Inilah kronologis kehilangan tas menghebohkan

Rabu, 23 Januari 2013 - 02:00 WIB
Inilah kronologis kehilangan tas menghebohkan
Inilah kronologis kehilangan tas menghebohkan
A A A
Sindonews.com - Dwi Arsi (25) karyawan outsourcing yang tasnya kehilangan mengisahkan, tas miliknya jatuh di sekitar Jalan Jatijajar pada malam hari. Saat itu tas miliknya diletakkan di antara tumpukan jaket dan helm. Dia baru tersadar tasnya hilang, saat melihat helmnya jatuh.

"Saya langsung panik karena isi tas saya memang fital. Ya itu, soft copy absensi karyawan," kata Dwi di rumahnya di Kampung Banjaran Pucung RT 006/RW 005, Cilangkap, Tapos, Selasa (22/1/2013).

Dia kemudian berputar balik menyusuri jalanan dan bertemu dengan seorang bapak tua. Bahkan Dwi tidak tahu nama bapak yang menemukan tasnya itu.

"Karena saya hutang budi, jadi saya anter bapak itu ke rumahnya. Saya memang bilang kalau ada info lowongan kerja saya akan kasih tahu karena saya merasa hutang budi. Tapi tidak berjanji akan memberi kerjaan langsung," ceritanya.

Sementara itu, Saih (51), pria yang menemukan tas keramat saat ditemui di rumahnya sudah tidak ada karena dibawa oleh salah satu stasiun televisi swasta. Di rumah petak dengan dua kamar dan dinding belum dicat, hanya ada ada Unah (50) isteri Saih.

Dia bercerita, suaminya setiap hari bekerja sebagai kuli panggul di sebuah pabrik kertas di Cibinong, Kabupaten Bogor. Suaminya pun bercerita mengenai penemuan tas berisi uang Rp900 ribu milik Dwi ketika hendak pulang ke rumahnya.

"Saya nggak tahu isinya apa. Kata bapak, pas dibuka isinya uang, bedak sama minuman. Terus tasnya ditutup lagi karena bapak takut," cerita Unah.

Saih dan Unah dikaruniai dua anak, Mutadin (30) dan Angga Saputra (17). Unah sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci. Di rumahnya itu, dia tinggal bersama Saih dan anak bungsunya serta ibunya yang sudah uzur.

"Katanya anak saya mau diajak kerja. Tapi sampai sekarang belum ada kabarnya," kata Unah.

Setiap hari, Saih menempuh perjalanan sepanjang enam kilometer. Saih mulai berangkat kerja sekitar pukul 06.00 WIB dan pulang sekitar pukul 19.00 WIB. Saat menempuh perjalanan pulang itulah Saih menemukan tas milik Dwi.

"Bapak ngembaliin tas karena kasihan ke yang punya tas," ucap Unah dengan logat Betawi.

Saih adalah warga Cilodong dan hanya lulusan sekolah dasar (SD). Sedangkan Unah adalah warga asli Kampung Banjaran Pucung. Sebelum mereka menikah, Saih sudah bekerja sebagai kuli panggul di pabrik kertas itu.

"Bapak ngembaliin tas karena bukan punya bapak. Kasihan lah," ujarnya.

Rumah Saih berada di Kampung Banjaran Pucung RT 002/RW 005, Cilangkap, Tapos. Jaral antara rumah Saih dan Dwi sekitar satu kilometer. Unah bercerita alasan keluarganya pernah ditipu pada tahun 2000. Saat itu, Unah hendak mencari rumah. Uang Rp25 juta sudah diserahkan kepada makelar rumah tapi rumahnya tak kunjung didapat. Uang puluhan juta itu dibawa kabur.

"Karena saya pernah ditipu jadi bapak kasihan dan mengembalikan tas itu. Bapak tahu rasanya ditipu tidak enak jadi dia berfikir kalau bukan miliknya ya harus dikembalikan. Apalagi tas itu isinya penting," papar Unah dengan mengenakan kaos oblong warna purih dan celana pendek dengan rambut dikonde.

Unah berharap agar pemilik tas menuntaskan janjinya. "Dia kan janji mau kasih kerjaan untuk anak saya. Itu saja," tutupnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6159 seconds (0.1#10.140)