Perlindungan TKW Disnaker Bekasi dinilai lamban
A
A
A
Sindonews.com – DPRD Kabupaten Bekasi menilai penanganan kasus penganiayaan tenaga kerja wanita (TKW) asal Kecamatan Pebayuran, Satem bin Uin, 36, di Yordania lamban.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dianggap lemah sehingga kasus penyiksaan TKW asal Bekasi selalu terjadi. Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Mustakim mengatakan, Disnaker terkesan tidak pernah mencari tahu keberadaan warga Bekasi yang bekerja di luar negeri. Penyiksaan yang dialami Satem menandakan lemahnya pengawasan Disnaker dan penanganan pascakejadian. Bahkan, kebanyakan kasus tidak sampai tuntas.
”Selama ini Disnaker cuma terima laporan dan nggak ada penyelesaiannya.Semua selesai di tengah jalan. Dulu kasus Ruyati, belum lagi beberapa TKI ada yang hilang.Saya akan minta kinerja Disnaker dievaluasi,” kata Mustakim kemarin. Penganiayaan TKW asal Bekasi bukan yang pertama. Sebelumnya Ruyati yang dihukum pancung karena dinyatakan bersalah membunuh majikannya.
Selain itu, ada beberapa TKW yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Bahkan, Disnaker juga tidak memiliki data pasti jumlah TKW yang bekerja di luar negeri. Kepala Disnaker Kabupaten Bekasi Harris Widjaya membantah tudingan tidak proaktif dalam menangani penganiayaan TKW. Disnaker, kata dia, selalu melakukan koordinasi dengan BNP2TKI dan kepolisian terkait kasus ini. ”Kita selalu mendata dan mempercepat proses penyelesaian,” katanya.
Satem yang malang itu dipulangkan ke kampung halamannya karena mendapat perlakuan kasar majikannya. Ibu tiga anak itu mengalami retak tulang di kedua kaki setelah kabur dengan cara melompat dari lantai atas rumah majikannya.
” Saya sudah tak tahan lagi setiap hari disiksa.Majikan lelaki selalu marah dengan alasan tak jelas, meski pekerjaan rumah sudah saya kerjakan dengan benar,”tuturnya. (wbs)
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dianggap lemah sehingga kasus penyiksaan TKW asal Bekasi selalu terjadi. Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Mustakim mengatakan, Disnaker terkesan tidak pernah mencari tahu keberadaan warga Bekasi yang bekerja di luar negeri. Penyiksaan yang dialami Satem menandakan lemahnya pengawasan Disnaker dan penanganan pascakejadian. Bahkan, kebanyakan kasus tidak sampai tuntas.
”Selama ini Disnaker cuma terima laporan dan nggak ada penyelesaiannya.Semua selesai di tengah jalan. Dulu kasus Ruyati, belum lagi beberapa TKI ada yang hilang.Saya akan minta kinerja Disnaker dievaluasi,” kata Mustakim kemarin. Penganiayaan TKW asal Bekasi bukan yang pertama. Sebelumnya Ruyati yang dihukum pancung karena dinyatakan bersalah membunuh majikannya.
Selain itu, ada beberapa TKW yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Bahkan, Disnaker juga tidak memiliki data pasti jumlah TKW yang bekerja di luar negeri. Kepala Disnaker Kabupaten Bekasi Harris Widjaya membantah tudingan tidak proaktif dalam menangani penganiayaan TKW. Disnaker, kata dia, selalu melakukan koordinasi dengan BNP2TKI dan kepolisian terkait kasus ini. ”Kita selalu mendata dan mempercepat proses penyelesaian,” katanya.
Satem yang malang itu dipulangkan ke kampung halamannya karena mendapat perlakuan kasar majikannya. Ibu tiga anak itu mengalami retak tulang di kedua kaki setelah kabur dengan cara melompat dari lantai atas rumah majikannya.
” Saya sudah tak tahan lagi setiap hari disiksa.Majikan lelaki selalu marah dengan alasan tak jelas, meski pekerjaan rumah sudah saya kerjakan dengan benar,”tuturnya. (wbs)
()