Jadi langganan banjir, warga Cipete ingin pindah
A
A
A
Sindonews.com - Warga Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang selalu menjadi langganan banjir tiap musim penghujan ingin direlokasi. Sejak bangunan besar seperti mal hingga perumahan elit dibangun di sekitar tempat tinggal mereka, banjir selalu tak bisa dihindarkan lagi.
Aceng salah seorang warga Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jaksel mengaku sudah 20 tahun tinggal di rumahnya itu. Sejak itu pula, banjir sudah menjadi bagian dalam hidupnya, namun kondisinya tak separah sekarang.
"Tapi semakin ke sini, itensitas air, semakin tinggi," keluh Aceng, di rumahnya Cipete Utara, Sabtu (9/2/2013).
Tingginya volume air yang menggenangi rumah, menurut Aceng dampak dari adanya pembangunan gedung -gedung tinggi yang mengelilingi rumahnya. Banyaknya gedung tinggi menyebabkan resapan air menjadi berkurang.
"Semenjak ada tembok tinggi di depan rumah, aliran air jadi makin sempit, Sungai Krukut juga semakin sempit," ujarnya.
Padahal, sebelum ada bangunan tinggi, air kiriman dari Bogor tidak langsung menggenangi rumah mereka. "Sekarang enggak hujan, dan cuma dapat kiriman air, sudah pasti banjir, lebih dari lutut sudah pasti masuk ke rumah," tuturnya masih dengan nada mengeluh.
Celakanya, lanjut Aceng, kawasan RT 02 tempat tinggalnya kondisi banjirnya paling parah dibandingkan RT yang lain. Tinggi air sampai saat ini mencapai lutut orang dewasa.
Aceng ingin sekali segera pindah dari rumahnya itu agar terbebas dari langganan musibah banjir. "Saya sudah tidak nyaman, karena rumah dikelilingi bangunan besar seperti ini," imbuhnya.
Aceng salah seorang warga Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jaksel mengaku sudah 20 tahun tinggal di rumahnya itu. Sejak itu pula, banjir sudah menjadi bagian dalam hidupnya, namun kondisinya tak separah sekarang.
"Tapi semakin ke sini, itensitas air, semakin tinggi," keluh Aceng, di rumahnya Cipete Utara, Sabtu (9/2/2013).
Tingginya volume air yang menggenangi rumah, menurut Aceng dampak dari adanya pembangunan gedung -gedung tinggi yang mengelilingi rumahnya. Banyaknya gedung tinggi menyebabkan resapan air menjadi berkurang.
"Semenjak ada tembok tinggi di depan rumah, aliran air jadi makin sempit, Sungai Krukut juga semakin sempit," ujarnya.
Padahal, sebelum ada bangunan tinggi, air kiriman dari Bogor tidak langsung menggenangi rumah mereka. "Sekarang enggak hujan, dan cuma dapat kiriman air, sudah pasti banjir, lebih dari lutut sudah pasti masuk ke rumah," tuturnya masih dengan nada mengeluh.
Celakanya, lanjut Aceng, kawasan RT 02 tempat tinggalnya kondisi banjirnya paling parah dibandingkan RT yang lain. Tinggi air sampai saat ini mencapai lutut orang dewasa.
Aceng ingin sekali segera pindah dari rumahnya itu agar terbebas dari langganan musibah banjir. "Saya sudah tidak nyaman, karena rumah dikelilingi bangunan besar seperti ini," imbuhnya.
(lns)