Jakarta butuh jiwa seni dan ide gila Jokowi
A
A
A
Sindonews.com - Hidup dalam keluarga pedagang kelas menengah di daerah memang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan dan totalitas yang tinggi untuk bertahan hidup. Setidaknya, hal itulah yang dirasakan Gubernur DKI Jakarta ke-19 Joko Widodo (Jokowi) saat kecil.
Pria kelahiran 21 Juni 1961 ini, sejak kecil sudah menunjukkan baktinya kepada orangtua. Pada usia 12 tahun, Jokowi mulai mengikuti jejak bapaknya Noto Mihardjo, menjadi tukang kayu. Di situ, dia mulai belajar bagaimana mengolah sebatang kayu menjadi barang berharga yang bernilai seni tinggi.
Jiwa seni Jokowi semakin terasah saat dia memasuki perguruan tinggi. Jokowi mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada (UGM). Selama menempuh pendidikan tinggi, dia banyak belajar mengenai struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
Selama puluhan tahun bekerja mengolah kayu, Jokowi sangat paham dengan berbagai bentuk kayu dan jenisnya yang beragam itu. Dia juga sangat tahu bagaimana cara mengolah kayu dari yang tadinya kasar menjadi halus.
Dari latar pendidikan sampai karakternya, Jokowi berada di jalan yang tepat. Dia berhasil memimpin Solo dan membentuknya dari bongkahan kayu tak berharga menjadi barang bercita rasa istimewa.
Keberhasilan Jokowi di Solo, membawanya ke Jakarta. Tangan dingin Jokowi dalam mengolah benda "mati" menjadi "hidup", membuatnya dibutuhkan penduduk ibu kota. Jakarta membutuhkan jiwa seni dan ide-ide "gila" Jokowi.
Hal ini sejalan dengan karakter seorang cancer pada umumnya. Sebagaimana diketahui, karakter cancer yang memiliki bakat besar dalam seni sering membawa pribadinya menjadi pemimpin besar.
Pria kelahiran 21 Juni 1961 ini, sejak kecil sudah menunjukkan baktinya kepada orangtua. Pada usia 12 tahun, Jokowi mulai mengikuti jejak bapaknya Noto Mihardjo, menjadi tukang kayu. Di situ, dia mulai belajar bagaimana mengolah sebatang kayu menjadi barang berharga yang bernilai seni tinggi.
Jiwa seni Jokowi semakin terasah saat dia memasuki perguruan tinggi. Jokowi mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada (UGM). Selama menempuh pendidikan tinggi, dia banyak belajar mengenai struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
Selama puluhan tahun bekerja mengolah kayu, Jokowi sangat paham dengan berbagai bentuk kayu dan jenisnya yang beragam itu. Dia juga sangat tahu bagaimana cara mengolah kayu dari yang tadinya kasar menjadi halus.
Dari latar pendidikan sampai karakternya, Jokowi berada di jalan yang tepat. Dia berhasil memimpin Solo dan membentuknya dari bongkahan kayu tak berharga menjadi barang bercita rasa istimewa.
Keberhasilan Jokowi di Solo, membawanya ke Jakarta. Tangan dingin Jokowi dalam mengolah benda "mati" menjadi "hidup", membuatnya dibutuhkan penduduk ibu kota. Jakarta membutuhkan jiwa seni dan ide-ide "gila" Jokowi.
Hal ini sejalan dengan karakter seorang cancer pada umumnya. Sebagaimana diketahui, karakter cancer yang memiliki bakat besar dalam seni sering membawa pribadinya menjadi pemimpin besar.
(san)