Salat zuhur selamatkan calon penumpang
A
A
A
Sindonews.com - Beberapa penumpang yang gagal merasakan penerbangan pesawat Sukhoi Superjet 100 mengaku mempunyai beragam alasan. Di antaranya, mepetnya waktu penerbangan dengan salat zuhur serta ragu-ragu.
Padahal, nama-nama mereka telah ada di manifes. "Memang untuk manifes itu sudah didaftar dan ada beberapa orang yang tidak jadi karena waktunya mepet dengan salat zuhur," tutur perwakilan dari PT Trimarga Rekatama, Sunaryo, dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusumah tadi malam.
PT Trimarga Rekatama merupakan perusahaan yang menjadi perantara antara Sukhoi dengan sejumlah maskapai calon pembeli produk pesawat dari perusahaan asal Rusia itu. "Mereka tidak ikut karena nanggunguntuk melaksanakan salat zuhur, nanti akan tertinggal pesawat," papar Sunaryo.
Dari sejumlah nama yang tidak jadi berangkat di antaranya Suharso Monoarfa, istri, dan anaknya. Mantan Menteri Perumahan Rakyat ini menjelaskan bagaimana dia lolos dari musibah itu. Suharso mengaku mendapat undangan dari Sukhoi untuk ikut dalam joy flight tersebut sebagai seorang pengusaha.
Dia bersama sang istri dan anaknya,Andhika Monoarfa, sempat masuk ke dalam pesawat itu. "Sempat foto-foto juga, lalu kita ditawari naik pesawat untuk demo flight," kata politikus PPP ini.
Waktu itu,dia sempat ragu apakah akan ikut penerbangan itu atau tidak.Terlebih lagi Suharso mengaku ada rapat sore nanti. "Tadinya saya mau ikut terbang saja, kata istri saya tidak usah. Karena terbang satu jam nanti kelamaan," jelasnya.
Akhirnya Suharso memutuskan batal terbang. Dia lalu diantar perwakilan Sukhoi turun keluar dari kabin. "Nama saya dan anak saya ada di dalam daftar pesawat penumpang, tapi dicoret," tutupnya.
Hingga tadi malam, suasana di ruang kedatangan Bandara Halim Perdanakusumah mendadak berubah jadi ramai dipenuhi anggota keluarga atau kerabat para penumpang pesawat Sukhoi. Mereka tampak diliputi rasa sedih bercampur cemas saat menunggu kabar mengenai nasib anggota keluarganya yang ikut dalam uji coba penerbangan pesawat komersial milik salah satu perusahaan penerbangan Rusia itu.
Windi (38), misalnya, istri dari salah seorang penumpang bernama Ruli Dermawan, tak kuasa menahan air matanya ketika melihat nama suaminya tercatat sebagai salah satu penumpang. Menurut perempuan bernama lengkap Windi Persila itu, suaminya yang bekerja di perusahaan Indo Asia berpamitan sejak tadi pagi.
Suaminya, kata dia, sempat menghubungi Windi agar ikut dalam acara makan siang di Bandara Halim. Namun,Windi mengaku tidak bisa ikut karena harus mengurus anaknya di rumah. "Tadi pagi dia sempat telepon dan minta saya ke bandara ikut dalam acara makan siang," tutur Windi dengan nada sedikit terbata-bata.
Kepada wartawan, Windi memastikan bahwa suaminya menjadi bagian dari salah satu penumpang pesawat Sukhoi yang hilang. Bahkan, dia mengaku sudah mencoba mengontak nomor handphone milik suaminya, tapi sudah tak bisa dihubungi.
Namun, dia tetap yakin suami beserta seluruh penumpang lainnya selamat meski hingga pukul 21.00 WIB tadi malam belum ada kabar pasti tentang kondisi suaminya. "Saya yakin ini semua selamat. Doakan ya," katanya kepada wartawan sambil menunjuk pada daftar nama penumpang di depannya.
Isak tangis juga mewarnai keluarga penumpang yang mengetahui keluarganya tercantum dalam manifes pesawat. Ellen Pangabean, anggota keluarga Edward, misalnya mengaku mendapat informasi keberadaan Edward dari rekannya. "Saya dikasih tahu teman Edward bahwa pesawatnya hilang kontak," katanya.
Untuk memastikan berita tersebut, Ellen didampingi kerabatnya mendatangi Bandara Halim. "Makanya saya kemari untuk mengecek, kami minta doanya saja," pungkas Ellen sambil menyeka air matanya.
Selain Ellen, ada puluhan anggota keluarga lainnya yang datang. Isak tangis juga pecah dari seorang wanita keluarga Herman Suladji, salah satu penumpang yang berada di pesawat tersebut. "Harusnya nggak ikut tadi," ujarnya sambil memeluk seorang wanita yang menenangkannya.
"Sabar sayang, kan belum tahu, Mbak, insya Allah selamat," ujar wanita yang memeluknya. Wanita tersebut mengatakan, pertama kali tahu informasi tentang musibah tersebut dari orang tuanya sendiri. "Dikabarin mama tadi," tambahnya.
Sidup Usman, ayah dari salah seorang pramugari Sky Air Dewi Mutiara (25), yang menjadi salah satu penumpang, menuturkan bahwa terakhir kali dia mendapat kontak dari Dewi pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
"Kalau dia ingin terbang selalu menghubungi keluarga dulu. Nahtadi pagi dia hanya bilang katanya mau ikut trainingbuat pesawat baru," ujarnya.
Hingga tadi malam, Sidup mengaku belum dihubungi oleh pihak perusahaan terkait hilangnya pesawat tersebut. "Saya akan menuntut pertanggungjawaban pihak perusahaan terkait peristiwa ini. Sejak peristiwa hilangnya kontak kami sama sekali tidak dihubungi dan pertama kali mengetahui peristiwa ini dari teman kerjanya," paparnya. (san)
Padahal, nama-nama mereka telah ada di manifes. "Memang untuk manifes itu sudah didaftar dan ada beberapa orang yang tidak jadi karena waktunya mepet dengan salat zuhur," tutur perwakilan dari PT Trimarga Rekatama, Sunaryo, dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusumah tadi malam.
PT Trimarga Rekatama merupakan perusahaan yang menjadi perantara antara Sukhoi dengan sejumlah maskapai calon pembeli produk pesawat dari perusahaan asal Rusia itu. "Mereka tidak ikut karena nanggunguntuk melaksanakan salat zuhur, nanti akan tertinggal pesawat," papar Sunaryo.
Dari sejumlah nama yang tidak jadi berangkat di antaranya Suharso Monoarfa, istri, dan anaknya. Mantan Menteri Perumahan Rakyat ini menjelaskan bagaimana dia lolos dari musibah itu. Suharso mengaku mendapat undangan dari Sukhoi untuk ikut dalam joy flight tersebut sebagai seorang pengusaha.
Dia bersama sang istri dan anaknya,Andhika Monoarfa, sempat masuk ke dalam pesawat itu. "Sempat foto-foto juga, lalu kita ditawari naik pesawat untuk demo flight," kata politikus PPP ini.
Waktu itu,dia sempat ragu apakah akan ikut penerbangan itu atau tidak.Terlebih lagi Suharso mengaku ada rapat sore nanti. "Tadinya saya mau ikut terbang saja, kata istri saya tidak usah. Karena terbang satu jam nanti kelamaan," jelasnya.
Akhirnya Suharso memutuskan batal terbang. Dia lalu diantar perwakilan Sukhoi turun keluar dari kabin. "Nama saya dan anak saya ada di dalam daftar pesawat penumpang, tapi dicoret," tutupnya.
Hingga tadi malam, suasana di ruang kedatangan Bandara Halim Perdanakusumah mendadak berubah jadi ramai dipenuhi anggota keluarga atau kerabat para penumpang pesawat Sukhoi. Mereka tampak diliputi rasa sedih bercampur cemas saat menunggu kabar mengenai nasib anggota keluarganya yang ikut dalam uji coba penerbangan pesawat komersial milik salah satu perusahaan penerbangan Rusia itu.
Windi (38), misalnya, istri dari salah seorang penumpang bernama Ruli Dermawan, tak kuasa menahan air matanya ketika melihat nama suaminya tercatat sebagai salah satu penumpang. Menurut perempuan bernama lengkap Windi Persila itu, suaminya yang bekerja di perusahaan Indo Asia berpamitan sejak tadi pagi.
Suaminya, kata dia, sempat menghubungi Windi agar ikut dalam acara makan siang di Bandara Halim. Namun,Windi mengaku tidak bisa ikut karena harus mengurus anaknya di rumah. "Tadi pagi dia sempat telepon dan minta saya ke bandara ikut dalam acara makan siang," tutur Windi dengan nada sedikit terbata-bata.
Kepada wartawan, Windi memastikan bahwa suaminya menjadi bagian dari salah satu penumpang pesawat Sukhoi yang hilang. Bahkan, dia mengaku sudah mencoba mengontak nomor handphone milik suaminya, tapi sudah tak bisa dihubungi.
Namun, dia tetap yakin suami beserta seluruh penumpang lainnya selamat meski hingga pukul 21.00 WIB tadi malam belum ada kabar pasti tentang kondisi suaminya. "Saya yakin ini semua selamat. Doakan ya," katanya kepada wartawan sambil menunjuk pada daftar nama penumpang di depannya.
Isak tangis juga mewarnai keluarga penumpang yang mengetahui keluarganya tercantum dalam manifes pesawat. Ellen Pangabean, anggota keluarga Edward, misalnya mengaku mendapat informasi keberadaan Edward dari rekannya. "Saya dikasih tahu teman Edward bahwa pesawatnya hilang kontak," katanya.
Untuk memastikan berita tersebut, Ellen didampingi kerabatnya mendatangi Bandara Halim. "Makanya saya kemari untuk mengecek, kami minta doanya saja," pungkas Ellen sambil menyeka air matanya.
Selain Ellen, ada puluhan anggota keluarga lainnya yang datang. Isak tangis juga pecah dari seorang wanita keluarga Herman Suladji, salah satu penumpang yang berada di pesawat tersebut. "Harusnya nggak ikut tadi," ujarnya sambil memeluk seorang wanita yang menenangkannya.
"Sabar sayang, kan belum tahu, Mbak, insya Allah selamat," ujar wanita yang memeluknya. Wanita tersebut mengatakan, pertama kali tahu informasi tentang musibah tersebut dari orang tuanya sendiri. "Dikabarin mama tadi," tambahnya.
Sidup Usman, ayah dari salah seorang pramugari Sky Air Dewi Mutiara (25), yang menjadi salah satu penumpang, menuturkan bahwa terakhir kali dia mendapat kontak dari Dewi pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
"Kalau dia ingin terbang selalu menghubungi keluarga dulu. Nahtadi pagi dia hanya bilang katanya mau ikut trainingbuat pesawat baru," ujarnya.
Hingga tadi malam, Sidup mengaku belum dihubungi oleh pihak perusahaan terkait hilangnya pesawat tersebut. "Saya akan menuntut pertanggungjawaban pihak perusahaan terkait peristiwa ini. Sejak peristiwa hilangnya kontak kami sama sekali tidak dihubungi dan pertama kali mengetahui peristiwa ini dari teman kerjanya," paparnya. (san)
()