Warga Sutet terancam radiasi berbahaya

Jum'at, 08 Maret 2013 - 15:18 WIB
Warga Sutet terancam...
Warga Sutet terancam radiasi berbahaya
A A A
Sindonews.com - Keberadaan menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) kian meresahkan warga. Karena, warga radiasi Sutet dapat mengganggu masalah kesehatan, dan menyebabkan barang-barang elektronik kerap tersambar petir saat turun hujan.

"Agak takut, sebelum menara ditinggikan, sering ada bunyi mengaung. Agak takut juga dengarnya," kata Nani, warga RT 003/RW 002, Pondok Terong, Cipayung, Depok, Jumat (8/3/2013).

Dia mengaku sempat mendengar bahwa dampak radiasi Sutet terhadap kesehatan dirasakan dalam jangka waktu panjang. Hingga kini, dirinya mengaku belum merasa dampak apapun. "Katanya bisa ganggu kesehatan. Tapi saya emang enggak tahu banyak, cuma dengar-dengar aja," tukasnya.

Kendati demikian, Nani mengaku tak dapat berbuat apa-apa. Dirinya pasrah untuk tetap tinggal di rumahnya karena tidak ada tempat tinggal lagi. Kalaupun berniat menjual rumah, Nani menyadari belum tentu rumahnya laku karena lokasi yang dekat dengan menara Sutet.

Untuk keamanan barang elektronik dan saluran listrik, Nani pun menggunakan pelindung listrik. "Untuk jaga-jaga saja sih. Kan banyak meteran yang enggak pake tutupnya, tapi saya mah pakai karena takut," ungkap Nani.

Dia bercerita, sudah 10 tahun tinggal di bawah Sutet. Saat itu, dia mendapatkan rumah dengan harga cukup rendah. Dan belum banyak rumah seperti sekarang. Dikatakan dia, harga tanah di sekitar rumahnya saat ini sudah mahal, berbeda dengan dirinya membeli rumah dulu.

"Sampai sekarang sih nggak ada masalah apa-apa, namun sekarang pemukimannya tambah padat saja," katanya.

Sunayah, warga lainnya bahkan mengaku sudah 20 tahun tinggal di bawah Sutet. Sebelum dirinya tinggal, menara Sutet sudah ada lebih dulu. "Kata orang asli sini, menara itu sejak zaman Belanda sudah berdiri," terangnya.

Puluhan tahun tinggal di bawah aliran SUTET, Sunayah mengaku belum pernah merasakan dampaknya. Padahal dia tahu bahwa radiasinya dapat menganggu fungsi otak.

"Namun buktinya anak saya semuanya tidak kenapa-apa. Anak saya berhasil masuk sekolah negeri. Saat ini mereka sudah kuliah, nilainya bahkan tinggi dengan IPK 4,00," ujar ibu tujuh anak itu.

Sunayah adalah warga pindahan, sama seperti Nani. Dia dan keluarga sebelumnya tinggal di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Tahun 1993, keluarga Sunayah pindah ke Depok.

"Ketika itu, harga tanah masih murah yakni Rp30 ribu per meter. Saya beli melalui perantara, saat itu masih ada sawah, belum banyak rumah. Ketika tahu ada Sutet, ya agak takut. Tapi yang jual rumah yakinkan saya, tinggal di sini ya enggak apa-apa," bebernya.

Dia mengaku meski berada tepat di bawah Sutet dengan jarak kurang dari 50 meter, dirinya merasa tidak khawatir. Puluham tahun hidup di bawah aliran Sutet membuat Sunayah merasa terbiasa.

"Sudah biasa. Kalau hujan, TV saya matikan. Habis mau bagaimana lagi, waktu beli enggak ada pilihan lain tinggal di sini," katanya.

Sunayah sempat berfikir untuk pindah, namun belum mendapat tempat yang cocok. Selain itu, harga rumah di luaran pun sangat tinggi. "Kalaupun mau pindah saya nggak mau jual rumah ini. Biar dikontrakin saja. Untuk aset keluarga," tukasnya.

Terpisah, Humas APJ PLN Kota Depok Muhammad Imron mengatakan, rumah yang ada di bawah menara Sutet tidaklah bermasalah. Dia menampik adanya kekhawatiran mengenai radiasi tersebut. Pasalnya, menara dibuat tinggi dan jauh dari rumah warga sendiri.

"Tidak ada penelitian yang menyebutkan adanya hubungan antara radiasi dengan Sutet," aku Imron.

Hingga saat ini, warga yang berada di bawah aliran Sutet masih merasa aman. Ditanya berapa jarak seharusnya antara menara dengan rumah warga, Imron mengaku tidak mengetahui pasti.

"Tidak tahu persis jarak yang seharusnya. Yang pasti mereka yang tinggal di sana aman. Kami tetap melakukan pengecekan secara berkala di lokasi," ucapnya.

Berdasarkan pantauan, sedikitnya lebih dari lima Sutet berdiri tegak diantara pemukiman warga. Bahkan, tepat di bawah Sutet terdapat jalan setapak. Jalan dengan panjang sekitar 1 kilometer itu, sering dilewati warga yang melintas dari arah Rawa Indah menuju Dipo KRL, Pancoran Mas.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0482 seconds (0.1#10.140)