Kekerasan seksual seperti gunung es
A
A
A
Sindonews.com- Berdasarkan data Komnas Perempuan, setiap hari ada 20 perempuan, dengan beragam latar belakang menjadi korban kekerasan seksual. Data itu menunjukkan, jenis kekerasan yang dialami kaum perempuan adalah menyangkut kejahatan seksual.
Juru bicara Forum Keadilan Perempuan, Iswarini mengungkapkan, berbagai laporan menyebutkan bahwa kasus kekerasan seksual terhadap perempuan berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan yang ada.
"Sementara data kekerasan seksual terhadap mereka yang berbeda orientasi seksual dan identitas gender belum sepenuhnya terdokumentasi, namun diyakini bahwa kasus kekerasan seksual yang dialami mereka seperti fenomena gunung es. Tampak kecil di atas, tetapi sebenarnya amatlah besar di bawah permukaan," ujarnya di sela-sela aksi unjuk rasa di seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (8/3/2012).
Dia mengatakan, situasi ini membuktikan bahwa tubuh perempuan dan mereka yang berbeda orientasi seksual serta identitas gender adalah target kekerasan yang paling mudah. "Sayangnya, respon masyarakat secara umum justru menyalahkan korban dengan alasan pakaian, profesinya ataupun orientasi seksualnya yang dianggap menyimpang," ungkapnya.
Namun, para perempuan ini kurang mendapatkan perhatian, sehingga kasus serupa kerap terulang. "Beradasarkan hal ini semua, tidaklah mengherankan jika korban diperkosa berpotenasi mengalami kembali tujuh kali perkosaan, mulai dari pelaku, masyarakat, pendamping korban, agama, polisi, pengadilan dan media," pungkasnya. (wbs)
Juru bicara Forum Keadilan Perempuan, Iswarini mengungkapkan, berbagai laporan menyebutkan bahwa kasus kekerasan seksual terhadap perempuan berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan yang ada.
"Sementara data kekerasan seksual terhadap mereka yang berbeda orientasi seksual dan identitas gender belum sepenuhnya terdokumentasi, namun diyakini bahwa kasus kekerasan seksual yang dialami mereka seperti fenomena gunung es. Tampak kecil di atas, tetapi sebenarnya amatlah besar di bawah permukaan," ujarnya di sela-sela aksi unjuk rasa di seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (8/3/2012).
Dia mengatakan, situasi ini membuktikan bahwa tubuh perempuan dan mereka yang berbeda orientasi seksual serta identitas gender adalah target kekerasan yang paling mudah. "Sayangnya, respon masyarakat secara umum justru menyalahkan korban dengan alasan pakaian, profesinya ataupun orientasi seksualnya yang dianggap menyimpang," ungkapnya.
Namun, para perempuan ini kurang mendapatkan perhatian, sehingga kasus serupa kerap terulang. "Beradasarkan hal ini semua, tidaklah mengherankan jika korban diperkosa berpotenasi mengalami kembali tujuh kali perkosaan, mulai dari pelaku, masyarakat, pendamping korban, agama, polisi, pengadilan dan media," pungkasnya. (wbs)
()