Foke hanya bisa saring suara kaum minor
A
A
A
Sindonews.com– Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi menyatakan Fauzi Bowo mempunyai kelemahan dalam menjaring pemilih DKI Jakarta dari kalangan menengah ke atas. Pasalnya, Foke nama sapaan Fauzi Bowo hanya mampu menjaring kalangan menengah ke bawah yang diakuinya mayoritas sebagai pemilih di Ibu Kota.
Warga DKI Jakarta masih kelas menengah ke bawah. Sedangkan warga yang kelas menengah yang pendidikannya baik, sekira 20 persen dan sisa yang lebih tinggi pun masih empat kali lebih besar dari proporsi nasional tidak bisa dijaring sebagai pemilih potensial.
Tetapi kalau dibandingkan dengan warga Jakarta, sebagian besar berpendidikan menengah ke bawah. “Inilah yang menjadi pendukung Foke,” singkat Burhanuddin kepada wartawan di kantor LSI Jakarta, Senin (12/3/2012).
Menurutnya popularitas Foke lemah dari kelas menengah ke atas. Tapi kelas menengah keatas di DKI Jakarta itu memiliki karakteristik yang manja, seperti tidak bersedia mendaftar sebagai pemilih di Kelurahan kalau tidak diundang. "Hal inilah yang menjadi penghambat terjaringnya kelas menengah ke atas, padahal kalangan tersebut cukup potensial," tuturnya.
Kemudian jika kelas menengah ke bawah tidak terekspose soal kegagalan Foke dalam menangani kemacetan, transportasi masal dan kebanjiran, maka mereka akan memilih Cagub dikenal baik dengan mereka.
”Foke menutup kekurangannya dengan berbagai kebijakan populis, mulai gaji bulanan RT, kemudian pengaspalan jalan dikampung dan bantuan di kelurahan. Saya kira, efeknya jauh lebih mengena,” tandasnya. (wbs)
Warga DKI Jakarta masih kelas menengah ke bawah. Sedangkan warga yang kelas menengah yang pendidikannya baik, sekira 20 persen dan sisa yang lebih tinggi pun masih empat kali lebih besar dari proporsi nasional tidak bisa dijaring sebagai pemilih potensial.
Tetapi kalau dibandingkan dengan warga Jakarta, sebagian besar berpendidikan menengah ke bawah. “Inilah yang menjadi pendukung Foke,” singkat Burhanuddin kepada wartawan di kantor LSI Jakarta, Senin (12/3/2012).
Menurutnya popularitas Foke lemah dari kelas menengah ke atas. Tapi kelas menengah keatas di DKI Jakarta itu memiliki karakteristik yang manja, seperti tidak bersedia mendaftar sebagai pemilih di Kelurahan kalau tidak diundang. "Hal inilah yang menjadi penghambat terjaringnya kelas menengah ke atas, padahal kalangan tersebut cukup potensial," tuturnya.
Kemudian jika kelas menengah ke bawah tidak terekspose soal kegagalan Foke dalam menangani kemacetan, transportasi masal dan kebanjiran, maka mereka akan memilih Cagub dikenal baik dengan mereka.
”Foke menutup kekurangannya dengan berbagai kebijakan populis, mulai gaji bulanan RT, kemudian pengaspalan jalan dikampung dan bantuan di kelurahan. Saya kira, efeknya jauh lebih mengena,” tandasnya. (wbs)
()