Terendam banjir, 2 KRL ditarik dari peredaran
A
A
A
Sindonews.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) menarik dua rangkaian kereta ekonomi yang beroperasi di Jabodetabek untuk menghindari kecelakaan. Pasalnya kedua rangkaian kereta ekonomi tersebut terendam saat terjadi hujan lebat di Jakarta beberapa waktu lalu.
Kepala Humas PT KAI Daop I Purbawa mengatakan, sudah menjadi standar prosedur ketika air naik 10 cm dari rel, maka kereta yang ada di rel tersebut tidak bisa digunakan lagi dan harus ditarik. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya korsleting dan hal yang lebih berbahaya.
Menurutnya materi mesin kereta yang mayoritas dari besi ini, memang harus mendapatkan perawatan ekstra agar keselamatan penumpangnya terjamin. Sebab mayoritas materi mesin di KRL merupakan besi yang merupakan media penghantar listrik yang cukup cepat.
Dirinya mengatakan, pada dasarnya mesin kereta itu sangat kecil kemungkinannya rusak. Karea rangkaian kereta merupakan badan, sehingga tidak terlalu vital. Lain halnya dengan gerbong utama penarik rangkaian, jika gerbong tersebut rusak, baru akan ada perbaikan yang serius.
Menurutnya, saat ini yang bisa dilakukan hanya melakukan pengecekan dan pembersihan. Saat ini, armada kereta commuter dan ekonomi ada sebanyak 581 gerbong. Namun belum semuanya digunakan. Masih ada 60 gerbong yang masih dilakukan standarisasi.
"Kita memang baru fokus terhadap armada, pasalnya beberapa hari lalu perhatian KAI terfokus pada upaya percepatan penggunaan lintasan kereta agar bisa digunakan oleh masyarakat luas," tuturnya.
Lebih lanjut, Purbawa mengatakan, jika armada baik, namun infra struktur seperti listrik aliran atas tidak berfungsi, maka armada yang ada juga tidak bisa berjalan. Begitu juga sebaliknya. "Jadi antara armada dengan infrastruktur bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan," tutupnya.
Kepala Humas PT KAI Daop I Purbawa mengatakan, sudah menjadi standar prosedur ketika air naik 10 cm dari rel, maka kereta yang ada di rel tersebut tidak bisa digunakan lagi dan harus ditarik. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya korsleting dan hal yang lebih berbahaya.
Menurutnya materi mesin kereta yang mayoritas dari besi ini, memang harus mendapatkan perawatan ekstra agar keselamatan penumpangnya terjamin. Sebab mayoritas materi mesin di KRL merupakan besi yang merupakan media penghantar listrik yang cukup cepat.
Dirinya mengatakan, pada dasarnya mesin kereta itu sangat kecil kemungkinannya rusak. Karea rangkaian kereta merupakan badan, sehingga tidak terlalu vital. Lain halnya dengan gerbong utama penarik rangkaian, jika gerbong tersebut rusak, baru akan ada perbaikan yang serius.
Menurutnya, saat ini yang bisa dilakukan hanya melakukan pengecekan dan pembersihan. Saat ini, armada kereta commuter dan ekonomi ada sebanyak 581 gerbong. Namun belum semuanya digunakan. Masih ada 60 gerbong yang masih dilakukan standarisasi.
"Kita memang baru fokus terhadap armada, pasalnya beberapa hari lalu perhatian KAI terfokus pada upaya percepatan penggunaan lintasan kereta agar bisa digunakan oleh masyarakat luas," tuturnya.
Lebih lanjut, Purbawa mengatakan, jika armada baik, namun infra struktur seperti listrik aliran atas tidak berfungsi, maka armada yang ada juga tidak bisa berjalan. Begitu juga sebaliknya. "Jadi antara armada dengan infrastruktur bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan," tutupnya.
(san)