh Sang Kiyai adalah pendiri NU. Selain itu, banyak hal yang mengangkat peran Pesantren dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia.
"Hadratus Syekh (KH. Hasyim Asyari) sendiri adalah NU. Sedangkan, Pesantren tak bisa lepas dari NU," terangnya.
Hal senada diutarakan Wakil Sekretaris Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Mas'ud, kedatangan ke bioskop untuk menyaksikan Sang Kiyai. Menurutnya, bukan mengajarkan pada santri untuk menonton bioskop. Namun, sengaja mengajak nonton bareng film "Sang Kiyai".
"Jadi, bukan ke bioskopnya. Tapi, mendidik melalui tontonan yang mendidik," ujar Kepsek MA Al-Nahdlah, Pondok Petir, Depok ini.
Dia menilai dengan menonton film tersebut, menjadi ajang untuk mengungkap hal yang luput dari penulisan sejarah umum. Diantaranya adanya resolusi jihad. Terlebih lagi, lanjutnya, peran Pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.
"Ternyata, resolusi jihad itu kan keluar pada bulan Oktober atau dua bulan setelah kemerdekaan RI. Pengaruhnya cukup besar, mungkin kalau tidak dikeluarkan bisa jadi penjajah masih bercokol," terangnya.
Salah satu penonton Sang Kiyai dari Al-Nahdlah boarding school mengaku senang dengan film itu. Menurutnya, selama ini banyak film yang tidak mendidik dan hanya bernilai hiburan atau bisnis.
"Film ini berbeda, alur cerita, aktingnya juga bagus. Kita nobar di Cinere Mall. Semoga aja, dunia perfilman kita menghasilkan karya yang terus lebih baik," tandasnya.
(stb)