Pendarahan hebat, wanita muda kritis setelah aborsi
A
A
A
Sindonews.com - Setelah berhasil membunuh darah dagingnya sendiri dengan cara aborsi, Restauli Eduriah (23), warga asal Bekasi terus mengalami pendarahan. Wanita itu kini tengah kritis, karena terlalu banyak keluarkan darah setelah aborsi di rumah kontrakannya, RT 004/02, Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok.
Gumpalan darah kental yang mulai mengering tampak menempel di lantai rumah kontrakan itu, hingga ke pagar pembatas sungai di bawah Jembatan Biru. Bahkan seluruh kasur busa, di lantai rumah kontrakan mereka sangat bau dengan darah yang mulai mengering. Warga pun langsung membawa Restauli ke RS Tugu, Cimanggis.
"Kondisinya kata dokter masih kritis, karena pendarahan terus," kata Ketua RT setempat, Anwar Sadat di lokasi, Depok, Sabtu (05/05/12).
Anwar menambahkan, berdasarkan KTP, Restauli merupakan warga Bekasi. Namun orangtuanya tinggal di Ciracas, Jakarta. Saat tinggal di kotrakan, warga sekitar tak ada yang mengetahui Restauli tengah dalam kondisi hamil.
Kanit Reskrim Polsek Cimanggis AKP Narta mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan rumah sakit untuk memantau terus perkembangan kondisi Restauli. Sementara kasus tersebut sudah dilimpahkan ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok.
"Sudah ditangani PPA, kami sudah cek TKP sejak tadi pagi saat mendapat laporan, sementara perempuannya sedang dirawat intensif, mereka ini memang belum menikah, kami masih meminta keterangan kekasihnya di Polsek Cimanggis," tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, aborsi ini dilakukan oleh dua pasangan muda belum menikah, Marjan (27) dan Restauli Eduriah (23). Tak siap memiliki anak, kedua pasangan kumpul kebo itu memutuskan untuk mengugurkan darah daging mereka sendiri di rumah kontrakan.
Nahas, proses pengguguran yang baru kali pertama itu berjalan tak sesuai harapan. Sang wanita teriak kesakitan saat membunuh janin dalam kandungannya dan mengeluarkannya secara paksa. Teriakkan itulah yang membongkar praktik aborsi pasangan ini. (san)
Gumpalan darah kental yang mulai mengering tampak menempel di lantai rumah kontrakan itu, hingga ke pagar pembatas sungai di bawah Jembatan Biru. Bahkan seluruh kasur busa, di lantai rumah kontrakan mereka sangat bau dengan darah yang mulai mengering. Warga pun langsung membawa Restauli ke RS Tugu, Cimanggis.
"Kondisinya kata dokter masih kritis, karena pendarahan terus," kata Ketua RT setempat, Anwar Sadat di lokasi, Depok, Sabtu (05/05/12).
Anwar menambahkan, berdasarkan KTP, Restauli merupakan warga Bekasi. Namun orangtuanya tinggal di Ciracas, Jakarta. Saat tinggal di kotrakan, warga sekitar tak ada yang mengetahui Restauli tengah dalam kondisi hamil.
Kanit Reskrim Polsek Cimanggis AKP Narta mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan rumah sakit untuk memantau terus perkembangan kondisi Restauli. Sementara kasus tersebut sudah dilimpahkan ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok.
"Sudah ditangani PPA, kami sudah cek TKP sejak tadi pagi saat mendapat laporan, sementara perempuannya sedang dirawat intensif, mereka ini memang belum menikah, kami masih meminta keterangan kekasihnya di Polsek Cimanggis," tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, aborsi ini dilakukan oleh dua pasangan muda belum menikah, Marjan (27) dan Restauli Eduriah (23). Tak siap memiliki anak, kedua pasangan kumpul kebo itu memutuskan untuk mengugurkan darah daging mereka sendiri di rumah kontrakan.
Nahas, proses pengguguran yang baru kali pertama itu berjalan tak sesuai harapan. Sang wanita teriak kesakitan saat membunuh janin dalam kandungannya dan mengeluarkannya secara paksa. Teriakkan itulah yang membongkar praktik aborsi pasangan ini. (san)
()