Rumah pejabat PBB dirampok

Selasa, 13 Maret 2012 - 08:31 WIB
Rumah pejabat PBB dirampok
Rumah pejabat PBB dirampok
A A A
Sindonews.com - Perampok menjarah kawasan perumahan elite di Pondok Indah, Jakarta Selatan, kemarin.

Akibat perampokan yang terjadi pada siang bolong itu, Imran Farouq, perwakilan United Nation Industrial Development Organization (UNINDO) di Indonesia, harus kehilangan harta berupa uang dan perhiasan yang bernilai miliaran rupiah.

Kapolsek Kebayoran Lama Kompol Imam Yulisdianto mengungkapkan, perampokan yang terjadi sekitar pukul 11.00 WIB diduga dilakukan empat orang bersenjata api dan menggunakan mobil Suzuki Baleno.

Sebelum mengacakacak rumah warga negara Bangladesh tersebut, kawanan perampok terlebih dulu melumpuhkan seorang satpam penjaga rumah bernama Ngatiran. "Setelah itu, pelaku dengan leluasa mengacak-acak rumah korban. Uang asing senilai 1.000 poundsterling, perhiasan senilai USD20.000 berhasil dibawa," ujar Imam kepada wartawan kemarin.

Kini kepolisian memeriksa Ngatiran dan beberapa saksi lainnya. Untuk penyidikan, kasus tersebut kemudian ditangani lebih lanjut oleh Polres Jakarta Selatan. Sebelumnya petugas Polsek Kebayoran Lama bergabung dengan Polres Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya memeriksa lokasi kejadian. Sayangnya,Imran Farouq enggan berkomentar.

Sementara itu, Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menegaskan pihaknya masih melakukan pengejaran terhadap pelaku perampokan rumah staf PBB itu.

Pihaknya mengaku sudah mengetahui jenis mobil yang dikendarai perampok. Sayangnya, para saksi tidak ada yang mengetahui secara pasti nomor pelatnya. "Kami berharap pelaku bisa cepat ditangkap," katanya.

Kriminolog Ade Erlangga Masdiana menilai perampokan di perumahan mewah yang penjagaannya ketat dan dilakukan pada siang bolong, menunjukkan para pelaku perampokan kini semakin berani.

Menurut dia, hal itu terjadi karena belum adanya efek jera bagi mereka dan ada kesempatan yang mereka miliki untuk berbuat kejahatan. Melihat kondisi tersebut, lanjutnya, seharusnya kepolisian memiliki treatmentdan terobosan khusus yang berefek jera.

Misalnya dengan melakukan investigasi dan identifikasi kelompok-kelompok pelaku kejahatan perampokan,lantas tanpa ragu memberangus, jika perlu menembak mati mereka.

"Seperti halnya penembak misterius (petrus) pada zaman Orde Baru. Namun jangan terlalu kasar, harus ada perhitungan politis juga," jelas Erlangga, saat dihubungi Seputar Indonesia, kemarin.

Dia melihat terkesan ada pembiaran dari pihak kepolisian. Sistem yang diciptakan penegak hukum juga tidak mendukung untuk menjamin keamanan masyarakat, karena apa yang dilakukan kepolisian bukan pada tahap pencegahan, melainkan hanya fokus pada penindakan.

"Selain itu, dari sisi penegakan hukumnya, juga masih ada pemilahan atau diskriminasi kepada pihak tertentu. Karena itu, para perampok yang merasa dilindungi oleh sistem, semakin berani dan brutal,bahkan dengan menggunakan senjata api," ujar staf pengajar Universitas Indonesia (UI) ini.

Erlangga pun berharap polisi tidak takut bertindak tegas dan berbenturan dengan HAM dalam menindak perampok, karena apa yang mereka lakukan, juga merampas hak hidup masyarakat. Dia menandaskan, para perampok harus mendapatkan shock therapy yang membuat mereka jera.

Jika kondisi ini dibiarkan, akan membangun persepsi internasional bahwa Indonesia adalah negara yang tidak aman, apalagi korban perampokan terakhir adalah staf PBB.

"Polri juga jangan ragu untuk meminta bantuan kepada TNI untuk menindak kejahatan rampok. Prinsipnya, harus ada ketegasan dan keberanian dari pihak kepolisian. Jangan sampai para pelaku perampokan semakin berani dan brutal. Jangan justru polisi dan penegak hukum lain secara tidak langsung, dengan sistem yang ada kini, berkontribusi terhadap eksistensi kejahatan rampok," tandas Erlangga.

Berdasarkan informasi yang dihimpun petugas, kawanan perampok mendatangi rumah korban dengan mengaku akan memasang CCTV. Ngatiran, sang penjaga rumah,kemudian ingin mengonfirmasi dengan majikannya.

Namun saat berbalik badan, salah satu pelaku langsung menodongkan senjata api yang belum diketahui jenisnya tersebut. "Dia sempat dipukul hingga mengalami luka di pipi kiri dan kepala," jelas ImamYulisdianto.

Setelah Ngatiran tidak berdaya, pelaku langsung membawa korban ke kamar mandi dan menyekapnya, dan selanjutnya mereka bisa dengan leluasa menggasak barang berharga.

Tak lama kemudian,para pelaku kabur mengendarai Suzuki Baleno yang diparkir di depan rumah. Beberapa jam kemudian, majikan Ngatiran pulang ke rumah bersama sopir pribadinya, Marwan.

Saat itu staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini mulai curiga dengan kondisi rumah sangat sepi. Dia pun lantas menyuruh sopirnya mengecek rumah, dan menemukan Ngatiran di kamar mandi dalam posisi terikat. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3489 seconds (0.1#10.140)