Kriminalitas dan individualisme kehidupan Ibu Kota

Jum'at, 24 Februari 2012 - 07:53 WIB
Kriminalitas dan individualisme...
Kriminalitas dan individualisme kehidupan Ibu Kota
A A A
Sindonews.com - Maraknya sejumlah aksi kekerasan akhirakhir ini membuat masyarakat Jakarta merasa terancam dan ketakutan. Dua kasus terakhir yang mencuat adalah pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung (45) mantan Direktur Utama PT Sanex Steel Indonesia (SSI) serta penyerangan di RSPAD Gatot Soebroto.

Hendra Aryadi (35) mengaku resah dengan aksi premanisme dan kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi. Menurutnya, apa yang terjadi ini menunjukkan bahwa penjaga keamanan, yaitu pihak kepolisian, belum maksimal menjaga keamanan Jakarta.

”Kami sebagai warga Jakarta merasa kalau kota kami sudah tidak aman,dan kami sangat resah serta ketakutan,” kata pekerja swasta di salah satu perusahaan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan ini, Kamis 23 Februari 2012.

Dia melanjutkan,Jakarta seperti kota koboi. Orang bisa dengan seenaknya membunuh, merampok, dan menganiaya.

”Jakarta itu sudah jadi kota megapolitan yang berkelas internasional. Kalau ini dibiarkan maka sama saja dengan kota biasa yang ada di negara-negara kecil,” ujarnya.

Ketua Umum Brigade Anak Jakarta (Braja) Rifki Muhammad menegaskan,sebagai masyarakat Jakarta,dia menyayangkan adanya aksi premanisme yang sekarang marak terjadi di Ibu Kota. Menurutnya, aparat keamanan harus menindak tegas para pembuat onar ini.

”Kalau mereka mau tinggal dan cari nafkah di sini, mestinya mereka juga harus menghormati warga lainnya, jangan seenaknya saja,” tegasnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, pihaknya juga segera melakukan operasi untuk mengatasi kejahatan jalanan dan premanisme di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

”Kami kan baru saja menggelar Operasi Brantas Jaya. Untuk hasilnya segera akan diumumkan,”terangnya. Operasi tersebut diklaim berhasil menangkap para pelaku kejahatan jalanan dan aksi premanisme.Menurut Rikwanto, pihaknya segera menggelar operasi lanjutan dengan sasaran premanisme. Dia berharap, digelarnya operasi-operasi ini bisa membuat keamanan masyarakat Jakarta bisa ditingkatkan kembali.

”Walaupun tidak ada operasi, kami pasti terus melakukan pengamanan,” tukasnya.

Selama 2010 dan 2011, Polda Metro Jaya mendata ada beberapa peningkatan kasus kejahatan, yakni perjudian, pemerasan, pencurian dengan kekerasan, penganiayaan, dan pembunuhan. Polda Metro Jaya juga mencatat, crime rate atau risiko penduduk terkena tindak pidana pada 2010 sebanyak 276 orang, dan tahun lalu turun menjadi 250 orang.

Artinya, dari 100.000 penduduk Jakarta,sekitar 250 orang terkena kasus pidana. Selain itu,untuk crime clock mengalami perlambatan,dari 9 menit 7 detik pada 2010 menjadi 9 menit 59 detik pada tahun lalu.Artinya,pada 2011 setiap 9 menit 59 detik seseorang terkena kasus tindak pidana.

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menegaskan, timbulnya premanisme dalam kehidupan bermasyarakat karena dua hal. Pertama, faktor ekonomi.Faktor ini akhirnya dimanfaatkan oleh komunitas kelompok tertentu untuk menimbulkan aturan di luar tatanan masyarakat.

Faktor kedua, penegakan hukum yang sangat lemah. Akibatnya,mereka bisa dengan leluasa melakukan tindakan premanisme.

”Dua faktor ini yang menyebabkan timbulnya premanisme di lingkungan kita,”jelasnya.

Selain itu, sistem sosial masyarakat yang tidak lagi memiliki respons terhadap suatu aturan main. Dia mencontohkan, di tengah masyarakat sekarang bila ada kejahatan, mereka lebih cenderung cuek sehingga, masyarakat sekarang sudah tidak peduli dengan apa yang benar dan apa yang salah.

”Ini adalah akibat pola pikir modern yang sudah dianut masyarakat kita. Tingkat individualisme sudah sangat tinggi sehingga tidak lagi memedulikan lainnya,” tuturnya.

Hal ini adalah suatu fenomena yang sangat luar biasa dan bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal. Solusinya ada dua. Pertama,untuk jangka panjang adalah meningkatkan nilai-nilai pendidikan yang menitikberatkan respons nilai yang baik dan buruk.

”Dunia pendidikan punya peranan besar untuk membentuk tatanan sosial di masyarakat,” terangnya.

Kedua adalah hukum harus tegas,karena karakter masyarakat yang seperti itu membutuhkan ketegasan.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0650 seconds (0.1#10.140)