Anak korban Sukhoi ingin susul ibunya
A
A
A
Sindonews.com - Jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu 9 Mei 2012 menyisakan duka dan kesedihan mendalam bagi keluarga penumpang pesawat nahas tersebut. Di antara keluarga yang ditinggalkan terdapat keluarga Ade Arisanti, salah satu pegawai PT Sky Aviation.
Ade pergi meninggalkan suaminya Glerrish dan dua orang anak, Naisla Hansadinantara (6) dan Trevin Arganta Ginantara (4). Kepergian Ade yang begitu tiba-tiba, membuat sang suami tampak sangat sedih dan binggung. Pasanya, sang anak masih terus menanyakan ibunya.
"Trevin sempat bilang mau menyusul mamanya. Mendengar hal itu, membuat hati saya semakin terenyuh," ungkap Glerrish kepada Sindonews saat akan melihat jenazah istrinya di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (22/5/2012).
Ditambahkan dia, sepeninggal istrinya, dia terpaksa meliburkan anaknya dari kegiatan rutinitas sekolah untuk menjaga psikologi anaknya. "Gurunya juga menyarankan agar lebih baik anak-anak tidak sekolah terlebih dahulu, sampai semuanya ini selesai. Ini demi kondisi psikologi anak-anak juga," jelasnya.
Namun, Glerrish boleh sedikit berlega hati ketika melihat perkembangan anaknya menyikapi meninggalnya ibu mereka. Dia mengatakan, saat ini tidak ada perubahan psikologi terhadap kedua anaknya, terlebih Trevin yang menurutnya sangat dekat dengan ibunya tersebut.
"Puji syukur, mereka tidak ada perubahan sama sekali. Sampai hari ini saya berusaha menenangkan mereka dengan berbagai cara, mulai dari tidur bersama mereka dan lain sebagainya," tuturnya. (san)
Ade pergi meninggalkan suaminya Glerrish dan dua orang anak, Naisla Hansadinantara (6) dan Trevin Arganta Ginantara (4). Kepergian Ade yang begitu tiba-tiba, membuat sang suami tampak sangat sedih dan binggung. Pasanya, sang anak masih terus menanyakan ibunya.
"Trevin sempat bilang mau menyusul mamanya. Mendengar hal itu, membuat hati saya semakin terenyuh," ungkap Glerrish kepada Sindonews saat akan melihat jenazah istrinya di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (22/5/2012).
Ditambahkan dia, sepeninggal istrinya, dia terpaksa meliburkan anaknya dari kegiatan rutinitas sekolah untuk menjaga psikologi anaknya. "Gurunya juga menyarankan agar lebih baik anak-anak tidak sekolah terlebih dahulu, sampai semuanya ini selesai. Ini demi kondisi psikologi anak-anak juga," jelasnya.
Namun, Glerrish boleh sedikit berlega hati ketika melihat perkembangan anaknya menyikapi meninggalnya ibu mereka. Dia mengatakan, saat ini tidak ada perubahan psikologi terhadap kedua anaknya, terlebih Trevin yang menurutnya sangat dekat dengan ibunya tersebut.
"Puji syukur, mereka tidak ada perubahan sama sekali. Sampai hari ini saya berusaha menenangkan mereka dengan berbagai cara, mulai dari tidur bersama mereka dan lain sebagainya," tuturnya. (san)
()