PT KAI duduk bareng dengan PKL Cikini
A
A
A
Sindonews.com - Aksi unjuk rasa para pedagang kaki lima (PKL) yang biasa mengais rezeki di Stasiun Stasiun Cikini, Gondangdia dan Djuanda terhadap PT Kereta Api Indonesia akhirnya mendapatkan reaksi.
Salah seorang perwakilan PT KAI mendatangi pedagang yang melakukan demontrasi sejak pagi di Stasiun Cikini.
Dalam pertemuan itu, PT KAI yang diwakili oleh Kepala Daop 1 Jakarta Purwo Radiq duduk bareng dengan enam orang perwakilan pedagang dari Stasiun Cikini, Gondangdia dan Djuanda.
"Kita dialogkan lebih lanjut. Kita minta ketertiban, stasiun ini harus tertib dan agar lebih baik. Kabel-kabel semrawut yang kita takutkan jadi sumber malapetaka, kita akan ditata," imbuhnya.
Di sekitar stasiun, tambah Purwo, juga akan dilakukan pemagaran. Namun masih ada sedikit tempat untuk para pedagang berjualan saat proses pembenahan dilakukan.
"Kami jamin, bapak-bapak tidak akan terganggu. Semua ini buat perbaikan, dan untuk kebaikan. Untuk kita semua, biar tidak terjadi kebakaran seperti yang pernah terjadi di beberapa stasiun," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan Sindonews, saat dialog antara pewakilan pedagang dengan PT KAI, pedagang atau pendemo yang tidak ikut berdialog berada di luar stasiun Cikini dengan duduk-duduk.
Berbagai macam spanduk aksi juga terpasang di Stasiun Cikini. Diantaranya bertuliskan "Kami pencipta ribuan lapangan kerja". Audit managemen perkeretaapian. Berdagang harga mati. Revitalisasi bukan penggusuran. Tarif sewa wajar. Dan jangan jadikan PT KAI mesin ATM".
Saat dialog berlangsung, Jalan Raya Cikini samping stasiun yang sebelumnya ditutup karena digunakan pedagang untuk melakukan aksi demo, sudah dibuka kembali. Arus lalu lintas di Stasiun Cikini pun kembali lancar.
Seperti diketahui, aksi demonstrasi dipicu penolakan pedagang terhadap kebijakan PT KAI yang akan melakukan penertiban karena menilai keberadaan pedagang mengganggu kenyamanan para pengguna jasa kereta api.
Dalam aksinya, para pedagang menuntut hak untuk tetap berjualan di stasiun kereta api dan disediakan kios atau sewa lapak di sekitar stasiun dengan harga terjangkau. Para pedagang juga menolak cara PT KAI yang membubarkan pedagang dengan menyewa preman bayaran. (san)
Salah seorang perwakilan PT KAI mendatangi pedagang yang melakukan demontrasi sejak pagi di Stasiun Cikini.
Dalam pertemuan itu, PT KAI yang diwakili oleh Kepala Daop 1 Jakarta Purwo Radiq duduk bareng dengan enam orang perwakilan pedagang dari Stasiun Cikini, Gondangdia dan Djuanda.
"Kita dialogkan lebih lanjut. Kita minta ketertiban, stasiun ini harus tertib dan agar lebih baik. Kabel-kabel semrawut yang kita takutkan jadi sumber malapetaka, kita akan ditata," imbuhnya.
Di sekitar stasiun, tambah Purwo, juga akan dilakukan pemagaran. Namun masih ada sedikit tempat untuk para pedagang berjualan saat proses pembenahan dilakukan.
"Kami jamin, bapak-bapak tidak akan terganggu. Semua ini buat perbaikan, dan untuk kebaikan. Untuk kita semua, biar tidak terjadi kebakaran seperti yang pernah terjadi di beberapa stasiun," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan Sindonews, saat dialog antara pewakilan pedagang dengan PT KAI, pedagang atau pendemo yang tidak ikut berdialog berada di luar stasiun Cikini dengan duduk-duduk.
Berbagai macam spanduk aksi juga terpasang di Stasiun Cikini. Diantaranya bertuliskan "Kami pencipta ribuan lapangan kerja". Audit managemen perkeretaapian. Berdagang harga mati. Revitalisasi bukan penggusuran. Tarif sewa wajar. Dan jangan jadikan PT KAI mesin ATM".
Saat dialog berlangsung, Jalan Raya Cikini samping stasiun yang sebelumnya ditutup karena digunakan pedagang untuk melakukan aksi demo, sudah dibuka kembali. Arus lalu lintas di Stasiun Cikini pun kembali lancar.
Seperti diketahui, aksi demonstrasi dipicu penolakan pedagang terhadap kebijakan PT KAI yang akan melakukan penertiban karena menilai keberadaan pedagang mengganggu kenyamanan para pengguna jasa kereta api.
Dalam aksinya, para pedagang menuntut hak untuk tetap berjualan di stasiun kereta api dan disediakan kios atau sewa lapak di sekitar stasiun dengan harga terjangkau. Para pedagang juga menolak cara PT KAI yang membubarkan pedagang dengan menyewa preman bayaran. (san)
()