Jenazah tukang kopi Istana Negara diberangkatkan ke kampung
A
A
A
Sindonews.com – Tadi siang, jenazah Rujih sudah dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Provinsi Madura. Sebelum dibawa pulang, Jenazah Rujih dimandikan lebih dulu di rumah keponakan Rujih di Jalan Kembangsepatu, Senen, Jakarta Pusat.
Jenazah Rujih dibawa ke Kabupaten Sampang menggunakan ambulance. Anak-anak Rujih yang juga berdagang di Jakarta, mengantar kepulangan jenazah ayah mereka. Di kampungnya, istri Rujih, Sahidit (55) yang tengah sakit jantung sudah menunggu.
"Tapi istrinya belum diberitahu bahwa Rujih sudah meninggal. Soalnya dia sakit jantung, takut tidak siap," kata Rasbiyah (32), keponakan Rujih, Minggu (7/4/2013).
Menurut Rasbiyah, sebenarnya semenjak istrinya terkena penyakit jantung tiga tahun lalu, Rujih sudah tak mau lagi berdagang di Jakarta. Makanya, seusai sang istri jatuh sakit, Rujih sempat tak berdagang di Jakarta dulu selama dua tahun. Selama dua tahun itu Rusji berladang di kampung halamannya.
Namun, lantaran istrinya perlu biaya berobat, sementara masa tanam di Madura hanya setiap musim penghujan, makanya akhirnya semenjak tahun 2012 lalu, Rujih memilih kembali ke Jakarta, untuk menambah penghasilannya dari berdagang kopi dan berjualan teh botol, seusai musim panen di Madura Habis. Sementara itu, di kampung sang istri ditunggui oleh anak bungsunya.
"Kalau tidak begitu, dia kerepotan membiayai berobat istrinya," kata Rasbiyah.
Lebih lanjut, Rasbiyah mengatakan, selain Rusji, anak rusji, yakni Kurdi juga ikut berdagang rokok di Stasiun Gambir bersama istrinya. Sehari-hari, Rusji, Kurdi dan menantunya ini tinggal bersama di sebuah kontrakan di Kawasan Pecenongan, Gambir, Jakarta Pusat.
Rasbiyah menambahkan, sebelum meninggal, sekitar sebulan lalu Rusji sempat pulang kampung untuk melayak salah satu keluarganya yang meninggal, sekaligus menengok istrinya.
"Eh sekarang dia yang meninggal," kata Rasbiyah
Jenazah Rujih dibawa ke Kabupaten Sampang menggunakan ambulance. Anak-anak Rujih yang juga berdagang di Jakarta, mengantar kepulangan jenazah ayah mereka. Di kampungnya, istri Rujih, Sahidit (55) yang tengah sakit jantung sudah menunggu.
"Tapi istrinya belum diberitahu bahwa Rujih sudah meninggal. Soalnya dia sakit jantung, takut tidak siap," kata Rasbiyah (32), keponakan Rujih, Minggu (7/4/2013).
Menurut Rasbiyah, sebenarnya semenjak istrinya terkena penyakit jantung tiga tahun lalu, Rujih sudah tak mau lagi berdagang di Jakarta. Makanya, seusai sang istri jatuh sakit, Rujih sempat tak berdagang di Jakarta dulu selama dua tahun. Selama dua tahun itu Rusji berladang di kampung halamannya.
Namun, lantaran istrinya perlu biaya berobat, sementara masa tanam di Madura hanya setiap musim penghujan, makanya akhirnya semenjak tahun 2012 lalu, Rujih memilih kembali ke Jakarta, untuk menambah penghasilannya dari berdagang kopi dan berjualan teh botol, seusai musim panen di Madura Habis. Sementara itu, di kampung sang istri ditunggui oleh anak bungsunya.
"Kalau tidak begitu, dia kerepotan membiayai berobat istrinya," kata Rasbiyah.
Lebih lanjut, Rasbiyah mengatakan, selain Rusji, anak rusji, yakni Kurdi juga ikut berdagang rokok di Stasiun Gambir bersama istrinya. Sehari-hari, Rusji, Kurdi dan menantunya ini tinggal bersama di sebuah kontrakan di Kawasan Pecenongan, Gambir, Jakarta Pusat.
Rasbiyah menambahkan, sebelum meninggal, sekitar sebulan lalu Rusji sempat pulang kampung untuk melayak salah satu keluarganya yang meninggal, sekaligus menengok istrinya.
"Eh sekarang dia yang meninggal," kata Rasbiyah
(stb)