Rachbini: Survei LSI enggak perlu dipercaya
A
A
A
Sindonews.com - Hasil survei opini publik soal Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menuai komentar dari sejumlah calon gubernur (cagub). Tak terkecuali pasangan dari Hidayat Nurwahid, Didik J Rachbini.
Menurut Didik, survei LSI itu berbau politis. Sehingga tak layak dibicarakan secara rasional maupun obyektivitasnya.
"Kita lihat waktu PKS dengan Pak Adang saja sudah dapat tinggi. Jadi survei LSI itu enggak perlu dipercaya. Ini bagian kampanye strategi," kata Rachbini kepada wartawan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Minggu (9/4/2012).
Menurutnya, LSI sebagai alat akademis seharusnya tak perlu meneliti soal pilgub. "Katanya alat akademis enggak boleh jadi alat politik? Ya ini kan sekarang alat akademis, enggak boleh jadi alat politik. Harusnya untuk akademis saja. Kira-kira statement saya sama dengan Pak Hidayat (HNW)," tuturnya.
Menurut dia, ada jenis survei. Yang pertama, dilakukan secara independen, alamiah, akademis, rasional, obyektif. Dan yang kedua, survei dilakukan berbau politis, afiliatif dan sindikasi. Sedangkan survei dengan mendasarkan track recordnya (rekam jejak), seperti dilakukan LSI masuk kategori kedua.
Sekadar diketahui, LSI menguji dukungan publik terhadap enam pasang bakal cagub DKI. Survei disebar kepada 440 responden di DKI Jakarta. Minggu 8 April lalu disebutkan Foke-Nara berada di urutan teratas dengan meraup suara 49 persen.
Disusul Jokowi-Ahok di urutan kedua dengan 14 persen. Disusul pasangan Hidayat Nurwahid-Didik Rahbini dengan 8 persen.
Dengan hasil itu, incumbent dan pasangannya berpeluang menduduki kembali kursi DKI 1 dibandingkan lima pasang cagub lainnya.(lin)
Menurut Didik, survei LSI itu berbau politis. Sehingga tak layak dibicarakan secara rasional maupun obyektivitasnya.
"Kita lihat waktu PKS dengan Pak Adang saja sudah dapat tinggi. Jadi survei LSI itu enggak perlu dipercaya. Ini bagian kampanye strategi," kata Rachbini kepada wartawan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Minggu (9/4/2012).
Menurutnya, LSI sebagai alat akademis seharusnya tak perlu meneliti soal pilgub. "Katanya alat akademis enggak boleh jadi alat politik? Ya ini kan sekarang alat akademis, enggak boleh jadi alat politik. Harusnya untuk akademis saja. Kira-kira statement saya sama dengan Pak Hidayat (HNW)," tuturnya.
Menurut dia, ada jenis survei. Yang pertama, dilakukan secara independen, alamiah, akademis, rasional, obyektif. Dan yang kedua, survei dilakukan berbau politis, afiliatif dan sindikasi. Sedangkan survei dengan mendasarkan track recordnya (rekam jejak), seperti dilakukan LSI masuk kategori kedua.
Sekadar diketahui, LSI menguji dukungan publik terhadap enam pasang bakal cagub DKI. Survei disebar kepada 440 responden di DKI Jakarta. Minggu 8 April lalu disebutkan Foke-Nara berada di urutan teratas dengan meraup suara 49 persen.
Disusul Jokowi-Ahok di urutan kedua dengan 14 persen. Disusul pasangan Hidayat Nurwahid-Didik Rahbini dengan 8 persen.
Dengan hasil itu, incumbent dan pasangannya berpeluang menduduki kembali kursi DKI 1 dibandingkan lima pasang cagub lainnya.(lin)
()