Disekap teman Facebook, siswi SMP digilir 11 remaja
A
A
A
Sindonews.com - Kasus pemerkosaan oleh teman Facebook kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta. Korban disekap dalam kamar kontrakan, dan digilir oleh 11 remaja, yang baru dikenalkan di jejaring sosial Facebook.
Kasus ini bermula dari perkenalan korban dengan IM, seorang remaja di Facebook, pada pertengahan Februari 2013. Mereka pun saling tukar nomor handphone, dan telpon-telponan. Perkenalan IM dengan korban berlanjut ke kehidupan nyata dan makin serius hingga mereka memutuskan untuk bertemu.
Awal Maret 2013, pelaku janjian dengan korban. Mereka bertemu di rumah kontrakan IM, Batu Ampar, Keramat Jati, Jakarta Timur. Pertemuan pertama korban dengan pelaku sudah tidak mengenakkan.
Kendati baru bertemu, pelaku sudah berani memegang tubuh korban. Kemudian, korban diajak pelaku ke tempat tongkrongannya yang berada tak jauh dari kontrakan. Di sana, korban dikenalkan kepada teman-teman pelaku yang berjumlah puluhan.
"Di tongkrongan itu, saya mulai diperlakukan tidak senonoh. Pelaku dan 10 temannya memaksa saya menenggak minuman keras dan menghisap rokok. Saya sampai tidak ingat, dan setengah sadar," ujar korban kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (6/4/2013).
Setelah setengah sadar, pelaku mengajak korban kembali ke rumah kontrakannya dengan menggunakan sepeda motor. Setibanya di rumah kontrakan, korban tak sadarkan diri. Tiba-tiba dia terbangun esok harinya, dan merasakan sakit di bagian vitalnya ketika hendak ke kamar mandi.
"Kelamin saya sakit dan ngilu pas mau jalan cuci muka ke kamar mandi. Dari arah belakang, ada salah satu teman IM berkata, saya habis 'dipakai' ramai-ramai semalam. Mendengar hal itu, saya langsung menangis," terangnya.
Setelah perkosaan itu, korban meminta diantarkan pulang oleh pelaku ke rumahnya. Namun pelaku menahannya tinggal di rumah kontrakan. "Pada hari kedua, saya kembali dipaksa melayani nafsu bejat IM dan teman-temannya. Saya sempat berontak, tapi kalah kuat dan kehabisan tenaga," pilunya.
Hari ketiga, korban merasa gelisah. Keinginannya keluar dari jeratan para pelaku kian tak terbendung. Meskipun dia bingung bagaimana menjelaskan kejadian ini kepada ibunya di rumah.
"Pada hari itu, kebetulan saya bertemu teman saya di dekat kontrakan pelaku. Teman saya bilang, ibu saya mencari-cari saya selama ini. Akhirnya saya dizinkan pulang oleh pelaku karena merasa tidak enak," paparnya.
Setibanya di rumah, korban menceritakan apa yang dialaminya. Ibunya terkejut mendengar kejadian yang menimpa anak gadisnya tersebut. Tanpa pikir panjang, ibu korban melaporkan perbuatan pelaku ke Unit Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur pada 6 Maret 2013.
Kasus ini bermula dari perkenalan korban dengan IM, seorang remaja di Facebook, pada pertengahan Februari 2013. Mereka pun saling tukar nomor handphone, dan telpon-telponan. Perkenalan IM dengan korban berlanjut ke kehidupan nyata dan makin serius hingga mereka memutuskan untuk bertemu.
Awal Maret 2013, pelaku janjian dengan korban. Mereka bertemu di rumah kontrakan IM, Batu Ampar, Keramat Jati, Jakarta Timur. Pertemuan pertama korban dengan pelaku sudah tidak mengenakkan.
Kendati baru bertemu, pelaku sudah berani memegang tubuh korban. Kemudian, korban diajak pelaku ke tempat tongkrongannya yang berada tak jauh dari kontrakan. Di sana, korban dikenalkan kepada teman-teman pelaku yang berjumlah puluhan.
"Di tongkrongan itu, saya mulai diperlakukan tidak senonoh. Pelaku dan 10 temannya memaksa saya menenggak minuman keras dan menghisap rokok. Saya sampai tidak ingat, dan setengah sadar," ujar korban kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (6/4/2013).
Setelah setengah sadar, pelaku mengajak korban kembali ke rumah kontrakannya dengan menggunakan sepeda motor. Setibanya di rumah kontrakan, korban tak sadarkan diri. Tiba-tiba dia terbangun esok harinya, dan merasakan sakit di bagian vitalnya ketika hendak ke kamar mandi.
"Kelamin saya sakit dan ngilu pas mau jalan cuci muka ke kamar mandi. Dari arah belakang, ada salah satu teman IM berkata, saya habis 'dipakai' ramai-ramai semalam. Mendengar hal itu, saya langsung menangis," terangnya.
Setelah perkosaan itu, korban meminta diantarkan pulang oleh pelaku ke rumahnya. Namun pelaku menahannya tinggal di rumah kontrakan. "Pada hari kedua, saya kembali dipaksa melayani nafsu bejat IM dan teman-temannya. Saya sempat berontak, tapi kalah kuat dan kehabisan tenaga," pilunya.
Hari ketiga, korban merasa gelisah. Keinginannya keluar dari jeratan para pelaku kian tak terbendung. Meskipun dia bingung bagaimana menjelaskan kejadian ini kepada ibunya di rumah.
"Pada hari itu, kebetulan saya bertemu teman saya di dekat kontrakan pelaku. Teman saya bilang, ibu saya mencari-cari saya selama ini. Akhirnya saya dizinkan pulang oleh pelaku karena merasa tidak enak," paparnya.
Setibanya di rumah, korban menceritakan apa yang dialaminya. Ibunya terkejut mendengar kejadian yang menimpa anak gadisnya tersebut. Tanpa pikir panjang, ibu korban melaporkan perbuatan pelaku ke Unit Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur pada 6 Maret 2013.
(san)