Bahaya Katinon sebabkan jantung berdebar hingga stroke
A
A
A
Sindonews.com - Narkoba jenis baru yang ditemukan di rumah artis Raffi Ahmad mengandung zat bernama metilon dan katinon.
Katinon atau nama latinnya Cathinone (Katinona), mengandung struktur kimia mirip amfetamin, yang memiliki efek samping yang berbahaya.
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) DR. dr. Nafrialdi, PhD, SpPD, SpFK mengatakan, kandungan zat tersebut berasal dari tumbuhan di Timur Tengah, tepatnya di Arab Saudi.
Namun karena disalahgunakan, maka beralih menjadi narkoba jenis psikotropika.
Nafrialdi menilai, kandungan katinon baru terangkat ke permukaan karena disalahgunakan. Di Amerika, kata dia, sudah dilarang sejak tahun 2010.
"Di Kanada dilarang, di Israel boleh," ujarnya saat berbincang dengan wartawan di Depok, Sabtu (2/2/2013).
Efek lainnya, kata dia, karena langsung menuju saraf pusat, maka di sistem kardiovaskular atau jantung, dan pembuluh darah menjadi lebih cepat.
Serta mampu merangsang jantung berdebar-debar lebih cepat serta membuat tensi tinggi.
"Bisa terjadi kelainan jantung, ginjal, pembuluh darah pecah maka bisa stroke," tegasnya.
Pengaruh katinon, lanjut Nafrialdi, bisa 4-6 jam. Ia mengungkapkan diduga grup ekstasi jenis baru itu beredar di pasar gelap.
"Selundupan pasti, black market. Saya juga enggak tahu darimana biasa didapat, jadi bukan zat baru, banyak yang kaget karena artis. Zat itu bukan obat," ungkapnya.
Zat tersebut, kata dia, bisa dideteksi melalui tes urin dan juga bisa terbawa di rambut.
"Tes lewat rambut bisa bertahan berbulan-bulan, istilah psikotropika sendiri di kedokteran, obat yang mempengaruhi psikis seseorang, kalau sudah disalahgunakan, artinya beda lagi," tutupnya.
Katinon atau nama latinnya Cathinone (Katinona), mengandung struktur kimia mirip amfetamin, yang memiliki efek samping yang berbahaya.
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) DR. dr. Nafrialdi, PhD, SpPD, SpFK mengatakan, kandungan zat tersebut berasal dari tumbuhan di Timur Tengah, tepatnya di Arab Saudi.
Namun karena disalahgunakan, maka beralih menjadi narkoba jenis psikotropika.
Nafrialdi menilai, kandungan katinon baru terangkat ke permukaan karena disalahgunakan. Di Amerika, kata dia, sudah dilarang sejak tahun 2010.
"Di Kanada dilarang, di Israel boleh," ujarnya saat berbincang dengan wartawan di Depok, Sabtu (2/2/2013).
Efek lainnya, kata dia, karena langsung menuju saraf pusat, maka di sistem kardiovaskular atau jantung, dan pembuluh darah menjadi lebih cepat.
Serta mampu merangsang jantung berdebar-debar lebih cepat serta membuat tensi tinggi.
"Bisa terjadi kelainan jantung, ginjal, pembuluh darah pecah maka bisa stroke," tegasnya.
Pengaruh katinon, lanjut Nafrialdi, bisa 4-6 jam. Ia mengungkapkan diduga grup ekstasi jenis baru itu beredar di pasar gelap.
"Selundupan pasti, black market. Saya juga enggak tahu darimana biasa didapat, jadi bukan zat baru, banyak yang kaget karena artis. Zat itu bukan obat," ungkapnya.
Zat tersebut, kata dia, bisa dideteksi melalui tes urin dan juga bisa terbawa di rambut.
"Tes lewat rambut bisa bertahan berbulan-bulan, istilah psikotropika sendiri di kedokteran, obat yang mempengaruhi psikis seseorang, kalau sudah disalahgunakan, artinya beda lagi," tutupnya.
(stb)