Pengamat : 'Background' militer tak menjamin buat Jakarta aman
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, menilai sejumlah bakal calon yang ada di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta periode 2012-2017 berlatar militer, tak menjamin bisa menciptakan kondisi Jakarta yang aman.
"Tergantung tokohnya,"ujarnya sambil tertawa usai mengisi acara diskusi bertemakan 'Gubernur Pilihan Jakarta' di Restoran Pantai Mutiara, jalan Wolter Monginsidi No.2, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (5/4/2012).
Dikatakannya, ada sosok militer yang berhasil dan ada pula yang gagal ketika masuk di kancah perpolitikan.
"Jadi, mau militer maupun non militer, itu sangat tergantung pada orangnya. Kita punya pengalaman sesosok militer yang masuk ke dunia politik dan berhasil seperti SBY. Tetapi kita punya banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa kalangan purnawirawan militer yang masuk ke dunia politik tapi gagal,"tambahnya.
Kalangan militer yang gagal ketika masuk dunia politik, ia mencontohkan seperti Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). "Itu partai yang didirikan oleh militer. Tapi setiap pemilu, PKPI selalu gagal. Sampai ada yang memplesetkan partai kalah perang,"tuturnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa sosok berlatar militer tergantung pada figur militernya. "Jadi sangat tergantung, figurnya yang mana. Dari nama yang ada, Nono Sampono menurut saya bukan figur militer yang kuat. Figurnya tak cukup mendongkrak perolehan suara Alex Noerdin,"imbuhnya.
Contoh lainnya, kata dia Hendardji Supandji pun demikian. "Ini menurut saya, figur militer itu masih hanya cukup kuat dalam konteks perpolitikan itu hanya ditingkat militer. Itu hanya sekedar fasum politik tertanam di elit bahwa militer itu cukup diagungkan, ditingkat massa tak terlalu penting militer itu,"pungkasnya. (wbs)
"Tergantung tokohnya,"ujarnya sambil tertawa usai mengisi acara diskusi bertemakan 'Gubernur Pilihan Jakarta' di Restoran Pantai Mutiara, jalan Wolter Monginsidi No.2, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (5/4/2012).
Dikatakannya, ada sosok militer yang berhasil dan ada pula yang gagal ketika masuk di kancah perpolitikan.
"Jadi, mau militer maupun non militer, itu sangat tergantung pada orangnya. Kita punya pengalaman sesosok militer yang masuk ke dunia politik dan berhasil seperti SBY. Tetapi kita punya banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa kalangan purnawirawan militer yang masuk ke dunia politik tapi gagal,"tambahnya.
Kalangan militer yang gagal ketika masuk dunia politik, ia mencontohkan seperti Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). "Itu partai yang didirikan oleh militer. Tapi setiap pemilu, PKPI selalu gagal. Sampai ada yang memplesetkan partai kalah perang,"tuturnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa sosok berlatar militer tergantung pada figur militernya. "Jadi sangat tergantung, figurnya yang mana. Dari nama yang ada, Nono Sampono menurut saya bukan figur militer yang kuat. Figurnya tak cukup mendongkrak perolehan suara Alex Noerdin,"imbuhnya.
Contoh lainnya, kata dia Hendardji Supandji pun demikian. "Ini menurut saya, figur militer itu masih hanya cukup kuat dalam konteks perpolitikan itu hanya ditingkat militer. Itu hanya sekedar fasum politik tertanam di elit bahwa militer itu cukup diagungkan, ditingkat massa tak terlalu penting militer itu,"pungkasnya. (wbs)
()